40: nikah

69K 6.9K 1.2K
                                    

Hari ini Leo dan Jeje menikah, keduanya sudah siap dengan tuxedo masing masing.

Jeje nampak tampan sekaligus cantik secara bersamaan, dasi kupu kupu yang melekatì dilehernya membuat kesan manis pada wajah pemuda itu.

Leo, kekasih Jeje itu juga nampak tampan dan gagah, surai rambut yang ditata rapi sangat mendukung wajah tampan Leo.

Kini Leo berdiri di altar pernikahan menunggu Jeje yang akan dituntun oleh sang ayah untuk menemaninya berdiri didepan pendeta.

Dan terlihatlah, pemuda manis itu yang kini sedang tersenyum lembut kearahnya.

Leo terpana melihat aura kecantikan yang menguar disekitar tubuh Jeje.

Leo mengulurkan tangannya yang kemudian disambut oleh jemari lentik Jeje.

"Jagain Jeandra, dia manusia berharga buat saya" ucap Jaya, pria paruh baya itu tersenyum kearah Leo.

Leo mengangguk, ia juga melemparkan senyuman kearah Jaya.

Pendeta memulai acara pernikahan.

Leo mengucapkan janji sucinya, yang kemudian disusul Jeje yang juga mengucapkan janjinya untuk Leo.

Waktu berciuman.

Pipi Jeje memerah hingga telinga, senyuman muncul dibibir pemuda itu.

Leo mendekatkan wajahnya kearah telinga Jeje, membisikkan sesuatu yang membuat seluruh inci wajah Jeje memerah.

"Jangan gugup ini cuman ciuman biasa, ciuman yang luar biasa nanti kalau acaranya udah kelar" bisik Leo tadi.

Leo segera mengecup bibir kesayangannya itu, dan kemudian disusul sorak sorai dari tamu undangan.

Setelah ciuman selesai, Jeje segera menyembunyikan wajahnya didada Leo.

Senyuman kembali muncul diwajah pemuda yang sudah bersuami itu.

Indah.

Hanya itu yang bisa Leo ucapkan.

Merasakan indahnya perasaan ini.

Leo menutup matanya, menikmati masa masa yang sedang dijalaninya.

Sampai sorak sorai dari tamu undangan berubah mengerikan.

Teriakan menyebut nama Jeje terdengar begitu keras, teriakan yang kemudian disusul suara tembakan yang tepat mengenai belakang kepala Jeje.

Leo tetap menutup matanya, mencoba meyakinkan tentang apa yang sedang ia dengar.

Tetap memeluk erat tubuh kecil kesayangannya.

Sampai ia merasakan tubuh yang tadi memeluknya, luruh jatuh dari pelukan nyamannya.

Leo membuka kedua matanya, menatap Jeje dan kepala kesayangannya yang kini sudah dipenuhi darah.

Leo tertawa hambar, mencoba meyakinkan kembali tentang kejadian yang menimpanya.

Menatap keluarganya yang mulai kalang kabut mencari bantuan.

Sampai mata elangnya menemukan pelakunya, gadis gila dengan dress berwarna ungu lilac, seperti saat Jeje bertemu dengan gadis itu.

Diana, gadis itu tersenyum kearah Leo.

Lalu menempatkan pistol yang tadi dipakainya untuk menembak Jeje kearah kepalanya sendiri.

"LEO! GA ADA YANG BOLEH MILIKIN KAMU" teriaknya.

Gadis itu sudah akan menembak kepalanya sendiri, tapi dicegah oleh salah satu tamu undangan.

Leo berdecak kesal, kenapa seseorang malah menghentikan aksi gilanya?

Jaya menyadarkan Leo, pria itu hendak menggendong tubuh Jeje tapi dicegah oleh Leo.

Dan kini Jeje sudah ada ditangan Leo, menggendongnya ala bridal style.

"Kalau kamu mati, aku ga akan maafin kamu Jeandra" ucapnya lirih.

Jeje dibawa kesalah satu rumah sakit, pemuda itu kehilangan banyak darah.

Perawat rumah sakit membawa Jeje keruang operasi, menutup ruangan itu dan segera melakukan tugasnya untuk menyelamatkan Jeje.

"Leo" panggil Luke lirih.

Leo menoleh, pemuda itu tidak menangis atau bertindak berlebihan.

Leo hanya diam, menatap ruang operasi itu tajam, seolah olah sedang menatap musuh musuhnya.

"Kamu ga nangis gitu? Nangis dong, biar kayak di drama drama gitu" ucapnya.

Leo tidak menanggapi ucapan sang ayah, ia kembali menatap ruang operasi yang didalamnya terdapat pemuda yang ia cintai.

"Leo" panggil Luke lagi.

Kali ini, Leo tidak menoleh kearah Luke, pemuda itu bersedekap dada tetap menatap tajam ruang operasi.

"Jeandra bakal baik baik aja" sambung pria paruh baya itu.

Setelah mengatakan itu, Luke duduk bersama Jaya dan juga Dira yang sedang menangis histeris.

Dua jam lebih, Leo menatap ruangan itu, dikepalanya sudah terpikirkan hal hal buruk yang bahkan ia sendiri takuti saat ini.

"Jeandra, lo harus bisa" ucapnya lirih.

"Kita harus kawin Je" lanjutnya.

Pria paruh baya berdarah belanda keluar dari ruang operasi, lengkap dengan baju operasinya.

Dokter menjelaskan jika keadaan Jeje sedang tidak baik baik saja, keadaannya sangat buruk, benar benar buruk, hingga dokter tidak yakin bisa menyelamatkan pemuda kesayangan Leo itu.

Dokter mengatakan jika Jeje mengalami koma yang entah kapan akan berakhir dan besar kemungkinan jika Jeje hidup kembali ia akan mengalami amnesia atau kehilangan memori dalam otaknya.

Leo memutar bola matanya mendengar perkataan dokter yang menangani Jeje.

Perlahan, air matanya jatuh turun kepipi pemuda itu.

Leo berjalan masuk kedalam ruangan dimana Jeje sudah dipindahkan.

Ia menatap lekat suami kecilnya itu, lagi lagi secara perlahan, air matanya turun membasahi pipinya.

Saat melihat wajah pucat tapi damai milik Jeje membuatnya sedih dan tak bisa lagi membendung rasa ingin menangis.

"Takdir keterlaluan banget, iya kan?" ucap Leo, ia mengusap pipinya yang basah.

"Gue tau takdir emang suka bercanda tapi ga gini juga kan?! bangsat!" Sambung Leo, ia menghempaskan tangan Jeje yang tadi digenggamnya lalu keluar dari ruang rawat Jeje dengan perasaan dongkol dan jengkel karena sebuah takdir.
_______________

Tbc...

Maaf semuanya, gue ga up beberapa hari ini karena gue lagi sibuk nonton bl yang lagi trending itu hahahha.

Jeje mati ga ya? Wahahaah!!

Vote+komen+follow!

KAKEL||ENDWhere stories live. Discover now