46: obat

57.6K 6.3K 385
                                    

Bell pulang sekolah sudah berbunyi sejak 5 menit yang lalu, kini Jeje sudah berada didepan gerbang menunggu Leo untuk menjemputnya.

Seseorang menepuk pundak Jeje pelan, membuat empunya menoleh.

"Eh kak Rio? Kak Dana?"

Kedua pemuda yang tadi disapa oleh Jeje tersenyum lembut.

"Kalian ngapain kesekolah?" Tanya Jeje, pasalnya kedua pemuda berjenis kelamin sama ini kan sudah lulus sekolah.

"Kita berdua ada urusan Je, gimana sama keadaan lo? Udah mendingan?" Jawab Rio.

Jeje mengangguk sambil tersenyum manis.

"Nunggu suami nih" goda Dana, yang membuat kedua pipi Jeje memerah malu.

"Cie yang udah nikah" sahut Rio sambil menaik turunkan alisnya.

Keduanya tertawa melihat pipi Jeje yang memerah, pemuda itu terlihat lebih imut.

"Ngomong ngomong udah nganu ga Je?" Tanya Dana yang kemudian langsung mendapat cubitan cinta dari sang kekasih.

Jeje terdiam, ia menatap Dana yang kesakitan dan Rio yang memberikannya tatapan tajam.

Dana dan Rio balik menatap Jeje yang langsung terdiam, lalu seperkian detik berikutnya mereka mengerti jika Jeje dan Leo belum melakukan itu.

Dana tersenyum miring, ia menatap kearah Rio yang kini ikut menampilkan smirk.

"Belum ya?"

Jeje mengangguk mendengar pertanyaan Rio, jika dibilang sedih juga tidak sih, hanya saja Jeje merasa belum lengkap saja karena mereka sudah menikah tapi belum melakukan hubungan badan.

"Eum gitu ya"

Rio dan Dana mengangguk anggukan kepalanya, kemudian Dana merogoh tas yang ia bawa, mengeluarkan sebuah plastik yang berisi sebuah pil tablet.

"Je, dengerin kita ya" ucap Rio yang kemudian mendapat tatapan aneh dari Jeje.

"Kasih ini ke Leo atau campur di makanannya, eum.. kalau enggak di minumannya dijamin deh Leo bakal langsung nganu sama lo" jelas Dana.

Hadeuh, kedua teman Leo ini memang gila, mereka memberikan obat perangsang pada Jeje, memang kurang ajar.

"Eh? Tapi-"

"Nurut Je, gue tau lo juga pengen ngelakuin itu sama Leo kan? Leo ga akan ngelakuin itu karena dia takut lo kenapa napa lagi, percaya deh sama gue" bujuk Rio.

Dengan ragu Jeje mengambil obat itu lalu memasukkannya kedalam tas sekolah yang ia bawa.

Beberapa saat kemudian, mobil mewah milik Leo sudah berhenti didekat ketiga orang itu.

Leo turun dari mobilnya, ia menatap kedua sahabatnya tajam, ada sedikit firasat buruk dalam benak Leo.

"Kamu ga papa kan?" Tanya Leo sambil mengusak pucuk kepala Jeje.

Jeje mengangguk sebagai jawaban.

"Leo! Abang Dana kangen sama dedek Leo!Udah lama kagak ketemu" sapa Dana sambil memeluk tubuh Leo dari samping, membuat empunya mengernyit jijik dan langsung mendorong tubuh Dana menjauh.

"Najis bangsat!" Umpat Leo.

Kemudian Leo menatap Rio yang tersenyum kearahnya.

"Udah lama ga ketemu ya bro!" Ucapnya sambil menepuk nepuk bahu suami Jeje ini, yang kemudian mendapat anggukan setuju dari Leo.

"Kalau Dana berani nyakitin lo lagi, bilang sama gue, biar gue bunuh ni bocah" ancam Leo.

Rio terkekeh lalu mengangguk setuju dengan ancaman Leo.

"Gue ga bakal nyakitin Rio lagi! Gue tuh udah cinta mati sama dia dan ga bakalan nyakitin dia lagi!!" Ucap Dana pasti.

Leo tidak menanggapi ucapan Dana, ia malah berpamitan pada Rio dan membawa Jeje pulang ke apartemennya.

Membuat pemuda yang mengajaknya bicara mendengus sebal.

"Bocah prik!" Umpatnya setelah Leo melajukan mobilnya menjauh.

"Lo juga prik" balas Rio jengah.

"Sayang! Kamu ga boleh ngomong gitu! Ga sopan!"

Rio memutar bola matanya malas lalu berjalan menjauh dari pemuda yang berstatus sebagai pacarnya itu.
.
.
.
.
Leo dan Jeje masuk kedalam apartemen.

Jeje langsung berjalan masuk kedalam kamarnya dan Leo, ia merebahkan tubuhnya diranjang empuk itu.

Leo tersenyum tipis melihat tingkah laku Jeje, ia mengusap lembut pucuk kepala kesayangannya ini.

"Ganti baju dulu sayang" ucapnya.

Jeje mengangguk, ia beranjak menuju kamar mandi.

Setelah 15 menit berlalu, Jeje keluar dari kamar mandi menggunakan kaos putih polos dengan celana selutut dan rambut basahnya.

Tadi Jeje menyempatkan untuk mandi terlebih dahulu, pemuda itu mengedarkan pandangannya mencari pemuda yang berstatus sebagai suaminya.

Terlihat Leo yang sedang duduk di meja belajarnya dengan laptop yang berada tepat didepan wajahnya, pemuda itu masih memakai kemeja putih tadi pagi.

Leo menyuruh Jeje mengganti baju, tapi dirinya sendiri belum mengganti kemejanya.

Jeje menghampiri Leo, ia menatap suaminya yang masih belum menyadari keberadaannya.

Jeje menelusupkan kepalanya disela sela tangan Leo yang sibuk mengetikkan beberapa kata dilaptopnya.

"Eh?"

Jeje naik kepangkuan Leo, membuat empunya terkejut tapi seperkian detik berikutnya ia tersenyum melihat tingkah suami kecilnya ini.

"Kenapa hm?"

Jeje tidak menjawab ia meletakkan kepalanya dibahu sang suami.

Beberapa saat kemudian, Leo merasakan bahunya yang basah, membuat pemuda itu terkejut bukan main.

"Kenapa nangis? Ada yang nyakitin kamu? Siapa yang nyakitin?" Tanya Leo bertubi tubi.

Jeje menggelengkan kepalanya, ia mengeratkan pelukan yang berada dileher suaminya.

Leo mengusap kepala hingga punggung kesayangannya ini, pasti ada sesuatu yang membuat Jeje sakit hati.

Setelah beberapa menit akhirnya Jeje berhenti menangis, ia menatap Leo yang juga menatapnya.

"Kenapa?" Tanya Leo lagi.

Jeje nampak ragu tapi setelahnya ia langsung menceritakan hal yang membuatnya menangis.

"Tadi disekolah, Siti bilang kalau Jeje ga bakal lulus karena udah berbulan bulan ga sekolah, tapi k-kan Jeje hiks koma k-kok malah ga dilulusin? Huweee Jeje mau lulus kak!" Yang tadinya tangis Jeje sudah mereda kini malah tambah parah.

Leo terkekeh, ia mencubit pipi Jeje gemas.

"Jangan dengerin dia sayang, kamu bakal lulus kok, tenang aja, kakak jamin deh!"

Jeje menelusupkan wajahnya diceruk leher Leo.

"Beneran?" Tanyanya dengan suara yang masih sesenggukan.

Leo mengangguk mengiyakan pertanyaan Jeje.

"Udah ya, jangan nangis lagi"

Leo mengelus elus punggung Jeje membuat empunya nyaman dan langsung tertidur dipangkuan suaminya itu.
________________

Tbc..

Keknya besok Jeje sama Leo ngewe.

Vote+komen+follow!

KAKEL||ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang