Ch 9

6.8K 1K 12
                                    

"Lo mirip kembaran gue."

Theo menoleh, memberikan sekaleng soda pada Lia. Dan cewek itu menerimanya sembari melempar senyuman kecil.

"Thanks."

Ini tidak seperti ia yang biasanya. Theo biasanya tak akan peduli pada semua orang. Termasuk juga teman-temannya. Jika ia sedang dalam mode tugas.

Tapi kali ini justru Theo membawa seorang pelanggar ke wilayah pribadinya.

Ruang OSIS.

"Gak heran," balas Theo mengendikkan bahu. "Katanya, ada tujuh kembaran kita di dunia ini, kan? "

Lia mengangguk seadanya. Meski ia sebenarnya tak begitu percaya pada mitos itu. Sekalipun yang mengatakannya adalah para ilmuwan.

"Kemana kembaran lo itu sekarang?"

Lia menengadah. Karena membahas Lio, ia jadi merindukan kembarannya itu. Apalagi setelah ia melihat Theo.

Kira-kira apa yang sedang Lio lakukan sekarang?

Dunia mereka berbeda. Lia tidak tahu apakah dunia aslinya masih berjalan normal, atau sebaliknya. Jika iya, bagaimana kondisi raganya saat ini?

Lia pun sadar keadaannya sangat baik ketika ia memasuki raga Adelia dalam novel ini. Tidak mungkin kan di sana ia dikabarkan mati tiba-tiba?

"Dia ada," jawab Lia, senyum pahit terlukis di wajahnya. Walau tahu ada, tapi keberadaan Lio sulit digapai. Biasanya cowok itu tempatnya untuk bersandar. Tapi saat ini Lia justru sendirian. "Tapi, gue gak bisa nemuin dia."

Theo memperhatikan dalam diam.

Ia menghela napas kecil, lalu meluruskan pandangannya kembali.
"Walau sejauh apapun. Lo bisa nemuin dia kalo lo emang niat banget pengen ketemu."

Lia menggeleng miris. Ia memang sangat ingin bertemu Lio. Ingin kembali ke kehidupan normalnya. Tapi ... Lia tidak tahu bagaimana caranya.

"Kenapa lo ragu?"

Pertanyaan Theo membuat Lia menoleh padanya. Setidaknya wajah cowok itu membuat Lia mengingat jelas wajah kembarannya. Meski dia, bukan Lio sesungguhnya.

"Yaa ... bukan ragu sih. Tepatnya, gue sadar kalo nemuin dia tuh gak segampang yang lo pikir."

Theo mengernyit. "Sebenernya kembaran lo itu di mana? "

Lia tersenyum. "Dia berada di dunia yang beda dengan gue saat ini."

Termenung.

Theo menatap rumit cewek di depannya. Ucapannya memang terdengar ambigu. Tapi satu hal yang bisa Theo simpulkan dari apa yang ia dengar dari cewek itu.

Ia menerka, "Kembaran lo itu ... udah mati?"

Lia kehilangan ekspresinya.

Seketika ia merasa jengkel dengan Theo. Dan tak bisa menahan diri untuk tidak menendang tulang kering cowok itu.

Theo meringis kesakitan. Sementara Lia tak merasa iba sama sekali. Ia justru menatap sengit padanya.

"Ngomong sekali lagi, gue patahin kaki lo!"

Cewek itu menghentakkan kaki, pergi dari ruang OSIS.

Sedangkan Theo menatap kepergiannya dengan kesal. Jika tahu akan seperti ini, ia tidak akan mau bersikap baik pada cewek itu.

Sialan! Memang apa salahnya hingga ia harus menerima tendangan dari cewek itu?

****

Lia masih kesal karena ucapan Theo yang mengatakan jika Lio sudah meninggal. Hei, dia bahkan masih segar bugar, gimana mungkin kembarannya berumur pendek? Bahkan sampai kemarin dia masih setia menyisir rambut Lia dan menatanya seperti biasa.

Trapped In The Book StoryWhere stories live. Discover now