34. Kebetulan atau Takdir

21.2K 1.9K 33
                                    

Kurang lebih satu minggu ini Seyna berusaha fokus ujian. Sepertinya bukan hanya ia yang sangat berusaha sebaik mungkin, tapi yang lain juga, tak terkecuali Levin dan Alelia.

Seyna cukup bisa fokus karena tak ada gangguan dari luar yang biasa ia terima sebelumnya. Ini seperti hari yang terlampau normal. Ia bisa menjalankan rutinitas dengan tenang, walau sendirian dan tak punya teman, itu sudah lebih dari cukup.

Levin bersikap acuh padanya. Seolah mereka tak pernah dekat, seolah tak saling mengenal atau semua kenangan tentangnya dengan lelaki itu hanya terjadi dalam mimpi Seyna.

Tapi sayang, mimpi itu nyata dan menyisakan kenangan buruk.

Seyna masih tak bisa melupakan kebejatan Levin dan pasti akan selalu mengingatnya.

Selalu, ia harap hari ini dan kedepannya akan lebih baik. Untuk sekarang, seperti ini saja ia sudah sangat bersyukur.

Selain kehidupan sekolah yang sebentar lagi akan Seyna lalui. Kehidupan di tempatnya tinggal tidak banyak berubah, mungkin sedikit berubah karena sikap ibunya yang belakangan cukup hangat.

Bahkan pagi ini, ia dan ibunya keluar bersama. Entah kemana sang ibu akan membawanya pergi, katanya ini kejutan. Mereka menaiki angkutan umum sekitar dua kali, kemudian turun dan naik beca.

"Makasih ya Pak," ucap Nara sambil memberikan uang pada tukang beca setelah mereka sampai dan turun di tujuan.

"Iya, Bu. Sama-sama," ucap tukang beca itu.

"Ayo Sey," kata ibunya sambil berbalik dan mulai melangkah.

Seyna mengikuti dan mensejajarkan langkah dengan Nara. Mereka memasuki sebuah komplek perumahan, melewati gerbang komplek yang dijaga oleh dua orang satpam.

"Masih jauh, Ma? Kita sebenarnya mau kemana?" tanya Seyna untuk kesekian kali.

"Sabar, bentar lagi sampai."

Jawaban yang dilontarkan ibunya tetap tak memuaskan keingintahuan perempuan itu.

Setelah melewati satu belokan, mereka berhenti.

"Kita sampai," ucap Nara.

Kening Seyna mengernyit, mereka hanya berhenti di trotoar, tepatnya depan sebuah pagar rumah.

"Sampai?"

Nara mengangguk, ia mengambil sesuatu dari tas. Setelah mendapatkannya, ia memasukan benda itu ke gembok yang terdapat pada gerbang.

"Eh? Ma? Mau ngapain?"

Nara tak menjawab, kunci gembok terbuka. Wanita itu tersenyum dan mendorong pintu gerbang, lalu masuk ke dalam.

Seyna walau agak bingung tetap mengikuti. Sampai mereka berada di pintu, Nara kembali membukanya dengan salah satu kunci yang ia pegang.

"Selamat datang di rumah baru," katanya sambil tersenyum lebar.

Seyna membulatkan mata, ia diam selama beberapa saat untuk memastikan bahwa dirinya tak salah dengar.

"Ru-rumah baru?" Seyna terbata.

Nara mengangguk. "Suka nggak? Butuh waktu lama buat dapet ini, sebentar lagi kamu bisa pindah, setelah semua surat-suratnya selesai diurus. Kamu nggak perlu lagi tinggal di rumah itu dan bisa memulai kehidupan baru."

Tanpa disadari, kedua mata Seyna mulai berkaca-kaca. Perasaan haru dan senang seketika meliputi hatinya.

"Mama serius?"

Nara mengangguk. Seyna langsung memeluk sang mama, lalu tanpa bisa dibendung matanya mulai mengeluarkan cairan bening.

"Makasih, Ma. Makasih banyak. Akhirnya kita bisa keluar dari sana, akhirnya kita berdua bisa hidup normal seperti orang lain," ucap Seyna di sela tangisnya.

Levin's FavoriteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang