Ch 5

7.3K 1K 8
                                    

Evan tahu sejak di mana Adel datang ke kelas dengan bibir cemberut. Ia menduga, cewek itu pasti sedang mendumel dalam hati. Kesal pada seseorang, tapi Evan tak tahu siapa.

Evan menunggu, Adel akan menghampirinya seperti biasa. Walau seperti apapun suasana hatinya, saat berhadapan dengan Evan, cewek itu akan memasang wajah termanis.

Tapi, hingga beberapa menit berlalu. Evan tak merasakan kehadiran Adel.

Ketika ia menoleh ke arah bangku cewek itu. Adel terlihat tidur, dia menenggelamkan kepala di lipatan tangan.

Evan menganga tak percaya.

Ia berdecih, merasa tidak terima. Kenapa saat ia menunggu saat-saat cewek itu datang, Adel malah terlihat tak peduli? Tapi saat Evan tidak ingin diganggu, cewek itu justru selalu muncul merusak ketenangannya.

Evan tak bisa melakukan apapun walau perasaannya dongkol setengah mati.

Ia masih memperhatikan diam-diam. Bahkan saat dua teman Adel menghampiri cewek yang sedang tertidur itu, dan mengajaknya mengobrol walau beberapa kali terlihat bersungut.

Mereka terlarut dalam obrolan dan melupakan Evan sebagai tokoh utama.

Evan mendengus. Apakah kini pesonanya sudah memudar?

Kenapa cewek yang dulu mengejar-ngejarnya bak orang gila kini terlihat acuh dan sama sekali tak tertarik padanya?

Ini benar-benar menghancurkan harga dirinya.

****

Bel sudah berbunyi. Tapi Evan tidak bergegas pergi ke kantin. Ia justru membiarkan orang-orang kelaparan keluar lebih dulu hingga ia tak perlu berdesakan. Saat kaum meralat itu sudah mulai berkurang, barulah Evan berjalan keluar diikuti teman-temannya bak sebuah ekor.

"Van, kita ke kelas Safa dulu?" tanya Bima.

Walau Adel tidak terlihat beringas seperti sebelumnya, Bima tetap merasa cemas. Bisa saja Adel diam-diam merencanakan hal busuk.

Selama ini Adel selalu bertindak secara terang-terangan. Ia tak pernah mengganggu Safa secara sembunyi-sembunyi. Tapi tak menutup kemungkinan hal itu akan terus berlaku.

Evan mengangguk. "Oke, kita ke kelas Safa."

Tak butuh waktu lama. Mereka tiba di kelas Safa. Tapi pemandangan yang terlihat justru membuat mereka kaget.

Safa terlihat menyedihkan dengan sekujur tubuh basah kuyup. Dan bau tak sedap yang menguar dari tubuhnya.

Cewek itu mendongak menatap mereka. Matanya mengembun dengan air mata yang mulai tumpah.

"Evan," panggilnya begitu lirih.

Tangan Evan terkepal. Bukan hanya dia, tapi ketiga temannya ikut tersulut emosi melihat keadaan Safa yang jauh dari kata baik.

Tanpa menunggu lagi, Evan melangkah cepat ke tempat yang ia pikirkan saat ini.

Kantin.

Matanya mengedar, mencari sosok yang ia duga menjadi dalang dari apa yang terjadi pada Safa. Saat ia menemukannya, ia melangkah lebar mendekati orang itu.

***

"

Akh!" Lia memekik sakit saat lengannya dicengkram. Ia dipaksa berdiri oleh Evan yang tiba-tiba datang menghampirinya.

Tatapan cowok itu begitu menggebu. Seolah memiliki hasrat untuk membunuhnya detik itu juga.

Mereka seketika menjadi pusat perhatian. Apalagi melihat betapa emosinya Evan saat ini, pastilah telah terjadi sesuatu yang luar biasa.

Trapped In The Book StoryDonde viven las historias. Descúbrelo ahora