21 - OUR LOVE

328 51 12
                                    

21 - OUR LOVE

Play Song: Kwak Jineon - My Spring Days

Dengan tatapan kosongnya Sana pun berjalan kaki menuju rumahnya. Matanya kini juga terlihat jelas sembab akibat tangisannya sendiri.

"Aku pulang" Ucap Sana sendiri ketika memasuki rumahnya.

"Kau sudah pulang?" 

Suara besar itu membuat Sana menegakkan tubuhnya lalu menatap ruang tamu rumahnya.

Terlihat sang kakek duduk, dengan dua bodyguard yang selalu berdiri di belakangnya.

"K-kakek?" Ucapnya terbata.

Tuan besar Minatozaki hanya mengisyaratkannya dengan tangan, meminta Sana mendekat. Entah mengapa Sana tidak bisa menolak itu, tubuhnya seakan sudah diatur untuk mengikuti apa pun yang pria ini perintah.

Bahkan ia pun kini berlutut menghadap sang kakek. Ia tahu posisinya.

"Jeruk?" Gumam pria tua itu seraya menatap kresek yang Sana genggam. "Kau masih berhubungan dengan gadis itu? Haruskah aku menemuinya?" Ucapnya lagi menatap Sana santai.

Sana pun mengubah mimik wajahnya tersenyum lalu terkekeh kecil. "Tidak kek, Sana hanya bosan, gadis itu tidak begitu penting dihidupku, kakek tenang ia hanya salah satu wanita sekilas saja" Ucap Sana tersenyum.

"Bukankah kakek seperti itu juga? Aku pandai belajar darimu kek" Ucap Sana lagi.

Mendengar itu sang kakek pun terkekeh kecil remeh. "Tikus kecil sepertimu ternyata bodoh, kukira rencanamu besar" Ucapnya tersenyum remeh memandang Sana, lalu ia pun berdiri dengan bantuan tongkatnya.

"Berhenti bermain-main denganku, besok temui petinggi-petinggi perusahaan itu dan dapatkan hasil yang membuatku senang, buatlah keluarga ini mendapat posisi yang tertinggi" Ucapnya terakhir kali sebelum melangkah menuju pintu keluar, melewati Sana yang masih berlutut di lantai.

Meninggalkan Sana yang kini menggenggam kuat jemarinya pada kresek yang ia pegang disertai air matanya yang kembali menetes tanpa suara. Hanya ada isakan kecil, dan napas yang tak beraturan.

.

Keesokan harinya.

7.00 PM

"Hahh~~" Hela napas besar Sana lepas. Hari ini sangat membuatnya penat setelah harus bekerja keras untuk melakukan negosiasi kerja sama dengan petinggi-petinggi perusahaan itu. Namun kerja kerasnya pun terbayar, seluruh petinggi itu setuju untuk melakukan kerja sama bahkan merger dengan perusahaan terbesar milik keluarga Minatozaki.

"Kajja makan malam" Ucap Momo pada Sana.

Sana pun membuka matanya menatap Momo sebentar sebelum kembali menutup matanya menyender pada kursi kerjanya. "Aku akan makan nanti" Ucap Sana.

Membuat Momo berdecak sebal. "Kau bersikap seperti ini padaku karena Dahyun bukan?" Ucap Momo.

Sedangkan Sana masih tetap tak berpindah posisi atau pun menjawabnya.

"Asal kau tahu, aku dan Dahyun benar tak ada hubungan apa pun malam itu aku hanya ingin membeli parcel buah untuk ke rumah sakit" Jelas Momo. 

"Yak Sana! Kau mendengarkanku tidak?!" Kesal Momo berteriak.

"Haishh! Aku dengar! Lalu apa?! Setelah semua yang kau jelaskan pada akhirnya Dahyun pun tak akan pernah mau bertemu denganku lagi, Dahyun t-takut padaku!" Ucap Sana menatap Momo dengan matanya yang mulai memerah.

"Oh ya? Kau ini bodoh atau bagaimana? kau yakin Dahyun takut padamu? Dan kau percaya? Harusnya kau tanyakan pada pria tua itu! Apa yang telah ia lakukan pada Dahyun" Balas Momo.

Tangerin' - SaiDa Fanfic (Slow update)Where stories live. Discover now