16: aku-kamu

84K 9.1K 584
                                    

Jeje tengah berada disupermarket membeli bahan makanan untuk dimasak,sebenarnya keputusannya untuk masak sendiri dari pada makan diluar membuat Leo kesal.

Iya,Jeje memutuskan masak dan makan diapartemen Leo karena ada Dana,dia tidak enak meninggalkan Dana sendiri dan makan diluar,walaupun pemuda itu sudah mengatakan tidak apa apa tapi tetap saja ia mengatakannya hanya karena aura kegelapan Leo.

Jeje sedang sibuk memilih sayur sayuran untuk dimasak sedangkan Leo hanya diam,dia sedang marah dan tidak mau berbicara dengan Jeje karena insiden penolakan makan diluar karena oknum pengganggu Dana.

"Kak Leo mau makan apa?" Tanya Jeje tanpa mengalihkan pandangannya dari sayur sayur tersebut,membuat Leo semakin marah dan mengacuhkan ucapan Jeje.

Jeje menolehkan kepalanya saat dirasa tidak mendapat jawaban dari Leo.

"Kak?"

Leo tetap tidak menjawab,ia mengalihkan pandangannya dari pemuda imut itu.

Jeje membawa kepalanya menghadap tepat didepan wajah Leo dengan menjinjit karena perbedaan tinggi mereka yang sangat jauh.

Leo tetap mengalihkan pandangannya membuat Jeje mendengus kesal.

"Lo kenapa sih kak?!" Tanya Jeje geram.

"Kak?"

"Kak Leo?"

"Kak?

"Kak Le?"

Karena tak kunjung mendapat jawaban terlintas lah ide dipikiran Jeje,pemuda itu mengambil nafas panjang dan berdehem sebentar sebelum mengatakan hal ini pada Leo.

"S-sayang?"

Leo hanya melirik Jeje,sebenarnya dalam hatinya Leo sudah gemas dengan tingkah pacarnya itu.

"S-sayang jangan cuekin a-aku" ucap Jeje lagi.

"A-aku ga akan tau kenapa k-kamu marah kalau k-kamu ga mau ngomong sama a-aku"

Cukup Leo tidak bisa menahan ini lagi,apalagi suara Jeje yang imut saat mengatakan kata kata itu membuat Leo tak tahan untuk mengecup bibir yang mengerucut lucu itu.

Cup

Jeje sedikit terkejut Leo melakukan itu ditempat umum.

"Aku udah ga marah sama kamu,aku bisa makan apa aja yang kamu masak"

Jeje menekuk alisnya,sedikit cringe saat mendengar kata 'aku-kamu' dari belah bibir Leo.

"Kenapa?"

"Cringe" ucap Jeje jujur.

"Kamu yang mulai duluan sayang"

Jeje tidak menghiraukan ucapan Leo,jujur saat ini ia tengah dibuat salah tingkah dengan perkataan Leo.

Jeje dan Leo pindah ketempat daging setelah selesai memilih sayur yang akan dimasak.

"Lo suka daging apa?"

"Sekarang kita pakek aku-kamu dan lo-gue harus dibuang diantara kita"

Jeje mengernyit bingung.

"Apaan? Ga mau! Gue ga akan mau"

"Harus mau"

"Tapi cringe kak!"

"Ga peduli"

"Ga mau"

"Jeandra!"

Jeje mengerucutkan bibirnya karena kesal lalu kedua tangannya yang spontan terlipat di depan dada membuat Leo gemas untuk kesekian kalinya.

Leo membawa Jeje kearah toilet meninggalkan troli yang berisi bahan makanan itu tergeletak disana.

Saat sampai ditoilet,Leo langsung mencium bibir Jeje,melumat bibir merah itu lembut.

Lidah Leo masuk kedalam mulut Jeje setelah ia menggigit bibir pemuda itu,menyedot daging tak bertulang Jeje dengan rakus,membuat empunya kesulitan untuk sekedar bernafas.

Jeje menepuk pelan pundak Leo agar menghentikan ciumannya itu.

Dengan berat hati Leo melepaskan pagutan bibirnya dari bibir Jeje,mengusap bibir mengkilat dan bengkak milik Jeje kemudian turun ke dagu yang kini sudah basah karena saliva keduanya.

"Harus mau" ucap Leo kekeuh dengan pernyataannya tadi.

Jeje hanya mengangguk saja,ia takut bibirnya kembali dicium dengan pemuda didepannya ini.

Leo tersenyum puas ia membawa Jeje keluar dari toilet,untungnya troli yang berisi bahan makanan itu tidak hilang dan tetap berada ditempatnya.

Dan setelah sekian lama,kini mereka sudah keluar dari supermarket dengan membawa bahan makanan.
.
.
.
.
Setelah selesai menangis,Rendi memilih untuk tidur diantara lipatan lengannya karena dia sedang malas keluar jika hanya melihat tingkah Bagas yang berbeda padanya.

"Ren!" Panggil Siti si ketua kelas yang kini sudah terduduk dibangku kosong didepan Rendi duduk.

Rendi mengangkat wajahnya,tangisannya sudah reda dan bekasnya juga tidak terlalu menonjol.

"Hm?"

"Lo dipanggil sama Pak yanto"

Rendi menghela nafas panjang lalu ia beranjak dari duduk dan pergi kearah kantor dengan langkah malasnya.

Setelah sampai di kantor ruang guru,ia melihat Bagas yang sedang berbicara dengan Pak yanto.

Rendi ingin berbalik dan kembali kekelasnya karena sedang malas bertemu Bagas tapi suara Pak yanto terlebih dahulu terdengar ditelinga Rendi.

"Rendi! Kamu mau kemana? Sini!" Panggil Pak yanto.

Rendi berbalik lalu menghampiri meja Pak yanto.

"Kenapa mau balik?" Tanya Pak yanto.

"Pak yanto kan lagi sibuk ngobrol jadi saya mau balik aja"

"Hadeh! Kamu tuh! Jadi bapak manggil kalian berdua kesini itu untuk ngomongin tentang olimpiade yang bentar lagi akan dilaksanakan"

Rendi dan Bagas mengikuti olimpiade yang sama jadi sebab itu keduanya dipanggil oleh Pak yanto.

"Kalian sudah mempersiapkan olimpiade ini belum?"

"Kalau persiapan mungkin masih belum matang pak,masih butuh persiapan yang lebih matang lagi" jelas Bagas pada Pak yanto.

"Yaudah gini aja,besok kalian berdua datang ke perpustakaan,bapak akan bimbing kalian untuk mempersiapkan olimpiade ini"

Bagas dan Rendi mengangguk mengerti,lalu keduanya sudah diperbolehkan kembali kekelas.

Saat perjalan kekelas,Bagas sama sekali tidak bicara dengan Rendi,walaupun arah kelas mereka sama tapi keduanya enggan berjalan bersamaan seperti biasa.

Bagas berada didepan berjalan terlebih dahulu dan Rendi berada dibelakang Bagas berjalan dengan tempo lambat.

Bagas berhenti tiba tiba membuat Rendi yang tidak siap menabrak punggung kokoh Bagas.

"Ugh!" Ucap Rendi yang jidatnya terasa sakit.

Bagas menoleh menghadap kearah Rendi,terdiam sejenak sambil menatap wajah Rendi.

"Lo egois" ucapnya yang kemudian melenggang pergi meninggalkan Rendi yang syok dengan ucapan Bagas.
____________________

Tbc...

Vote+komen+follow!!

KAKEL||ENDWhere stories live. Discover now