empat belas

436 84 5
                                    

empat belas

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

empat belas

"Tetaplah tenang, seperti singa yang mengintai musuh dan mangsa dari balik ilalang

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Tetaplah tenang, seperti singa yang mengintai musuh dan mangsa dari balik ilalang."

***

"Dasar cucu-cucu kurang ajar!"

Hanya kalimat itu yang keluar dari bibir Thomas, setelah itu ia tidak bicara apa-apa lagi. Ia melanjutkan langkahnya berjalan masuk ke dalam rumah Jonathan, tidak mempedulikan tepung terigu yang berterbangan memenuhi ruangan seiring dengan langkah kakinya. Biar saja keempat anak laki-laki itu yang repot membersihkan rumah akibat ulah mereka sendiri.

Sejak ditinggal di dalam mobil beserta putra dan menantunya, Thomas sudah memiliki firasat bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi apalagi mengingat perkataan Cia tadi di rumah mereka. Firasat buruknya semakin jadi ketika menemukan seutas tali yang mencuat dari atas pintu yang terbuka dan tali itu terhubung dengan tangan Richard yang berdiri di belakang ketiga saudara laki-lakinya.

Meskipun dirinya sudah tua, untungnya otak dan pola pikirnya tidak ikut menua. Ia masih cekatan dalam berpikir dan mengambil tindakan, seperti yang terlihat sekarang, dirinya penuh dengan tepung karena memiliki firasat cucu setannya akan dikerjai habis-habisan oleh empat putra Jonathan. Sehingga dirinya diam-diam keluar dari mobil dan menyalip dari sisi kiri Cia ketika calon cucunya itu hendak berjalan masuk namun dilarang Richard.

Brothers squad tidak berani menatap Thomas yang sedang menepuk-nepuk pakaiannya dari tepung terigu yang menempel. Mereka duduk dengan tegap namun dengan kepala yang tertunduk. Kevin, Alexander, Marvel, dan Richard duduk di sofa panjang yang biasa mereka berempat duduki, sedangkan Cia duduk di samping Christopher bersama dengan Reinald dan Celine. Tentunya, Thomas duduk di kursi tunggal di ujung meja, siap menghakimi brothers squad.

Thomas masih tidak membuka mulutnya, kedua tangannya benar-benar sibuk menghilangkan tepung. Pipi keriputnya yang agak turun bergerak ke sana kemari sesuai dengan gerakan tangan.

"Opa," panggil Cia setelah memutuskan berjalan mendekati Thomas untuk membantunya membersihkan tepung itu. "Opa gak marah, 'kan?"

"Opa marah, Cia," geram Thomas. Kakek kesayangan Christopher ini menatap brothers squad dari ujung mata seakan-akan ingin menguliti mereka hidup-hidup. "Opa benar-benar marah, sangat marah," lanjutnya lagi dengan suara rendah yang terdengar bergetar.

Help me, Chris!Where stories live. Discover now