42: cie Bagas

59.2K 7.2K 600
                                    

Setelah mendengar kabar berpulangnya Laude kepangkuan tuhan, Leo dan Luke segera pulang kembali ke indonesia mengurus pemakaman Laude, meninggalkan Jeje sejenak di Belanda.

Bicara tentang Jeje, keadaan pemuda itu masih sama, masih tidur tenang diatas ranjang rumah sakit.

Saat ini pemuda itu juga masih setia merebahkan tubuhnya diranjang rumah sakit, tidak perduli dengan manusia lain yang mencemaskan keadaannya.

"Jeje, bangun dong" ucap Bagas.

Pemuda itu dan keluarganya, memutuskan pergi ke Belanda menemui Jeje.

Seharusnya mereka berada di acara pemakaman Laude, tapi Leo meminta mereka untuk menemani Jeje saja di Belanda.

Leo dan Bagas adalah saudara sepupu, mama Bagas adik dari Luke, karena itu Bagas bisa seakrab itu dengan Leo.

"Gara gara lo, gue ldr an sama Rendi!" Ucapnya.

Oh iya, Bagas sudah mengantongi restu dari orang tua Rendi, dengan bantuan kedua orang tuanya.

Mama dan papa Bagas mendatangi rumah Rendi, dan entah dengan apa tiba tiba saja kedua orang tua Bagas berhenti menentang hubungannya dan Rendi.

Bagas sempat curiga jika kedua orang tuanya berprofesi sebagai dukun pelet, bagaimana bisa mama dan papa Rendi bisa dengan mudahnya setuju dengan hal yang sedikit berbeda ini?

Tapi jauh dari pemikiran sempitnya, Bagas bersyukur tentang hal itu, dia bernafas lega ketika kedua orang tua Rendi menyetujui hubungannya.

Dan setelah lulus sekolah Bagas dan Rendi akan segera menyusul Leo dan Jeje.

Sudah sekitar 20 menit Bagas berceloteh, tentang dirinya dan Rendi, tapi tetap saja tidak ada jawaban.

Hingga suara benda pipih canggih miliknya berdering, membuat Bagas sedikit terkejut.

Ia membuka ponselnya dan menemukan nama Rendi pakek love disela sela kalimat itu.

"Eh, pacar gue nelpon Je"

Tanpa pikir panjang Bagas langsung menyambungkan sambungan telefon dari pacar kesayangannya itu.

"Halo ayang" sapanya.

"Alay lo!"

"Bukan alay sayang, tapi romantis"

"Najis!"

"Kamu udah makan?"

"Hm"

"Gemes! Pengen cium deh!"

Lama Rendi terdiam disebrang sana, membuat Bagas bingung tapi setelahnya senyum sumringah yang muncul diwajah Bagas.

"Cup cup"

Tanpa disadari, wajah Bagas maupun Rendi merona hanya karena hal sederhana ini.

"Kalau ngewe onlen ga bisa ya? Coba kamu desah dikit aja"

Setelah mendengar perkataan itu Rendi langsung mematikan panggilan telponnya membuat Bagas tertawa kecil menanggapi sikap pacarnya itu.

Bagas kembali menengok kearah Jeje, dan betapa terkejutnya pemuda itu ketika melihat kedua mata Jeje yang terbuka, melihatnya dengan pandangan yang sedikit berbeda dari biasanya.

"Jeje!" Pekiknya senang.
.
.
.
.
Leo tersenyum ketika melihat foto yang terpasang didepan nissan wanita yang berstatus sebagai ibunya itu.

"Leo tau mama sayang banget sama tuhan, tapi ga perlu nemuin dia langsung bisa kan ma?"

Pemuda itu meneteskan air matanya, ketika kembali mengingat betapa manisnya senyuman yang sering wanita itu lontarkan untuknya.

Luke yang tadinya membiarkan Leo sendiri di samping pemakaman ibunya, kini mendekat dengan tergesa gesa.

"Leo!" Panggilnya sedikit berteriak.

Leo menoleh, ia menatap Luke yang terlihat senang.

"Jeje siuman!" Ucapnya dengan semangat.

Leo terdiam, mencerna ucapan ayahnya.

"Jeje hidup Leo!" Lanjut Luke dengan berteriak lantang.

Tanpa pikir panjang, pemuda itu langsung berlari kearah mobil, untungnya Luke tidak ditinggal.

Leo menancapkan gas menuju kearah bandara, jika saja tidak Luke cegah.

"Pulang dulu Leo! Pecuma kamu ke bandara kalau ga bawa apa apa!"

Dengan kecepatan tinggi Leo kembali menancapkan gas kembali kerumahnya.

Sampai disana ia langsung mengambil barang barang yang harus dibawa untuk melakukan penerbangan.

Sedangkan Luke langsung memesan tiket penerbangan menuju Belanda.

Waktu yang ditempuh dari indonesia ke belanda sekitar 14 jam 14 menit, dan selama itu juga Leo tak henti hentinya mengeluh pada sang ayah.

Dia bilang pesawat yang mereka tumpangi terlalu lambat, dia juga menyalahlan Luke karena hal ini, kenapa harus memesan tiket jika mereka punya jet pribadi?

Padahal salahnya sendiri yang tergesa gesa datang kebandara.

Saat sampai di rumah sakit, Leo langsung berlari menuju ruang rawat suami kecilnya itu.

Terkadang bahu bahu orang lain tak sengaja Leo tabrak.

Luke sampai pusing melihat putra satu satunya itu.

"Jeandra!" Pekiknya ketika sampai diruang rawat Jeje.

Terdapat Jaya, mama papa Bagas, Brian dan Bagas yang berada diruang itu.

"Jeandra mana?" Tanyanya saat tak melihat Jeje diranjang rumah sakit tersebut.

Sampai ia melihat suami kecilnya yang keluar dari kamar mandi dengan Dira yang menuntunnya.

Leo langsung menghambur memeluk Jeje erat, tubuh kecil Jeje bertambah kecil karena sudah 6 bulan lebih tertidur.

Jeje diam, tidak ada reaksi dari pemuda itu.

"Leo" panggil Jaya lirih.

Leo tidak bergeming, mungkin ia sudah tau apa yang akan Jeje alami saat dia bangun.

Seperti kata dokter jika Jeje kembali hidup ia akan mengalami amnesia jadi Leo sudah siap akan hal itu.

Lama ia memeluk tubuh Jeje, hingga pemuda itu merasakan ketidaknyamanan manusia yang ia peluk.

"Kak"

Leo terkesiap saat mendengar panggilan lemah dari suaminya.

Jadi Jeje masih mengingatnya?

Leo melepaskan pelukannya menatap Jeje yang juga menatapnya.

"Kangen" ucap Jeje lagi, suaranya pelan tapi justru membuat kebahagiaan yang berlipat lipat bagi Leo.

Leo tak kuasa menahan tangis kebahagiaannya lantas ia langsung menciumi wajah Jeje.

Dia bersyukur takdir tak lagi bercanda dengannya.
_________________

Tbc...

Gue ga bisa namatin ni cerita dah kek nya.

Vote+komen+follow!

KAKEL||ENDOnde histórias criam vida. Descubra agora