14: suster fujo

87.2K 9.5K 906
                                    

Jeje terpukau dengan pesona Leo yang tertawa bahagia seperti saat ini.

Walaupun ia sering melihat Leo tertawa lebih tepatnya terkekeh tapi tawa yang satu ini benar benar menambah kesan tampan yang Leo miliki.

Jeje belum sadar jika tangannya masih berada diperut sixpack Leo,Jeje hanya menatap Leo tanpa berkedip.

Jeje suka dengan pemandangan seperti ini,melihat Leo dengan suara tawanya yang masuk kedalam indra pendengaran Jeje.

Leo berhenti tertawa lalu beralih menatap Jeje yang hanya terdiam dengan mulut terbuka,benar benar lucu.

Leo mengecup bibir Jeje,membuat empunya bibir mengerjapkan kedua matanya dan spontan menutup mulutnya.

"Kenapa hm?"

"E-eh" Jeje menarik tangannya dari perut Leo.

"A-anu itu... lo g-ganteng" sambung Jeje masih dengan gaya bicaranya yang gagap.

Leo tersenyum simpul lalu ia mengusak rambut Jeje dan membawa pemuda itu dalam pelukannya.

Jeje tidak menolak bahkan ia membalas pelukan Leo,rasanya nyaman Jeje suka hal itu.

"Mandi,abis itu kita makan" ucap Leo sambil melepas pelukannya.

"Ga sekolah?" Tanya Jeje.

Leo tersenyum kembali,ia menunjuk kearah jam dinding dikamarnya yang menunjukkan pukul setengah 9 pagi.

"Lah?!! Terus gue gimana dong kak?!"

"Yaudah,ga usah sekolah"

"Tapi-"

"Tetep mau sekolah? Mau dihukum?"

Jeje menggeleng tanda tak mau,ia tak mau mendapat hukuman hormat bendera di lapangan seperti siswa maupun siswi yang pernah Bagas hukum saat terlambat.

"Tapi nanti-"

"Nanti gue ijinin"

Jeje menghela nafasnya pasrah,entah benar atau tidak Leo akan mengijinkan ketidak hadirannya tapi biarlah Jeje ingin berusaha tidak perduli.

"Papa? Mama? Udah tau?"

"Gue udah bilang sama pak Jaya,kalo lo nginep disini"

"Terus papa bilang apa sama lo kak?"

"Banyak nanya,udah sana mandi"

Jeje mengangguk lalu ia berjalan menuju kamar mandi tapi kemudian ia berhenti berbalik menoleh ke arah Leo.

"Gue pakek ini lagi?" Tanya Jeje sambil menunjuk boxernya.

Leo terkekeh sebentar kemudian ia menghampiri Jeje,mengusak rambut pemuda itu.

"Mau pakek boxer gue?"

Seketika wajah Jeje berubah menjadi merah dan terasa panas,lalu pemuda itu memutuskan untuk berlari tanpa menghiraukan pertanyaan Jeje.

Leo tersenyum gemas,jika dipikir pikir entah berapa kali Leo gemas dengan tingkah Jeje.
.
.
.
.
Hari ini Rio masih berada dirumah sakit,dokter bilang jika ia belum sembuh total jadi dirinya belum diperbolehkan pulang.

"Lo ngapain sih masih disini? Ga sekolah apa?"

Rio sedang merasa jengah dengan seonggok manusia yang dari kemarin terus berada didalam ruang rawatnya,siapa lagi kalau bukan Dana.

Dari kemarin pemuda itu tidak kunjung pulang,dengan alasan malas bertemu kedua orang tuanya.

"Lo tega banget Yo,gue males ketemu sama bonyok"

Rio menghela nafasnya panjang.

"Oke gapapa lo disini,tapi jangan ngikut tidur dideket gue sat! Udah tau sempit masih aja maksa tidur bareng"

Dana tidak menghiraukan ucapan Rio,pemuda itu malah memeluk tubuh Rio dari samping.

Memang dari kemarin Dana memaksa untuk tidur bersebelahan dengan Rio diranjang rumah sakit,padahal ada sofa yang tersedia diruang tersebut.

Tok

Tok

Tok

Ceklek

"Permi-si" ucap seorang suster yang baru masuk kedalam ruangan Rio dengan diikuti nada bicara akhir kalimat yang mengecil,dia agak terkejut melihat Dana dan Rio yang berada dalam satu ranjang dengan posisi berpelukan,walaupun lebih tepatnya Rio yang dipeluk.

Suster itu nampak mematung,mulutnya terbuka namun seperdetik kemudian ia memekik senang,tentu saja hal itu mengundang kebingungan dari Dana maupun Rio.

"AAAAAA... YA AMPUN! NAFAS! NAFAS!"

"Eh lo kenapa mbak?" Tanya Dana yang posisinya sudah terduduk diatas ranjang rumah sakit.

Rio sendiri hanya mengerutkan dahinya,dia belum bisa bangkit karena masih merasakan nyeri yang teramat sakit dibagian punggungnya.

Suster tersebut gelagapan saat Dana menanyakan hal itu apalagi tatapan julid Rio yang seakan akan melihat orang aneh didepannya,walaupun hal itu kenyataan.

Suster tersebut menetralkan nafasnya terlebih dahulu sebelum mengeksekusi keduanya.

"A-anu,mas berdua pacaran?"

Rio sontak langsung menendang tubuh Dana untuk turun dari ranjang rumah sakit.

"Sakit ayang"

Astaga,suster tersebut semakin menjadi jadi saat Dana memanggil Rio dengan sebutan 'ayang'

"Gue bacok tuh mulut!"

"Ayang kok gitu sih?"

Rio kembali menatap suster tersebut yang kembali speechless.

"Ga mbak jangan percaya,saya masih lurus kalau ga lurus juga saya ga mau sama ni anak" jawab Rio spontan.

Suster tersebut kembali tersadar,lalu wajahnya seakan menunjukkan bahwa ia sedang kecewa.

"Loh? Terus tadi peluk peluk?" protes suster itu.

"Kenapa sih mbak? Mbaknya iri ga ada yang meluk? Mbaknya pengen di peluk?"

Suster tersebut terdiam mendengar pertanyaan Dana.

"Saya tuh fujo mas!"

Rio dan Dana kembali dibuat bingung dengan suster itu.

"Fujo?" Tanya Rio bingung.

"Fujo apaan?" Sahut Dana.

"Itu loh mas,yang suka liat cowok sama cowok lagi collab" jawab mbak susternya.

"Collab?" Tanya Dana lagi.

"Iya,collab bikin anak"

Dana dan Rio membulatkan matanya terkejut.

"Astaga mbak! Sadar mbak! Masih muda juga udah gila" protes Rio dengan disertai cibirannya.

"Emang cowok sama cowok bisa bikin anak?" Tanya Dana.

"Bisa,masnya coba aja dulu sama temen mas,jangan lupa divideo kasih ke saya"

Rio tak habis pikir dengan keduanya.

"Minta di ruqiyah nih orang"
_________________________

Tbc...

Vote+komen+follow!

KAKEL||ENDWhere stories live. Discover now