Chapter 5

3.8K 260 98
                                    

Jisung melangkahkan kakinya pelan memasuki ruangan kuliahnya pagi ini, berjalan gontai menuju bangkunya menaruh tas diatas meja dan menelungkupkan kepalanya, percakapan mama dan papanya pagi ini berputar jelas dikepalanya ditambah lagi sudah tiga hari ini dia tidak bertemu papa gulanya, bahkan dikampus sekalipun.

Jisung jadi penasaran kemana perginya papa gulanya itu, kan Jisung sedikit merasa rindu.

Sedang asik memikirkan kedua orangtua dan papa gulanya, tiba-tiba kelima sahabatnya datang dan duduk dibangku masing-masing sambil memperhatikan Jisung.

"Jisung, lo kenapa? Sakit?" Tanya Chenle khawatir. Jisung mengangkat kepalanya dan menggeleng.

"Lo laper sung? Yuk ke kantin sebelum jam kuliah pertama dimulai?" Haechan mengajak Jisung, namun lagi-lagi gelengan kepala yang mereka dapati dari Jisung.

Renjun yang duduk disamping Jisung pun mengusap rambut Jisung pelan.

"Lo kenapa bayik? Ayo cerita sama kita, bakalan kita dengerin kok."

"Bener sung, jangan diem aja kayak gini. Kita semua khawatir sama lo." Jeno menambahkan, terlihat khawatir melihat pemuda setengah bayik itu terdiam.

"Ayo angkat kepalanya dan ngomong sama kita-kita ini, lo sebenernya kenapa? Masalah sama mama papa lagi atau ada hal lain?" Tanya mark.

Tak lama terdengar isakan kecil dari Jisung membuat semua sahabatnya mendekat kepadanya.

"Jisung sayang, bayik kesayangannya Renjun jangan nangis ya. Kalau gak mau cerita sekarang sama kita gak apa-apa kok. Kita bakalan nunggu sampai lo siap untuk cerita ke kita." Renjun membawa Jisung kedalam pelukannya dan mengelus punggung Jisung pelan.

"Mama sama Papa mau cerai, mereka gak mikiran perasaan gue. Mereka egois!" Jisung berkata sambil semakin terisak.

Sahabat-sahabatnya menatap Jisung sedih, perkara orang tua Jisung mereka semua sangatlah tahu. Menikah karena dijodohkan, tak pernah ada cinta diantara kedua orangtua itu bahkan sampai Jisung hadir diantara mereka dan sebesar sekarang ini.

Haechan dan Chenle mendekati Jisung dan memeluknya juga.

"Sung, dengerin gue deh sini. Lo capek kan ngeliat mama sama papa berantem mulu?"
Jisung mengangguk membenarkan, ia amat sangat capek dengan pertengkaran kedua orangtuanya.

"Mereka emang egois gak mikiran lo, tapi coba dipikirin lagi sung gak ada cinta diantara mereka selama ini. Kalau mau dipertahanin pun udah gak bisa, yang ada mereka bakalan saling nyakitin terus." Haechan mulai berkata kepada Jisung.

"Bener kata Echan sung, kita emang belum ngerti soal ke jenjang yang lebih serius kayak gitu sung, kita gak berhak menilai hubungan orang tua lo. Tapi kalau pilihan bercerai menjadi pilihan terbaik buat mereka, coba lo juga pahami keadaan hubungan mama dan papa lo." Chenle
menambahkan.

"Kita emang nggak tahu apa yang lo rasain sekarang selain sakit hati perihal keinginan orang tua lo untuk bercerai, tapi inget sung jangan lari kemana-mana, lo masih punya kita dan jangan pernah sungkan untuk datang ke kita." Mark berkata sambil mengusap pelan bahu Jisung.

"Makasih banget ya, makasih karna gue punya kalian yang selalu sayang sama gue." Jisung melepas pelukannya dan menatap kelima sahabatnya sambil tersenyum, walaupun setetes air mata jatuh lagi dari netra cantiknya.

Mereka berlima memeluk Jisung erat.

"Ututu bayik gedenya kita, jangan nangis lagi ya. Kita sayang banget sama lo." Renjun berkata sambil terkekeh pelan.

Setelah berpelukan layaknya teletubies, mereka semua duduk kembali ke bangkunya masing-masing karna teman-teman mereka yang lain sudah mulai memasuki ruang kuliah juga.

Papa Gula. [Re-publish]🔞Onde histórias criam vida. Descubra agora