Chapter 16

2.4K 152 6
                                    

Hari ini merupakan hari yang mungkin paling dihindari Jisung, hari yang paling dibenci Jisung karena merupakan hari dimana sidang perceraian kedua orang tuanya dilaksanakan. Mau tak mau
sebagai anak satu-satunya, ia harus menghadiri persidangan itu setelah mengikuti Ujian.

Ujian akhir semester yang sedang ia hadapi
sekarangpun begitu memusingkan kepalanya karena ia benar-benar tak fokus, pikirannya hanya tertuju kepada kedua orang tuanya. Rasanya berat jika ia hadapi sendirian, ia butuh seseorang untuk
bersandar saat ini. Tapi sandarannya sedari dulu, rumahnya yang ia cintai dan sayangi memutuskan untuk berpisah.

Kedua orang tuanya selalu berkata kalau mereka begitu menyayanginya, begitu mencintainya dan tak akan pernah menyakiti hatinya. Namun pada akhirnya mereka berduapun yang sama-sama menyakiti Jisung dengan keputusan berpisah.

Tak ada seorangpun anak didunia ini yang bahagia ketika mendengar kedua orang tuanya berpisah. Melihat kedua orang tua bertengkar saja pasti membuat kita sakit hati bukan? Namun, mungkin sakit hati yang dirasakan Jisung tak sebanding
dengan sakit hati yang dialami orang tuanya saat bertengkar hebat dirumah setiap harinya.

"Huhh .."

Jisung mencoba menguatkan dirinya, berusaha menerima kenyataan bahwa orang tuanya benar- benar berpisah hari ini.

Jisung mengemasi barang-barangnya dan
melangkah keluar dari ruang kuliahnya hari ini, nafas dan langkahnya sungguh terasa sangat berat saat ini. Masih ada dua jam sebelum sidang dilaksanakan, ia butuh menyegarkan pikirannya sebelum menerima akhir dari segalanya.

Langkah Jisung terhenti saat para sahabatnya dengan tiba-tiba memeluknya erat.

"Jie, gue tahu lo kuat. Anak buna yang gemes ini jangan sedih ya!" Ucap Renjun masih memeluk Jisung erat.

"Kita bakalan selalu ada buat lo Jie, kita bakalan jadi sandaran terbaik buat lo." Haechan mengusap rambut Jisung lembut.

"Dan inget ini Jie, kita akan selalu sayang banget sama lo." Chenle menepuk-nepuk lembut tangan Jisung yang ia genggam.

"Jangan coba lari kemanapun sung, karena
lo punya pak Jaemin dan punya kita. Oke?"
Mark dan Jeno berkata kompak kepada Jisung membuat pemuda manis itu tiba-tiba terisak hebat dipelukan sahabatnya.

"Makasih banget, gue bersyukur karena punya kalian dalam hidup gue. Gue juga sayang banget sama kalian!" Jisung memeluk sahabatnya erat.

"Udah jangan nangis lagi Jie, pak Jaemin udah nungguin lo tuh." Haechan menghapus air mata Jisung, dengan kompak semua sahabatnya melepas pelukan mereka dan menoleh melihat
Jaemin yang penampilannya berbeda hari ini. Lelaki tampan itu memakai baju kaos putih yang dilapisi jaket denim hitam dan celana jeans hitam yang sedikit sobek di bagian lututnya.

Jisungpun lantas berpamitan kepada para sahabatnya dan melangkah mendekati Papa gulanya.
Sesampainya didepan lelaki tampan itu ia
merasakan kehangatan saat tangan besar papa gulanya menggenggam erat tangannya dan menariknya lembut untuk berjalan berdampingan meninggalkan lorong kampus itu menuju parkiran.

_________

Mereka berdua memasuki mobil Jaemin dan hanya keheningan yang menyelimuti mereka berdua.

"Baby .." Jaemin kembali menggenggam tangan Jisung dan mengusapnya lembut, berusaha memberikan ketenangan untuk kekasih manisnya.

"Daddy selalu bilang kalau daddy mencintaiku kan? Daddy akan selalu ada untukku kan? Apa itu berlaku juga untuk hari ini?" Jisung menatap papa gulanya dengan tatapan sendu.

"Berlaku selamanya Baby. Kau sudah tahu dengan jelas kalau Daddy sangat mencintaimu bukan?!" Jaemin mengelus pipi gembil Jisung.

"Boleh aku memeluk Daddy saat ini? Aku sangat membutuhkannya sekarang."

Papa Gula. [Re-publish]🔞Where stories live. Discover now