tiga

526 111 4
                                    

tiga

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

tiga

"Bagaimanapun nasi sudah menjadi bubur

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Bagaimanapun nasi sudah menjadi bubur."

***

"Masuk," perintah Jonathan sambil menggandeng lengan Cia masuk ke dalam rumah.

"Kamu gila?" tanya Alexander yang tengah berjalan mendekati Cia. Alexander mencubit pipi Cia gemas. Terlihat jelas ia tengah mengigit bibir dalamnya.

"Cia, kamu serius dekat dengan Roy?" tanya Kevin yang berada di balik tubuh jangkung Alexander. "Kakak bertanya seperti ini bukan karena fisiknya, tapi takut dirinya tidak mampu menjagamu di saat dia sendiri terlihat belum cukup matang."

Cia tergerak hatinya mendengar perkataan yang keluar dari bibir Kevin. Cia tahu apa yang sebenarnya ingin disampaikan oleh Kevin, tapi kakak sulungnya itu tetap berusaha mengeluarkan pendapatnya tanpa mencoba menyinggung fisik dan mental Roy secara gamblang.

"Cia... kamu disambar petir? Kepalamu gak apa-apa, 'kan? Kenapa kamu bisa suka sama pria seculun itu?! Tidak ada pria lain?!" tanya Marvel sambil menjitak kepala Cia dengan pelan, tidak bisa disebut jitakan malah, lebih seperti usapan yang menuju ke arah gemas.

Yah, dan tentunya Marvel tidak sama dengan Kevin. Dengar saja cara penyampaian mereka, inti sama, namun caranya berbeda.

Cia mengerucutkan bibirnya sambil menunjuk Christopher yang sedang menonton mereka dari seberang meja. "Cia cuman mau buat Kak Chris cemburu. Selama ini Kak Chris gak mau akuin Cia sebagai pacar di depan daddy, mommy, dan brothers squad!"

Setelah mengucapkan tuduhan panjang itu, Cia tidak berani menatap Christopher. Apakah ini benar pilihan yang tepat dengan menyeret Christopher tanpa izin pria itu sebelumnya? Cia merasa lebih baik ia menenggelamkan dirinya saja. Ia tidak akan berani bertemu dengan Christopher lagi setelah ini.

Christopher menaikkan sebelah alisnya. "Aku?!"

Cia menghela napas, berusaha menenangkan dirinya terlebih dahulu. Persetan dengan jawaban Christopher, sepertinya ia harus nekat terlebih dulu. Bagaimanapun nasi sudah menjadi bubur. Dan persetan dengan pikirannya beberapa detik yang lalu. Pesimis bukanlah dirinya. Iya, bukan dirinya. Cia menghela napas perlahan.

Help me, Chris!Where stories live. Discover now