Ch 15

5.6K 733 2
                                    

Kadang Lia berharap, di tengah keadaan membingungkan ini, setidaknya ia memiliki petunjuk. Ya, walau hanya sedikit. Ia ingin segera mengakhiri semuanya. Bertahan hidup di dunia yang bukan asalnya terasa tidak mengenakan. Walau di sini tak berbeda jauh dengan dunia aslinya tetap saja. Ini tidak benar.

Lia terusik ketika mendengar sebuah benda terjatuh dari dalam kamar mandi. Kegiatan menulisnya jadi terganggu. Padahal tumben kali ini otaknya lancar menyuarakan kata-kata hingga Lia memutuskan menuangkannya dalam bentuk tulisan.

Tapi sepertinya ia memang tak berbakat. Karena hanya dengan sedikit gangguan saja, semua ide dalam otaknya langsung bubar jalan. Tak bersisa.

Lia mengacak rambutnya frustasi

"Bangke!" umpatnya kesal. Ia benar-benar tidak memiliki bakat apapun.

Lia bangun dari duduknya. Berjalan ke kamar mandi untuk mengecek apa yang terjatuh. Ia tidak takut jika seandainya ia menemukan setan di dalam sana.

Namun, sepertinya keyakinan itu sirna terhempas. Ketika pintu terbuka, ia benar-benar menemukan seorang gadis dengan wujud transparan.

Gadis itu mendongak, tersenyum kecil. Yang sayangnya malah membuat tubuh Lia bergemetar.

Lia tertawa sumbang.
"Sialan!"

Lalu, tubuhnya ambruk tak sadarkan diri.

****

Lia terjaga, ia hampir tak bisa menahan teriakannya saat menemukan makhluk halus tadi berada tepat di sampingnya. Jika saja dia tidak menyuruh Lia untuk tidak berisik.

"Jangan teriak!" Hantu itu bicara. Haha lucu.

Gue takut, anjir.

Tidak bisa tenang. Lia bahkan tidak mau melihat ke arah hantu itu walau wajahnya memang tidak menyeramkan.

"Aku gak bakal nyakitin kamu."

Tapi lo nakutin gue, setan!

Lia mencengkram selimut di tubuhnya. Entah bagaimana caranya, setelah ia pingsan di depan kamar mandi. Ia terbangun di ranjangnya sendiri. Lia tak peduli. Ia tak ingin memikirkannya. Karena hantu di sisinya lebih mencuri seluruh perhatian dan rasa takutnya.

Pergi lo! Pergi!

Lia merapalkan mantra pengusir. Berharap hantu itu segera enyah dari hadapannya. Tapi semua hanya harapan. Dia masih di sana, menatap Lia lekat.

Lo hantu lesbi atau apa? Kenapa liatin gue segitunya? Naksir lo? Sorry gue masih normal.

"Lo bukan Adel, kan?"

Lia meliriknya sedetik. Lalu bersembunyi di balik selimut. Inginnya ia berteriak sekencangnya, "Erland! Tolongin gue ada hantu cantik yang gangguin gue!"

Sayangnya, mulutnya tak bersuara walau Lia berusaha mengeluarkan seluruh teriakannya.

Ini aneh, tenggorokannya tercekat. Suaranya terdengar seperti anak ayam yang tak sengaja terinjak.

Sialan, suara gue kenapa?!

"Maaf."

Lia mengintip dari balik selimut. Hanya kedua matanya saja yang terlihat.

Hantu itu mengangkat tangan dengan raut wajah menyesal. "Aku terpaksa nahan suara kamu."

Lia melotot, ternyata ulah hantu laknat itu?! Kurang asem.

"Kita bisa bicara baik-baik. Dan tolong, kamu gak perlu takut. Dan jangan teriak."

Lia bahkan sudah mengumpulkan emosi di ujung kerongkongannya. Bersiap menyembur hantu itu dengan segala umpatan.

Trapped In The Book StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang