satu

716 103 4
                                    

satu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

satu

"Kutemukan dia, si jarum di antara tumpukan jerami

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Kutemukan dia, si jarum di antara tumpukan jerami."

***

"APA yang sebenarnya kalian lakukan pada semua teman priaku?!"

Pertanyaan Cia menjadi pembuka perbincangan keluarga kecil Jonathan malam ini, sesaat setelah makan malam selesai. Saat ini mereka tengah duduk di ruang keluarga setelah merayakan kelulusan Cia dengan makan malam besar-besaran.

"Apa maksudmu, Vincent?" tanya Alexander, pura-pura tidak tahu. Namun, ia sudah menjauhkan diri satu jengkal dari Cia. Rangkulan pada bahu Cia juga sudah dipindahkan pada lengan sofa.

"Tidak ada yang perlu Cia jelaskan lagi. Kalian semua sudah melihat kejadian tadi siang secara jelas, bukan? Kalian semua tertawa paling kencang, kecuali Kak Kevin tentunya." Cia mendesah lemah, "Untung Cia sudah lulus kuliah, jika belum bagaimana? Mau ditaruh ke mana muka Cia?"

"Tenang saja, Kak Kevin akan urus kepindahan kamu ke universitas lain." Masih si tak tahu malu—Alexander—yang menjawab dan itu benar-benar menyebalkan.

Cia menarik jari tangan Alexander yang ada di atas paha pria itu sendiri lalu menggigit jari tangannya yang panjang sekuat tenaga hingga Alexander menjerit minta ampun.

"Astaga," geram Cia, ia menggigit bibirnya kuat. Matanya juga memicing tajam menatap Alexander, "Cia kesal sekali dengan Kak Alex. Boleh Cia pukul gak sih?" Ia mengarahkan kepalan tangannya pada Alexander.

Marvel yang duduk di sofa ujung malah terkikik girang, "Kalau tidak ada Kak Alex, tidak seru."

Richard, si bungsu pria, mengangguk-anggukkan kepala dengan mulut penuh camilan. "Setuju, Kak. Tidak ada yang akan jadi raja tak tahu malu. Tidak ada dari kita yang mau mengorbankan diri untuk hal-hal memalukan. Thanks to Kak Alex!"

Seakan lupa dengan denyut sakit pada jari tangannya yang masih tercetak gigitan Cia, Alexander membusungkan dadanya, "Alex berkorban banyak demi keluarga kita. Alex adalah pahlawan, baik di kehidupan sekarang maupun sebelumnya. Ayo, segera berterima kasih pada Alex."

Help me, Chris!Where stories live. Discover now