lima

472 91 5
                                    

lima

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

lima

"Jangan bilang bisa atau setuju, jika terdapat keraguan di dalamnya, baik hanya setitik kecil

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Jangan bilang bisa atau setuju, jika terdapat keraguan di dalamnya, baik hanya setitik kecil."

***

Cia mengintip dari balik tirai jendela rumah untuk menemukan Christopher yang sedang berdiri di depan rumahnya. Hingga beberapa menit berlalu, Cia masih belum membukakan pintu. Ia menatap Christopher yang tengah berdiri dengan kedua tangan dimasukkan ke dalam saku celana. Christopher terlihat sangat berbeda hari ini, tidak seperti biasanya yang mengenakan setelan formal untuk bekerja serta rambut hitam legamnya yang tersisir rapi ke belakang seperti ayahnya–Reinald, kali ini pria itu mengenakan kaus polos, celana jeans, sepatu olahraga, dan rambut yang terlihat acak-acakkan.

Suara bel kembali bergema memenuhi seluruh ruangan rumah, membuat Cia memutuskan untuk membukakan pintu. Giliran Christopher yang memandang Cia dari atas kepala hingga ke ujung kaki, bedanya adalah pria itu menatap Cia secara langsung dan jelas. Christopher hampir menghela napas karena tidak percaya dengan apa yang ada di hadapannya saat ini! Rambut Cia diikat bulat di atas kepala secara asal, kaus longgar berwarna abu yang menampilkan baju dalam Cia secara jelas, celana tidur pendek longgar bermotifkan Menara Pisa serta sandal bulu rumah warna pink.

"Belum mandi?" tanya Christopher sambil berjalan masuk mengikuti punggung sempit Cia, tidak lupa menutup pintu di belakangnya.

Pertanyaan Christopher hanya dijawab singkat oleh Cia, "Belum." Cia duduk di ruang keluarga dengan kedua kaki yang terlipat di atas sofa. Ia meraih bungkus keripik kentang yang sudah terbuka dari atas meja sambil melanjutkan menonton drama yang sudah ditonton setengah hingga Christopher datang.

"Sudah dua belas siang, Cia. Kamu belum mandi?" Christopher menatap Cia yang sedang menatap lurus ke arah televisi, "Mandi sekarang, Kak Chris mau ajak kamu keluar."

"Tidak bisa," tolak Cia cepat, "Cia sudah janji keluar sama Kak Marvel. Jadwal kegiatan Cia itu padat, jadi lain kali Kak Chris gak bisa seenaknya ajak Cia keluar tanpa buat janji minimal dua hari sebelumnya." Jawaban asal itu keluar dari bibirnya, matanya masih fokus menonton adegan pria yang tengah memeluk wanita berambut pendek sebelum mereka berciuman dalam tangis.

Help me, Chris!Where stories live. Discover now