7 - I LOVE HER

521 107 27
                                    

7 - I LOVE HER

Hanya duduk berdampingan menatap hilir manusia dan kendaraan yang berlalu-lalang di depan mereka, sudah cukup membuat keduanya tenang.

Hari sudah menunjukkan waktu petangnya. Setelah mereka mengantar buah ke pelanggan setia Dahyun, yang ternyata adalah ayah dari Sana. Keduanya beristirahat duduk di depan toko buah Dahyun.

"Sejak kapan rumah itu menjadi pelanggan setiamu?" Tanya Sana tiba-tiba.

Dahyun memberi atensinya pada Sana sebentar, lalu kembali menatap lalu-lalang di hadapannya. "Mungkin sejak enam bulan yang lalu?" Ucap Dahyun dengan wajah yang sedikit ragu. 

"Wae?" Tanya Dahyun.

Kini Sana menggeleng tersenyum. "Tidak" Jawabnya. 

Setelah itu keadaan hening, Dahyun memilih untuk menikmati angin yang menyambar wajah dan rambutnya pelan.

Sedangkan Sana sama sekali tak tertarik dengan lalu-lalang di depannya. Ia lebih memilih menatap wajah samping Dahyun yang terlalu cantik, bahkan bagi Sana jika ada kata yang melebihi definisi cantik, itulah Dahyun.

"Bidadari" Ucap Sana pelan dengan tiba-tiba. Suaranya kecil, namun Dahyun masih bisa mendengar itu.

"H-huh?" Bingung Dahyun menatap mata Sana yang menatapnya dalam.

Keduanya membeku, tenggelam dalam tatapannya masing-masing. Waktu seakan berhenti. Betapa Sana memuja gadis yang ia tatap saat ini.

Hingga tak sadar jarak wajah keduanya semakin merapat. Napasnya berbenturan membuat Dahyun menutup matanya seolah mempersilakan, sampai satu centi lagi bibirnya akan bersentuhan.

"Kim Dah--" Ucapan seorang gadis terpotong saat melihat apa yang ada di depannya

Seketika mata keduanya terbuka dan saling memperbesar jarak setelah mendengar suara dari seseorang. Wajah yang merona sudah tak bisa dikondisikan lagi.

"S-Sana?"

Sana menengok ke sumber suara yang memanggilnya, matanya membulat setelah melihat siapa yang ia lihat sekarang. "Kenapa kau ada di sini?" Tanya Sana sedikit nada kesal di sana karena mengganggu apa yang hampir terjadi.

Sedangkan yang diberi pertanyaan menatap Sana bingung. "Justru aku yang harusnya bertanya itu padamu" Ucapnya.

"K-kalian saling mengenal?" Celetuk Dahyun. Membuat keduanya menatap Dahyun dan menjawabnya dengan anggukan secara bersamaan.

Sana kembali menatap gadis  yang baru saja datang itu. "Kenapa tidak? Aku sudah hampir sebulan bekerja di sini, Momo" Ucap Sana santai seolah memamerkan apa yang terjadi pada kedekatannya dan Dahyun.

"Aku juga!" Balas Momo. Membuat Sana menatapnya tak suka. Hingga kedunya saling memamerkan apa saja yang sudah mereka lakukan di toko buah Kim Dahyun.

Perdebatan itu sungguh membuat gadis manis yang berada di tengah-tengah mereka semakin kebingungan. "Bisakah kalian hentikan?" Ucap Dahyun sedikit tegas.

Seketika Sana dan Momo terdiam, hanya saja matanya masih menatap satu sama lain seperti ada peperangan di sana.

Momo memutuskan pandangannya dari Sana menjadi menatap Dahyun dengan kelembutan. "Maaf aku terlambat lagi hari ini, karena bosku di kantor sungguh tak tahu diri memberiku pekerjaan lebih, padahal kau tahu aku sedang cuti kan?" Ucap Momo seperti mengadu.

"Ah! Gwenchana eonni" Balas Dahyun tersenyum.

Sedangkan Sana, rahangnya mengeras setelah mendengar ucapan Momo barusan. Gadis itu baru saja mengatainya. Dan lagi lihatlah perlakuannya pada Dahyun, sungguh Sana tak bisa menerima itu.

Ia pun berpindah di pertengahan Momo dan Dahyun. Memisahkan kedekatan yang sempat terjadi antara keduanya.  

"Kau ini kenapa huh?" Ucap Momo kesal.

Sana tak menggubrisnya. "Lebih baik kita membereskan yang ada di dalam" Ucap Sana langsung membawa Dahyun ke dalam. Meninggalkan Momo yang merotasikan bola matanya malas karena kelakuan Sana.

.

Hari semakin malam. Dahyun sudah pulang dengan selamat, karena dua gadis yang tak lain tak bukan Sana dan Momo memaksa untuk mengantarkannya.

Tersisa Sana dan Momo yang berjalan menjauhi rumah Dahyun bersama. Bedanya Momo menuju mobil yang ia parkir dekat dengan toko buah Dahyun, sedangkan Sana menuju rumahnya dengan berjalan kaki.

"Kau menyukainya?" Ucap Momo memutuskan keheningan. Membuat Sana menatapnya.

Sana menggeleng. Senyum dan hela napas lega Momo keluarkan setelah menerima gelengan dari Sana.

"But, i love her" Ucap Sana santai membuat langkah Momo terhenti.

Ia menatap Sana lurus. "Kau boleh mempermainkan gadis lain, tapi untuk Dahyun aku tak akan membiarkannya" Ucap Momo.

Sana kini mulai tertarik akan ucapan Momo, tubuhnya ditegapkan. Membalas tatapan Momo tak kalah tegas.

"Siapa yang kau maksud? Mempermainkan gadis? Itu kau!" Ucap Sana.

"Jangan membalikkan fakta.." Lanjutnya berbicara dengan nada datarnya.

Rahang Momo mengeras. Ia tak suka dengan ucapan Sana barusan. "Jangan mengada-ngada" Ucap Momo.

Membuat Sana terkekeh pelan. "Kita berteman bukan setahun dua tahun, banyak gadis yang memohon padaku untuk membantunya untuk bertemu denganmu entah apa alasannya aku tak tahu" Ucap Sana, nadanya masih santai menatap reaksi dari Momo selanjutnya.

"Apa yang kau lakukan huh? Aku sengaja tak membicarakan ini denganmu, karena kupikir kau butuh privasi untuk masalah itu" Ucap Sana.

"Namun perkataanmu tadi, seolah di sini aku yang melakukan hal itu semua" Lanjutnya.

Sana menghela napasnya. "Aku tak masalah dengan apa yang kau lakukan saat bersenang-senang dengan gadis di luar sana" Ucap Sana. 

Lalu ia menggeleng. "Tapi tidak dengan Dahyun" 

"Siapa pun yang menyakitinya, akulah yang akan berada di garis paling depan untuk melindunginya, tak masalah jika itu sahabatku sendiri"

.

.

.

.

.

Tbc.

"Gue yang di depan buat jaga my angel dubu" - Sana

"Gue yang di depan buat jaga my angel dubu" - Sana

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Tangerin' - SaiDa Fanfic (Slow update)Where stories live. Discover now