58 || Kejujuran Delion

43.8K 7.5K 1.5K
                                    

update ni haha, lopyu ayang jangan pda galak2 ih, mending semangatin aku😘

>>>>

Khages mengajak Abbie jalan, dan lagi-lagi lelaki itu menukar motornya dengan milik temannya. "kenapa gamau ajak aku pake Ninja kamu lagi, Yang?" tanya Abbie pelan, Khages tertawa kecil.

"Kalo pake Ninja takut kamu pegel," balas Khages, "makanya aku minjem motor temen aku, tapi kamu lebih suka yang mana?" tanya Khages, posisi keduanya sedang berada di atas motor, seraya menikmati angin malam. Khages memang sengaja mengaja Abbie hanya untuk mengelilingi kota Jakarta.

"Aku lebih suka kamu sih," jawab Abbie membuat Khages menarik sudut bibirnya, "serius, Sayang. Kalo misal kamu suka aku pake motor vespa kayak gini, aku mau tuker," ujar Khages.

"Ih naik apa aja aku mah oke-oke aja sayang, asal sama kamu, yang belom kita coba tuh jalan kaki berdua!" balasan yang membuat Khages terdiam, lalu lelaki itu berdeham pelan.

"Mau?"

"Mau," jawab Abbie, lalu tanpa membalas lagi, Khages menambah kecepatan motornya, dan sampailah di tempat penitipan motor, lalu Khages turun begitupun Abbie.

Keduanya kini saling tatap, "kita mau jalan?" tanya Abbie dengan wajah bingung, Khages mengangguk, "kamu bilang kan yang belum kita lakuin jalan kaki, makanya ayo sekarang jalan-jalan pake kaki," jelasnya membuat Abbie tertawa lalu saat ia hendak berjalan, tangannya di tahan.

"Kenapa?" pertanyaan yang keluar dari mulut Abbie tidak dijawab oleh Khages, melainkan lelaki itu mendekat lalu membuka pengait helm yang masih terpasang di kepala gadis itu, Abbie menatap wajah Khages dari dekat, ia tidak terbayang bisa disayang seperti ini oleh lelaki asing yang hadir dalam hidupnya.

Setelah helmnya terlepas, Khages merapikan rambut Abbie yang berantakan dengan lembut, lalu yang membuatnya terkejut saat wajah lelaki itu didekatkan dan dia mencium keningnya dengan lembut, "sayangnya aku," bisik Khages. Lalu lelaki itu menjauh dan meletakkan helmnya di motor.

Lain dengan Abbie yang panas dingin, walau sudah beberapa bulan menjalin hubungan, dia masih merasakan deg-degan, dan masih tidak percaya. Bayangkan cowok yang diincar sahabatnya, malah jadi miliknya. Iya, sadar betul apa yang dilakukannya salah, tapi hati tidak ada yang tahu.

Keduanya berjalan pelan di trotoar, banyak motor dan mobil lalu lalang dengan kesibukan tujuannya masing-masing. Ada beberapa orang berjalan sendirian, ada yang berjualan, ada juga yang terlihat asik dengan teman-temannya, dan kini ia bersama dengan pasangannya.

Abbie ingin merasakan ini lebih lama lagi, bersama orang yang sangat ia harapkan bisa terus hadir dalam hidupnya.

"Bie," panggil Ages, Abbie menoleh, "iya?"

"Aku tuh sayang banget sama kamu, Bie."

"Kamu udah sering bilang, Ges," jawab Abbie, keduanya masih terus berjalan meski pelan untuk menikmati suasana malam hari ini.

"Tapi aku pengin bilang terus, biar kamu tahu, kamu paham, kamu ngerti, kamu denger, dan ngerasain kalimatnya."

Abbie terdiam membisu, ia tahu Khages masih ingin banyak bicara, jadi ia tidak akan menyela.

"Btw, pelajaran yang aku ambil dari permasalahan kedua orangtua aku, mereka tuh gak saling cinta, Yang. Makanya aku pengin nikah sama orang yang aku sayang, biar hubungan aku gak kayak mereka." Abbie terdiam begitupun Khages.

"Gimana ya cara biar ayah aku sadar kalo perempuan yang ada di rumah itu istrinya, udah jadi belahan jiwanya? Bahkan sampe punya anak tiga, apa bener bokap gue ga ada rasa, Bie? Lo percaya?"

KHAGESWARA (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang