2. Penawaran

60.7K 4.5K 46
                                    

"Nyokap lo pelacur kan? Kira-kira berapa dia mau jual lo?"

Mendapatkan pertanyaan demikian, Seyna tentu tak terima. Tapi apa yang dikatakan Levin memang tidak salah. Latar belakang keluarga Seyna seolah jadi akar dari semua masalahnya. Tatapan gadis itu perlahan berubah, seolah ada emosi tertahan di dalamnya, jelas ia tak ingin diperlakukan begitu. Dijual beli seolah barang, digilir kesana kemari, lalu dibuang ketika tak berguna lagi. Itu sebabnya sekarang ia ada di sini, di sekolah ini.

Tapi begitu saja tidak cukup.

"Gue punya penawaran menarik buat lo," ucap Levin.

Seyna tak memberikan reaksi apa pun, membuat Levin bertanya-tanya apa yang ada di dalam pikirannya. Lelaki itu menatap pipi kiri Seyna, kemudian menyentuh dan mengelusnya perlahan dengan lembut.

"Gue akan melindungi lo, nggak ada yang akan bully lo lagi di sekolah ini. Sebagai imbalan, lo akan jadi cewek gue, milik gue yang akan mematuhi semua perintah gue."

Tatapannya beralih ke sepasang mata gadis itu. "Gimana?"

Butuh beberapa saat sebelum akhirnya Seyna menggeleng sebagai jawaban dari apa yang ditawarkan Levin. Lelaki itu mengangkat alis.

"Nggak mau?"

Seyna menggeleng lagi. Lelaki itu mendengus, lalu tertawa.

"Kenapa?" ekspresinya berubah menjadi datar.

"Itu kesempatan berharga yang mungkin nggak akan lo dapat lagi. Kecuali lo mau hidup menderita di SMA ini."

Mungkin ini memang lebih layak disebut neraka daripada SMA.

Tapi, Seyna tak bisa menyetujui tawaran dari Levin. Ia tak bisa menerimanya. Bahkan jika mau, Seyna harus berpikir dua kali karena ia terikat suatu perjanjian dengan ibunya.

Sebuah perjanjian yang membuatnya tak pernah mempunyai seorang pacar.

"Jawab!" suara Levin agak meninggi.

Namun, tidak ada tanda-tanda gadis di depannya itu akan membuka suara. Levin mulai geram. Ia tak punya cukup banyak kesabaran dan tiap kali sesuatu menggangunya sedikit saja, lelaki itu akan langsung meledak.

"Sekarang lo tiba-tiba bisu hah?"

Ia mendecak, lalu merunduk untuk kembali mencium bibir Seyna. Kali ini berbeda, lebih kasar dari sebelumnya. Tangan Seyna mencengkeram bahu lelaki itu. Ia melenguh ketika Levin meremas pelan pinggang nya.

Air mata Seyna keluar begitu saja, ia tahu dirinya tak berdaya. Lelaki itu berhenti mencium Seyna setelah menggigit bibir bawahnya.

Napas mereka berdua menderu, saking dekatnya, Seyna merasakan hembusan napas Levin menerpa wajahnya.

"Kalau lo nolak tawaran baik gue, lo bukan hanya berurusan sama si Ale. Tapi mulai berurusan sama gue. Sekarang gue tanya sekali lagi, lo terima tawaran gue?" Levin mungkin terdengar bertanya, tapi nada bicaranya seolah tak mau dibantah.

Tatapan lelaki itu tajam. "Kalau lo nggak jawab, gue anggap iya."

Seyna tak tahu harus apa, jelas ia tak bisa menerima tawaran Levin. Namun jika menolak, ia tak mau berurusan dengan lelaki ini. Alelia saja sudah cukup merepotkan, ia tak ingin masalah baru.

Detik berikutnya, Seyna dikejutkan dengan Levin yang tiba-tiba menyecap lehernya. Gadis itu langsung berusaha mendorong kepala Levin.

"Levin stop!"

Lelaki itu langsung berhenti. "Apa gue harus giniin lo dulu supaya lo ngomong?"

"A-aku nggak bisa. Bahkan meski ..., tawaran kamu menarik."

"Kenapa?"

"Aku ..., nggak dibolehin pacaran."

Sebelah alis Levin terangkat. Ia pikir ibu Seyna adalah seorang pelacur. Atau mungkin wanita itu takut anaknya seperti dirinya nanti.

"Kita nggak pacaran, cuma nanti lo punya gue."

Tetap saja Seyna rasa konsepnya tak jauh dari pacaran.

"Gue anggap kita udah deal."

"Tunggu---"

"Lo benar-benar milih berurusan sama gue?"

Seyna menggeleng.

"Oke, berarti kita udah sepakat. Mulai saat ini lo milik gue."

***



Jangan lupa voment dan bagikan cerita ini😉

See you!

Levin's FavoriteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang