56: lahiran

56K 5.7K 447
                                    

8 bulan sudah Jeje mengandung, dan selama 8 bulan Leo selalu menjaga Jeje.

Tubuh Jeje sekarang sedikit berisi dengan pipi merah gembulnya yang membuat pakmil satu ini berkali kali lipat menggemaskan.

Bukan hanya itu, surai rambut hitam legam milik Jeje kini sudah menyentuh bahu.

Leo terkekeh ketika melihat wajah Jeje yang cemberut saat menatap tubuhnya dikaca.

"Jeje gemuk" ucapnya, kini mata bulat itu mulai berair.

"Emang kenapa?" Tanya Leo sambil mengusap kelopak mata Jeje yang tertutup.

"Jelek"

"Emang iya?"

Jeje mengangguk mengiyakan perkataan Leo.

"Enggak tuh, kamu selama hamil sexy" ucap Leo sambil menyentuh kedua bokong sintal Jeje.

"Emhh"

"Kakak mau ketemu dedek bayi boleh?"

Jeje menatap Leo lama tapi pada akhirnya pemuda itu menggeleng tanda tidak setuju.

"Kenapa?"

"Jeje males ngedesah"

Leo terkekeh sebentar, lalu mencium bibir Jeje yang setiap hari bertambah merah merekah.

Melumat bibir atas hingga bawah, melesakkan lidahnya dan menyapa rongga rongga mulut Jeje.

Tiba tiba Jeje mencekram bahu Leo kencang membuat empunya bahu melepas ciumannya.

"Jeandra? Kenapa?"

Jeje memegang perutnya, sambil meringis kesakitan.

"S-sakit"

"H-hey! Perut kamu sakit bagian mananya?"

"Kakak sakit hiks, perut Jeje sakit! Sakit banget!!"

Leo panik, ia menggendong Jeje ala bridal, lalu membawanya keluar apartemen.

Leo bingung, sebelumnya Jeje tidak pernah menangis sekencang ini saat sakit perut.

Ada apa dengan bayinya?

"Kak hiks sakit! Huwaaa!"

"Iya, bentar lagi ya sayang"

Leo melajukan kecepatan kendaraannya, sambil menggenggam tangan Leo.

Menyetir dengan satu tangan bukan hal sulit untuknya.

Leo menghentikan laju kendaraannya didepan rumah sakit, tanpa babibu pemuda itu membawa Jeje masuk kedalam rumah sakit.

Setelah sampai Jeje langsung diperiksa, sekitar 15 menit kemudian Dokter keluar dari ruang rawat Jeje.

"Suami saya kenapa dok?" Tanya Leo tanpa berbasa basi.

"Tuan Jeandra akan melahirkan, dan kami harus melakukan tindakan operasi, mengingat usia kandungan yang masih menginjak usia 8 bulan"

Leo mengangguk pasti "lakukan apapun asal suami dan anak saya selamat"

Dokter dan para perawat membawa Jeje kedalam ruang operasi dengan Leo yang juga harus mendampingi suaminya.

Leo memegang tangan Jeje erat, sedangka Jeje sedari tadi masih mengeluarkan air matanya.

Rasa sakit diperutnya memang sudah tidak terasa, tapi entah kenapa Jeje ingin sekali menangis.

"Jeandra, kakak yakin kamu kuat"

Sekitar setengah jam berlalu, Jeje merasakan berat pada bagian mata, membuat Leo menjadi panik.

"Jeandra!"

"Jeje ngantuk"

"Enggak! Kalau kamu ngantuk nanti aja! Jangan sekarang!"

Jeje akan menutup matanya tapi Leo terus mencegah, hingga suara bayi terdengar memecah kepanikan.

Leo langsung menangis, ia mengajak Jeje bicara lalu mengingatkannya tentang bayi mereka.

Jeje segera ditangani oleh dokter, mengingat keadaanya yang sangat lemah, sedangkan Leo segera mengurus keadaan bayi mereka.
.
.
.
.
Disisi lain, Dira, Jaya dan luke sedang bercanda ria menikmati makanan mereka.

Hari ini Jaya mengadakan makan malam bersama.

Bukan hanya Luke tapi juga keluarga Bagas ikut diundang.

Tentang Bagas, pemuda itu sudah mendapat gelar sebagai suami dari Rendi putraditama.

Mereka mengadakan pernikahan 4 bulan yang lalu, tepat 2 hari setelah hari kelulusan.

Kini Bagas dan Rendi sedang menjalani hidup perkuliahan, meninggalkan Jeje yang mungkin akan menyusul mereka untuk kuliah.

Saat Jeje hamil, pemuda itu hanya mengikuti ujian sekolah saja.

Dan untungnya, Jeje pintar jadi dia bisa lulus dengan hasil yang memuaskan.

"Seharusnya Jeje diundang juga, pasti dia suka banget sama makanan mbak Dira" ucap Luke, pria paruh baya itu memanggil Dira dengan embel embel mbak dan Jaya dengan sebutan mas.

"Ya mau gimana lagi, Jeje ga bisa kesini kalau ga sama Leo" sahut Jaya.

"Leo tuh sok sibuk banget, palingan juga lagi manja manjaan sama Jeje" ucap Luke julid.

Sebelumnya Jeje dan Leo juga diundang tapi karena Leo punya banyak pekerjaan jadi mereka tidak bisa menghadiri makan malam keluarga ini.

Tak lama, keluarga Bagas juga datang.

Mereka semua mulai makan dengan hikmat, tertawa bersama sama dengan beberapa candaan yang dilontarkan oleh Luke maupun Jaya.

Mengenai Brian, pemuda itu tinggal di rumah Jevan dan tidak bisa ikut makan malam karena rumah Jevan dan rumah kediaman orang tua Jeje sangat jauh, jadi mereka memutuskan untuk tidak mengikuti acara tersebut.

Saat sedang asik bercanda ria, ponsel Luke bergetar diatas meja makan, pria itu meletakkan ponselnya disana.

Luke membuka benda pipih canggih itu lalu mendapati nomor Leo yang jelas terpampang disana.

Luke menyambungkan sambungan telepon dari Leo.

"Ya? Kenapa?"

"Jeje lahiran"

Luke membulatkan matanya sempurna, ia langsung menghentikan acara mengunyahnya tadi.

"Halo?"

Luke tersadar dengan cepat wajah sumringah terlukis diwajah pria berumur 47 tahun itu.

"Kamu sekarang lagi dirumah sakit mana?"

Leo memberikan alamat rumah sakit tersebut, lalu menutup panggilan telponnya.

Luke menatap semua orang yang sedang duduk dikursi meja makan.

"Ada apa?" Tanya Jaya melihat tingkah Luke tadi.

"Kita punya cucu!" Pekiknya, membuat semua orang terkejut.

"Jeje lahiran!!" Sambung Luke.

Mereka semua langsung membulatkan mata, lalu beberapa menit kemudian keluarga itu langsung pergi untuk menemui Jeje dan bayinya.
________________

Tbc...

Kira kira bayinya Jeje cowok apa cewek ya?

Vote+komen+follow!

KAKEL||ENDWhere stories live. Discover now