Ch 12

6.2K 847 10
                                    

Safa tahu dirinya tidak secantik Adel, tidak pula secerdas Adel. Tapi, jika dipandang dari sikap dan tingkah laku Safa jelas jauh lebih unggul dari gadis itu.

Walau seberapa keras pun Adel berusaha, Evan tetap memilih bertahan di sisi Safa, berperan sebagai pelindungnya. Hal itu membuat Adel semakin kalah jauh dari Safa. Selama Safa berhubungan dekat dengan Evan dan teman-temannya, ia merasa diperlakukan seperti seorang ratu. Walau acapkali menerima gangguan dari Adel, Safa tidak merasa cemas, karena Evan selalu ada untuk untuknya. Pemuda itu bersedia merentangkan tangan, memasang badan, meminjamkan punggung, hanya demi melindungi Safa.

Tapi, ketika Adel mulai berhenti, Evan pun sama. Safa merasa ini semua tidak lah benar. Seharusnya, kisah mereka masih berlanjut. Safa tidak masalah Adel berhenti mengganggunya. Itu justru merupakan kabar baik. Tapi, apakah Evan pun harus terpengaruh dengan itu? Bukankah mereka dekat tidak untuk waktu sebentar? Seharusnya, meski tidak lebih mereka masih bisa berteman.

Sayangnya, Evan tidak pernah menganggap keberadaan Safa begitu berarti. Bagi pemuda itu, Safa hanya sekedar tanggung jawab yang kini sudah dilepas, karena Adel pun sudah berhenti mengganggu Safa.

Kenapa di saat Safa merasa lega karena perubahan Adel, ia justru harus dihadapkan oleh sikap Evan yang ikut berubah, hingga Safa merasa terusik.

Safa akhirnya memutuskan untuk bertanya secara langsung. Tapi, jawaban yang ia dapat tidak seperti apa yang diharapkan. Evan ternyata tidak menaruh hati padanya sama sekali. Safa justru mendengar pengakuan yang tidak terduga dari Evan. Pemuda itu mengaku jika ia mencintai Adel, gadis yang ia benci selama ini.

Evan membuat Safa bingung, karena sikap yang pemuda itu tunjukkan justru bertentangan dengan pengakuan yang ia ucapkan.

Jika pemuda itu mencintai Adel dan tidak memiliki sedikit pun rasa pada Safa, lalu apa arti semua perhatiannya selama ini? Apa dia sengaja mempermainkan Safa? Apa pemuda itu tidak tahu jika seorang perempuan akan mudah terbuai meski hanya dengan perhatian kecil?

****

"Minum?"

Safa mendongak. Ia melihat tiga teman Evan yang sudah ia kenal dengan baik, berdiri di depannya saat ini. Safa mencari keberadaan Evan di antara mereka. Tapi, pemuda itu sepertinya memang sedang tidak bersama ketiga temannya itu.

"Kalian gak sama Evan?" tanya Safa setelah menerima minuman yang Bima berikan padanya.

Bima terlihat meneguk minumannya sebelum menjawab pertanyaan Safa.
"Dia bolos. Mana gak ngajak kita lagi." Pemuda itu menggerutu. "Nyebelin banget tuh bocah."

Safa terkekeh kecil.

Safa merasa senang bisa berada di tengah-tengah mereka. Karena ulah Adel, Safa tidak memiliki banyak teman di sekolahnya selain Evan dan ketiga temannya itu. Jadi, saat Safa harus membayangkan kehilangan eksistensi mereka, ia merasa tidak rela.

Sekarang, Safa cemas. Apakah ketiga pemuda itu juga akan menjauh sama seperti Evan?

"Lo ngapain di sini, Saf?" tanya Deon.

"Gak ada. Aku cuman lagi pengen sendiri."

"Kayaknya dia ngusir kita," ucap Arya berceletuk.

Dengan cepat Safa meralat. Dia terlihat panik.
"Bukan gitu maksud aku!"

Gadis itu baru sadar jika ucapannya bisa membuat orang lain salah paham. Arya mungkin hanya berusaha menyadarkan Safa jika ucapannya terdengar seperti mengusir mereka. Tapi, Safa sama sekali tidak bermaksud seperti itu.

"Aku gak masalah kok kalian di sini. Justru aku seneng ditemenin sama kalian."

"Oh iya. Lo liat Adel gak?"

Trapped In The Book StoryWhere stories live. Discover now