empat

539 100 8
                                    

empat

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

empat

"Apa yang kamu taburlah yang akan kamu tuai

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Apa yang kamu taburlah yang akan kamu tuai."

***

"Sudah malam, papa dan mama pulang saja terlebih dulu. Sebentar lagi Chris menyusul dari belakang, ada yang perlu Chris bicarakan dengan Cia," jelas Christopher sambil mengalihkan pandangannya dari Reinald dan Celine ke arah Cia.

Christopher mendapati ekspresi gugup Cia, tapi coba diabaikannya dengan mengantar kedua orangtuanya hingga berdiri di depan pintu mobil. Orangtuanya bergandengan tangan mesra dengan wajah yang memancarkan rona bahagia. Tak jarang memang, tapi hal itu tetap saja membuat Christopher takjub, tidak pernah bosan sama sekali. Malahan, ia berharap bisa memiliki kisah percintaan seperti kedua orangtuanya ini yang tak pernah padam.

"Mama dan papa akan berikan kalian waktu berduaan sebanyak mungkin," kata Celine. Ia mengusap wajah putra satu-satunya itu dengan lembut, tapi tak lama kemudian senyum jahil terbit di wajahnya. "Jangan pacaran diam-diam lagi, ya? Kan sudah resmi." Setelah melontarkan kalimat godaan itu, Celine segera beranjak masuk ke dalam mobil disusul oleh Reinald yang tidak mengatakan apa-apa.

Christopher menunggu hingga mobil yang ditumpangi kedua orangtuanya tidak terlihat lagi dari halaman rumah Cia, kemudian ia berjalan masuk ke dalam rumah untuk mencari keberadaan Cia. Tidak sulit baginya untuk menemukan Cia, karena adik perempuan satu-satunya dari sahabat baiknya duduk sendirian tengah menonton televisi. Tepatnya, televisi tengah menonton Cia.

"Cia," panggil Christopher sambil mengambil posisi di samping Cia. Christopher menyisakan sedikit jarak di antara mereka berdua.

"Iya?" cicit Cia yang hampir tidak terdengar sambil membenarkan posisi duduknya, kemudian mengarahkan ujung pandangannya kepada Christopher.

"Kamu tentu sadar 'kan kalau kita gak pernah pacaran sebelumnya?" tanya Christopher. Bola matanya terkunci pada Cia yang mulai menunduk, tidak berani menatapnya. Bahkan Cia yang tengah susah payah menelan ludah juga tertangkap pandangannya.

Cia perlahan-lahan mengangkat pandangannya, kemudian bertanya, "Kalau Kak Chris sadar, kenapa diam saja dari tadi? Kenapa Kak Chris tidak membantah?"

"Tidak apa?" tanya Christopher dengan sebelah alis terangkat tinggi, seperti tengah menantang Cia.

Help me, Chris!Where stories live. Discover now