Ch 13

5.9K 926 39
                                    

Selama mengenal Adel. Yang Evan tahu, cewek itu selalu tersenyum manis. Saking seringnya, Evan sudah biasa melihatnya, bahkan bosan. Tapi untuk beberapa hal, cewek itu kadang memasang wajah bengis hanya untuk menakuti para cewek yang mendekati Evan. Ya, semua sisi Adel itu Evan tak menyukainya.

Ia mulai risih dan muak dengan sikap Adel yang kian menjadi. Juga rasa tak tahu malunya. Walau Evan berkali-kali memakinya, Adel selalu tersenyum seperti orang bodoh.

Kini, ia merasa dirinya yang seperti itu. Karena senyum di wajahnya tak bisa hilang hanya karena keberadaan cewek di sisinya saat ini.

Adel meliriknya aneh. Cewek itu memakan ice cream. Hingga belepotan di sekitar mulutnya.

Jari Evan sigap mengelap noda itu. Lalu memasukannya ke dalam mulut.

Biasanya, cewek akan langsung tertegun. Tersipu karena apa yang ia lakukan.

Tapi respon Adel justru tidak seperti itu. Cewek itu tampak terkejut, dan jijik melihatnya.

Evan sampai mengerjap tak percaya.

"Jangan ngelakuin hal kayak gitu lagi," tegur Lia tegas. Ia menunjuk tepat di wajah Evan. "Elo, kalo mau ice cream, bilang! Gak usah nyolek di muka gue. Semiskin itu lo, Evan?!"

Evan speechless.

****

Lia bukan pecinta kisah romansa. Apalagi tentang anak remaja. Satu kali itu ia hanya tidak sengaja membaca tentang novel yang kini ia tempati. Itu kesalahan terbesar dalam hidupnya. Karena berkat itu ia sampai ke sasar di dunia ini.

Dan lagi, ia harus terlibat kisah yang menurutnya amat menggelikan.

Si tokoh utama pria masih setia mengekorinya. Lia tahu beberapa kali cowok itu berusaha membuatnya baper. Sayangnya, bukannya tersentuh. Lia justru menilai Evan memalukan.

Benar.

Lia sampai malu berjalan bersama cowok itu. Hingga beberapa kali ia mempercepat langkahnya supaya orang lain tidak tahu jika cowok itu bersamanya.

"Ish, lo bisa berhenti gak sih?"

Evan termangu, ia tidak paham apa yang dikatakan Lia. Sejak mengikutinya, Lia langsung berseru seperti itu.

Lia mendengus. "Muka lo itu, bisa gak biasa aja?"

Evan menyentuh wajahnya. Memang apa yang salah dengan wajahnya? Apa ia terlihat jelek sekarang? Tiba-tiba ia berharap ada cermin supaya ia bisa mengecek wajahnya saat ini.

"Singkirin senyum bodoh di muka lo itu!"

Evan mendatarkan wajahnya. Bibirnya ia kulum hanya untuk menghentikan senyum yang membuat ia keliatan bodoh seperti apa yang Lia katakan.

Tampaknya Lia sudah mulai marah.

Evan tak bisa melakukan apapun selain menuruti setiap ucapannya. Kini ia seperti anak yang sedang diomeli ibunya.

Lia berdesis jengkel. Ia merasa menyesal sudah mengiyakan ajakan bolos dengan cowok itu. Tahu begini, lebih baik ia bolos sendiri saja.

Ketika Lia berbalik hendak kembali berjalan, matanya menemukan sesuatu yang menarik.

Lia terpaku, senyumnya merekah tanpa diminta. Ia berjalan cepat ke sana. Mengabaikan Evan yang heran dan menyusulnya segera.

Semakin dekat, Lia merasa semakin semangat. Ia meraih lengan seseorang hingga membuat orang itu dan gadis yang menggandengnya berhenti melangkah.

Mereka menengok ke arah Lia serentak.

Lia tersenyum, "Hai sayang."

****

Trapped In The Book StoryWhere stories live. Discover now