13

864 216 12
                                    

"....Tak sempat terbaca hatiku, Malah Terabai Olehku~~"

"Lelah Ku sembunyi, tutupi maksud hati~~"

"Yang justru Hidup karena mu, dan Bisa mati tanpa mu~~"

Tubuh Chika mematung di depan Pintu Kamar nya yang tidak tertutup untuk Sempurna. Menunda dirinya yang akan masuk kedalam nya, Karena mendengar Suara Ara bersenandung, menyanyikan Lagu favorit teman nya itu diiringi pula oleh Suara Audio dari lagu tersebut.

Menurut Chika, Momen Ara bernyanyi sangat lah Langka. Suara Merdu dari sahabat Chika itu mungkin akan menempati Juara satu jika mengikuti Lomba.

"Berdiri aja Nih" Suara dari belakang Sedikit membuat Chika kaget. Ternyata, Gracia datang menghampirinya.

"Ara di dalem kan? Aku mau ambil HP aku" Ujar Gracia menuturkan niat nya.

"Iya kak, dia Di dalem kok" Chika membuka pintu kamar itu, masuk bersama Gracia.

"...Pasti akan Ku hapuskan Lukamu, Menjagamu, Memb--"

Ara menghentikan Suara nya kala menyadari Kehadiran seseorang. Dilihatnya kini, Tubuh Gracia sudah berdiri, Perempuan itu tersenyum Jahil Mulai mendekati tempat Ara berbaring.

"Widih-widih. Luka siapa yang mau kamu Hapusin Ra?" Tanya Gracia menggoda Ara.

"Hmm luka siapa ya?" Ara terlihat berpikir dengan bola Mata menatap lekat Sosok Chika yang berdiri di samping Lemari kamar, lalu Jatuh ke Belahan Bibir Chika yang Luka nya hampir Sembuh itu.

Hati kecil Ara Seakan Marah melihat Luka itu. Seharusnya Chika menghukum Ara karena telah melukai Bibir Manis nya.

Perlahan, Tatapan Ara beralih dari Chika, dan melempar pandangan nya ke arah Gracia, "Luka Ci shani aja gimana?" Kata Ara Jahil, lalu terkekeh.

"No, No, No! Ci Shani Gak bakal Terluka selama Sama aku" Gracia menggoyangkan Jari telunjuknya, setelah nya ikut tertawa bersama Ara.

Di posisi nya, Chika hanya bisa terdiam menunggu keperluan Gracia dengan Ara.

"Mana Hp aku. Liat bentar, siapa tau ada Notif penting" Pinta Gracia, Ara segera mematikan Lagu yang berputar di Ponsel tersebut dan memberikan ke pemiliknya.

Selesai mengecek Isi ponselnya, Gracia Memandang Ara dan Chika secara bergantian, lalu tersenyum Manis, "Nih, Kalian pake lagi aja Hp aku. Kalau ada yang nelfon langsung kasih ke aku ya"

Ara bersorak senang, kembali menerima Ponsel itu lagi.

Di asrama Ini, hanya Penghuni yang berusia 17 tahun ke atas saja yang di izinkan dan di berikan Ponsel. Bagi Ara, Chika dan beberapa Teman lain yang seumuran belum bisa menggunakan Ponsel sendiri.



















Gracia Telah keluar dari kamar. Chika menutup Rapat Pintu kamar, dan Ikut bergabung bersama Ara yang sedang menyalakan Lagu yang sama seperti tadi.

"Lagu Ini Mulu. Ganti kek Lagu Vierra yang Rasa Ini" ujar Chika.

"Abisin satu lagu lah ya Chik, baru deh tuker yang kamu mau" Respon Ara.

Chika beranjak Dari Duduknya, Tangan kini nya membuka Lemari pakaian. Melihat itu, Ara langsung teringat sesuatu.

"Chika, Kemarin Kak Shasha Ngajak kita main Ke rumah nya besok" Ucapan Ara Membuat Chika membalikan badan.

"Serius?"

Ara mengangguk, "Iya, Jam 11 besok dia bakal nunggu kita di tempat Jemur kerupuk"

"Tapi–, besok Kita juga Bakal Pergi ke Undangan Kak Viny" Jelas Chika.

"Undangan kak Viny Jam 2 kan. Kita bisa pulang sebelum jam 2 itu. Jadi kita bisa dateng di Dua undangan Sekaligus!" Ara memberitahu Ide nya.

"Eh Iya. Bener juga!" Balas Chika dengan wajah kembali berseri.

Ara Bangkit, Tersenyum lebar dan mendekati sahabatnya itu. Kedua tangan Ara, Melingkar di Perut ramping Chika.

Wajah Ara menoleh untuk menatap Wajah Samping Chika.

"Fiuhh~~" mata Chika Agak menyipit saat merasakan Ara meniup Luka Dibibir nya.

"Biar luka Ka Chika besok sembuh!" ujar Ara dengan senyumannya.

"Baik deh sayang nya aku!" Telapak tangan Chika terangkat untuk menepuk-nepuk lembut kepala Ara.

Ara Lantas Mengambil kesempatan untuk mencium bibir Chika sekilas.

Chika Agak kaget Dengan Yang Ara lakukan tadi. –Perasaan nya pun seketika Menghangat.

"Kalo gitu, Yuk kita cari baju buat di pake besok!" Seru Ara, Melepas Pelukan nya. mata nya membidik ke bagian dalam Lemari pakaian.

"Yah, kok sebentar banget sih. Padahal kan pengen di peluk Ara lama-lama" Gerutu Chika dalam Hatinya. Agak kesal, ia pun Menyusul Ara untuk memilih Baju.





















Shani Melirik Jam dinding. Kurang dari 7 menit lagi, Waktu menunjukan pukul 08:30 malam. Yang artinya, Kelas belajar Adik-adik nya akan selesai. Muncul satu ide di kepala Shani untuk menghidangkan Bolu Coklat Yang di bawa Viny kemarin.

Kaki Shani turun Dari atas kasurnya. Saat keluar kamar, shani mendapati Gracia, Feni, dan Eli sedang menonton tv bersama.

Namun langkah Shani tidak berhenti diruangan ini, Ia melangkah memasuki dapur.

Sesampainya di dapur, Shani langsung membuka Kulkas. Namun satu loyang Bolu itu tidak ada di sana.

Shani mengedarkan pandangan kesekitar, dan Melihat Anin berdiri memunggungi nya, teman nya itu sedang melakukan Sesuatu di meja Makan.

"Nin, Boleh aku aja gak ngiris nya? Kamu mending Bikin teh. Seteko itu aja yaa" Shani Begitu saja mengambil Alih pisau Di Tangan Anin yang sedang memotong Bolu Coklat itu.

Sebentar Anin memasang wajah Bingung. Tanpa berniat protes, Anin Beralih Mengambil Panci yang ia isi dengan air, lalu merebusnya di atas Kompor.


























Sisca masuk ke dalam, Meraih air putih dari dalam Kulkas.

"Waah, Kue nih. Bagi ya" Sisca begitu saja mencomot satu Bolu Yang berhasil Shani Potong beberapa di dalam Piring.

"Aw!" Shani meringis kala jari Manis nya Tak sengaja tergores pisau itu.

"Cishan! Waduh, Jari Cishan Berdarah!" Panik Sisca melahap Begitu saja potongan besar Bolu di tangan nya. Lalu berlari untuk mengambil tisu.

"Kenapa? Astaga, Kok bisa ke Iris sih jari kamu!" Anin juga ikutan kaget mendapati jemari Shani mengucurkan Darah.

Shani mengigit Bibir bawah nya, menahan perih Luka di jarinya kini. Hingga tak lama, Sisca datang mengusap Begitu saja Jari Shani dengan Tisu yang ia bawa.

"Cici! Ci shani!, Mana Ci yang sakit? Perlu di bawa ke rumah sakit? Biar aku telfon kak Gaby buat Ngirim mobil ke sini?!" Gracia Muncul secara tiba-tiba dan memegang Tangan Shani. Jelas sekali wajah Cemas nya melihat keadaan jari Shani yang sekarang berdarah itu.

"Cuci aja dulu Shan sama Air mengalir. Baru nanti di kasih obat merah terus di balut plester" Usul Anin. Segera Gracia menuntun Shani menuju Wastafel dan menghidupkan keran.

Shani seakan tidak bisa mengeluarkan suara. Hanya bisa diam kala Gracia dan teman-teman lain Mengurusi lukanya. Ada Perasaan Aneh yang Shani rasakan. Namun tidak tau pertanda apa perasaan ini. Ia harap, Takkan ada kejadian buruk di depan nanti.





























Tbc —270522—

abis ini saia mo fokus buat uas. menuhin energi buat ngumpul resume yang dosen nya suka teleport:)

Chance Back?Where stories live. Discover now