1. Bullying

118K 5.4K 142
                                    

Seynara hanya seorang siswi biasa di SMAnya. Di kelas dia sering diejek karena masuk sekolah elit dengan beasiswa. Padahal itu merupakan suatu kebanggan menurut Seyna. Memangnya apa yang salah dengan dapat beasiswa? Selain itu ..., ah sebenarnya ada satu hal yang membuat murid-murid di sekolah ini membullynya. Sesuatu yang bahkan tak Seyna kehendaki.

Seperti saat ini, sekarang ia ada di toilet lelaki setelah dirundung oleh Alelia dan teman-teman gadis itu. Seluruh seragam Seyna basah diguyur air. Tak hanya itu, rok dan baju seragam Seyna digunting hingga robek tak beraturan. Ada beberapa luka entah itu cakaran atau lebam karena ulah mereka.

Tadi sependengarannya, Alelia melarang siapapun untuk masuk ke toilet ini. Entah pintu dikunci atau tidak, Seyna tak berani keluar karena seragamnya koyak. Ia hanya bisa menunggu sampai setidaknya tidak ada orang di sekolah. Lalu, Seyna akan pergi ke loker dan mengambil baju cadangannya. Ini memang bukan yang pertama kali.

Pintu toilet terbuka, Seyna was-was dan menutupi diri dengan tangannya. Orang itu masuk dan melihat Seyna yang mengenaskan.

"Oh ..., waw. Hai Sey," sapa lelaki itu.

Ia menatap Seyna prihatin lalu mendekat.

"Ck ck ck, mereka semakin keterlaluan."

Seyna takut pada Levin. Lelaki itu paling ditakuti disekolah ini, bukan hanya karena berandal, tapi orang tuanya juga merupakan pemilik yayasan.

Ia menatap Seyna yang menutupi tubuh gadis itu dengan tangannya, jelas, seragamnya robek dan basah. Semaksimal apapun ditutupi, tetap saja lumayan terlihat. Apalagi seragam atas, sudah tak tertolong.

Levin menyentuh dagu gadis itu, mendongakkan Seyna agar bisa bertatapan dengannya. Harus diakui bahwa sepasang mata milik gadis itu adalah mata paling indah yang pernah ia lihat sedekat ini. Ia cukup menyesal tak pernah memperhatikannya sejak awal.

"Dasar lemah. Gue benci makhluk lemah."

Sangat kentara Seyna takut pada Levin. Air bercucuran dari rambut gadis itu. Turun dari rambut, menelusuri dahi, hidung mancung nan mungilnya, lalu pada bibir gadis itu yang berwarna pink. Levin mengerjap, menyadarkan diri agar tak gagal fokus.

"Lo pakai lipstik?"

Kening Seyna mengernyit, ia menggeleng pelan. Sementara Levin cukup penasaran bagaimana rasanya. Apakah itu manis seperti kelihatannya?

"Biar gue yang buktiin."

Tindakan yang selanjutnya dilakukan Levin membuat Seyna terkejut dan membeku. Lelaki itu menempelkan bibirnya ke atas permukaan bibir Seyna. Ia menyapunya perlahan, lalu mulai melumat dengan lembut.

Ketika Seyna sadar atas tindakan lelaki itu, ia memberontak, mendorong tangannya ke arah dada lelaki itu sebagai tanda penolakan, kemudian memundurkan kepala. Namun pemberontakan itu tak bisa diterima oleh Levin.

Ia sudah lebih dulu memegang tengkuk Seyna dengan tangan kanan, lalu melingkarkan tangan kirinya di pinggang gadis itu untuk merapatkan tubuh mereka.

Levin benci perempuan karena menurutnya mereka sangat merepotkan, lemah, dan penuh drama. Seyna jelas merupakan definisi dari apa yang ia sebutkan barusan, kecuali bagian terakhir mungkin. Tapi gadis ini berhasil membuatnya tertarik.

Sepertinya Seyna baru saja minum sesuatu hingga di bibirnya masih terasa sedikit manis yang berasal dari suatu minuman kemasan.

"Mmmmhh."

Gadis itu mengerang pelan ketika Levin sengaja menggigit bibir bawahnya. Lalu, lelaki itu berhenti mencium Seyna, namun sama sekali tak mengurangi jarak mereka. Ia tersenyum miring dan menyelipkan rambut Seyna yang menghalangi wajah gadis itu ke belakang telinga.

Seyna masih menatapnya takut-takut, ia hanya tak ingin bermasalah dengan siapa pun, apalagi Levin, tapi sepertinya takdir berkata lain.

"Nyokap lo pelacur kan? Kira-kira berapa dia mau jual lo?"

***

Jangan lupa vote, komen, dan share😉

Yuk komen next👉

Levin's FavoriteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang