28. Pilihan

27.6K 2.1K 51
                                    

Ini adalah hari kedua Seyna tak sekolah. Setelah waktu itu ia diantar pulang Levin, kondisi rumah cukup sepi, ibunya tidak ada. Seyna lega karena takut dicurigai dan ditanyai karena matanya mungkin masih agak sembab. Tapi ia kembali menangis begitu saja saat sampai di kamar. Bahkan tak makan. Malamnya, suhu tubuh Seyna meningkat, ia demam.

Biasanya Seyna bisa cepat sembuh, tapi kali ini ia menunda makan dan tak minum obat, belum lagi selalu teringat apa yang dilakukan Levin. Beban pikirannya semakin menjadi.

Hari ini suhu tubuhnya sudah menurun. Seyna sebenarnya juga tak ingin pergi ke sekolah besok, apalagi jika bertemu dengan Levin. Ia tak yakin dirinya mampu melihat lelaki dengan biasa saja.

Tapi jika tak sekolah, harus apa dirinya? Sang ibu juga yang bekerja keras untuk Seyna. Jika dirinya tidak ada, mungkin sang ibu tak perlu memikirkan banyak hal dan membiayainya.

Ia sering kali memikirkan itu. Seyna kadang bertanya-tanya kenapa ia harus terlahir? Kenapa sang ibu mempertahankannya?

Ia memandang kosong ke arah langit-langit kamar sambil terlentang di atas ranjang. Seyna pikir, dengan apa yang terjadi hari itu. Ia mengecewakan Nara. Bagaimana ia menjalani hidup dengan menyembunyikan fakta besar dari ibunya sendiri?

Setelah sejauh ini, Seyna harap ia tak pernah dilahirkan. Bukan karena beban yang ia tanggung, tapi merasa dirinya yang merupakan beban untuk Nara. Jika dirinya tidak ada, seharusnya sang ibu bisa melepaskan diri dari tempat ini dan menjalani hidup yang lebih baik. Di sisi lain, Seyna pikir jika ia tak lahir, dirinya tak perlu menanggung penghinaan dan dosa semacam ini.

Seyna merasa tak pernah memilih hidup seperti yang ia alami sekarang. Semua yang ia dapatkan hanyalah paksaan, bukan pilihan.

Ia harap ..., Tuhan mendengarkannya dan mengambil nyawanya saat ini juga. Kedua mata perempuan itu mulai berkaca-kaca.

Kemudian, pintu kamar Seyna diketuk. Perempuan itu mengerjap. Penasaran siapa yang datang malam-malam begini. Apakah ibunya sudah pulang? Ia mengerjapkan mata dan menyeka matanya yang berair.

"Sey?"

Ah itu bukan suara ibunya.

"Udah tidur belum? Ini nyonya Elga, ada yang mau gue sampein dari ibu lo."

Seyna bangun, ia turun dari ranjang dan melangkah menuju pintu.

Setelah pintu dibuka, ia dapat melihat wanita itu tersenyum.

"Gue masuk ya," katanya sambil membuka pintu lebih lebar, Seyna tak menjawab dan hanya melihat ketika nyonya Elga memasuki kamarnya dan duduk di tepi ranjang.

"Tutup pintunya Sey, sini duduk," kata wanita itu.

Tanpa banyak berbicara Seyna hanya melakukan apa yang disuruh, lalu duduk agak jauh dari samping wanita itu.

"Udah mendingan?"

"Iya."

"Bagus kalau gitu. Kata ibu lo jangan lupa minum obat, dia baru bisa pulang nanti subuh."

"Hm."

"Sebenarnya ada yang pengen gue omongin soal ibu lo, sesuatu yang ibu lo sembunyiin akhir-akhir ini. Dia nggak cerita ke gue, tapi ke yang lain. Jadi gue tahu dari yang lain juga."

Kening Seyna mengernyit samar. Ia yang semula tak menatap nyonya Elga jadi menatapnya.

"Tapi gue pikir, lo sebagai anaknya berhak tahu. Akhir-akhir ini jarang kan lo lihat dia tinggal di rumah atau bawa 'tamu' ke rumah? Soalnya dia kadang keluar bukan mau ketemu langganan, tapi ke tempat lain. Katanya dia sempat dibawa ke dokter karena pingsan, lo nggak tahu kan? Udah cukup lama sih. Ada yang bilang dia punya penyakit yang cukup serius, kalau sampai nggak diobatin ya tambah parah. Tapi lo mungkin tahu ibu lo gimana, apalagi kan harus ngeluarin banyak biaya juga buat lo. Gue nggak bermaksud apa-apa, cuma ngasih tahu aja.

Dia harus berobat, dan harus memenuhi kebutuhan lo juga. Kayaknya itu butuh banyak duit kan? Semua orang yang ada dirumah ini harus membayar. Kalau nggak, hidup mereka akan terlantar. Sementara ibu lo, nggak cuma menanggung dirinya sendiri, dia menangung satu beban lain. Lo ..., ngerti kan Seyna?"

Seyna sangat mengerti, sebab sebelum nyonya Elga datang ia sedang memikirkan itu.

"Soal yang mau sama lo itu, yang 1 M. Dia masih nunggu. Nggak ada paksaan kok lagian kan ya semua terserah di lo."

Pada akhirnya, semua yang dikatakan nyonya Elga hanya mengarah pada ini. Tapi Seyna masih lebih kaget dengan apa yang terjadi pada ibunya. Sang ibu terlihat baik-baik saja atau mungkin ia yang kurang memerhatikan.

"Lo tahu, meskipun cukup muda, umur ibu lo semakin bertambah. Dia nggak bisa terlalu kerja keras."

Seyna tahu.

Tapi apa harus seperti ini? Jika ia melakukannya, sang ibu akan marah kan? Bukankah Nara selalu melindunginya selama ini? Sayang, ia tak bisa melindungi diri sendiri dari Levin.

Jika tak melakukannya, Seyna takut terjadi hal yang tak diinginkan pada sang ibu. Ia lebih takut kehilangan wanita itu meski mungkin harus menanggung kebencian darinya seumur hidup.

Lagi ..., dirinya memang sudah ternodai. Tidak ada hal yang bisa ia jaga lagi dari dirinya. Bahkan kehormatan sekalipun. Memangnya siapa yang menghormati dirinya selama ini? Tidak ada, bahkan meskipun Seyna bersikap baik, latar belakangnya membuat ia merasakan banyak penderitaan.

Seyna hanya tak ingin kehilangan satu-satunya kekuatan yang ada dalam hidupnya.

Tatapan perempuan itu semakin meredup bersamaan dengan harapan yang hilang dari hidupnya. Ia mungkin tidak ditakdirkan untuk kehidupan yang baik di dunia ini.

"Sey?" panggil nyonya Elga.

"Aku minta nomornya."

"Hah?"

"Yang mau pake aku."

Nyonya Elga agak terkejut, lalu kemudian setengah mati berusaha menahan senyum puasnya. Ternyata ini lebih mudah dari dugaannya.

"Anak baik ..., hidup itu emang keras. Lo bisa chat orangnya sekarang. Nomornya nyonya kirim. Ah iya besok lo jangan ke sekolah dulu. Besoknya lagi aja, tunggu sampai beneran sehat, lo masih kelihatan lemes gini loh," katanya sambil mengotak-atik hp.

***




💔💔

Seyna si paling ( isi sendiri) seantero dunia oranye

Napa pada protes kependekan mulu kan dah dijelasin di cuap² part berapa tuh lupa. Tapi yaudahlah toh emang pendek ehe🤷

Kalau dilihat-lihat kondisi pembaca Levin saat ini: 😠🤬😢🔪🤦
Sementara kondisi pembaca Gale: 😂🥰🤪💘🧘

Minusnya Gale belum di-update haha

Terbaik emang kalian

Jangan lupa tinggalkan jejak ya!

See you!

Levin's FavoriteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang