14. Luka

36.7K 2.9K 27
                                    

Para Penghibur yang tadinya cukup banyak berkumpul dengan Levin dan Seyna kini bubar entah kemana. Satu persatu dari mereka pergi dengan berbagai alibi setelah menginterogasi Levin.

Nyonya Elga sudah pulang dari luar, hanya lewat dan tersenyum ketika di ruang tengah. Lalu naik ke lantai dua dengan asisten brondongnya.

Kedua orang yang duduk bersisian itu kini hanya diam. Seyna baru saja minum. Sementara Levin masih terlihat tak berniat atau tak tertarik menyentuh makanan dan minuman. Mungkin baginya itu hanyalah setumpuk makanan menjijikkan yang berasal dari kerja keras mengangkang para pelacur di sini. Mana mungkin mau menyentuhnya barang sedikit saja. Darahnya akan terkontaminasi dengan makanan yang berasal dari uang haram.

Tapi Seyna sejak kecil sudah tumbuh dengan itu.

"Mana yang mau ketemu gue?"

Beberapa suara langkah kaki terdengar di rumah itu. Rumah dua tingkat ini memang memiliki cukup banyak penghuni dan selalu berisik. Sepi saja ketika para pelacur keluar melayani pelanggan. Tapi tak jarang ada yang ingin dilayani di tempat. Oleh sebab itu Seyna biasa mendengar suara-suara menjijikkan yang mungkin tak seharusnya ia dengar.

Seseorang terlihat berdiri di tepi tangga lantai dua.

Seyna dan Levin kompak menatap ke arah sumber suara. Detak jantung gadis itu berdetak dua kali lebih cepat, ia melirik Levin, lelaki di sampingnya terlihat seperti biasa saja. Tidak ada raut tegang sama sekali di wajahnya.

"Gue masih ada kerjaan, nggak punya waktu buat hal nggak penting. Ke sini," kata wanita itu, suaranya cukup menggema.

Seyna pikir ibunya pasti masih harus melayani pria hidung belang yang ada di kamar wanita itu. Mungkin juga nyonya Elga yang memintanya untuk keluar sebentar.

"Ayo," ucap Seyna pelan sambil melangkah lebih dulu menuju lantai dua.

Levin mengikuti lalu mensejajarkan langkah dengan gadis itu.

***

Plak!!!

"Ampun Ma, ampun!"

Tanpa mendengar jeritan Seyna, Nara terus memukuli sekujur badan putrinya dengan penggaris besi. Bahkan meski gadis itu menangis, pandangan ibunya seolah benar-benar tertutup oleh murka. Ia dengan kasar menjambak rambutnya menggunakan sebelah tangan yang kosong.

"Anak nggak bisa diatur! Gue nggak nyuruh lo ngemis, bunuh orang atau lompat ke jurang. Gue cuma nyuruh lo sekolah yang bener, terus apaan cowok ingusan tadi hah?! Cowok lo? Sey, cowok kayak dia nggak akan berguna di hidup lo. Semua lelaki cuma mau ngerusak lo. Berapa kali gue bilang jangan pacaran! Fokus sekolah! Sesusah itu hah?! Setan!"

Seyna tergugu, beberapa orang yang hendak membantu di ambang pintu tak bisa bertindak apa-apa melihat ibu Seyna marah besar. Entah apa yang dibicarakan Levin dan ibunya, Seyna tak mendengarkan karena disuruh masuk kamar. Lalu setelah beberapa saat, Nara masuk kamar dan memukulinya sambil marah-marah dan memaki.

Levin sepertinya juga sudah diusir pergi dari rumah ini. Seyna sempat mendengar teriakan ibunya ketika ia masih membersihkan diri.

"Gara-gara siapa gue ada di sini?! Gara-gara lelaki setan! Lo mau kayak gue?! Hidup kayak gini? Jadi budak nafsu? Lo mau hidup kayak gue? Anjing!!! Buat apa gue sekolahin lo Seyna! Hah? Anak bodoh!"

Wanita itu menampar Seyna lalu menendang kakinya.

"Maaf Ma ..., ampun ..., ampunin aku ...." gadis itu memohon dengan terbata di sela tangisnya.

"Berhenti!!!"

"Cukup ..., jangan pukul Seyna lagi."

Beberapa wanita yang sedari tadi menyaksikan penyiksaan itu kembali bersuara. Bagian tangan dan kaki Seyna terluka entah karena kuku panjang ibunya atau karena penggaris besi yang dilayangkan padanya. Tapi luka yang paling dalam berada tepat di hati Seyna. Luka yang sangat besar.

"Sampai gue tahu lo masih pacaran, jangan harap gue bakal ngampunin lo! Ngerti?!"

Seyna mengangguk lemah, air mata terus mengalir menelusuri pipinya yang kini memerah karena tamparan. Ia sampai tersedu-sedu.

Wanita itu melepas jambakan pada rambut Seyna. Lalu mendengus kasar. Untuk terakhir kalinya sebelum pergi dari kamar gadis itu, ia menendang kakinya dan melempar penggaris ke sembarang arah. Melewati orang-orang yang melihat dengan pandangan iba dan nanar dengan acuh.

Seyna masih menangis, orang-orang itu mulai mengerubunginya.

"Bawa P3K, yang lain ambil air hangat atau apa aja. Jangan ngumpul di sini."

"Shh Sey ... udah udah, gue di sini."

"Duh darahnya, anak gue, hiks ... bangsat nangis gue, nggak tega lihatnya."

"Bangun Sey, kuat berdiri kan?"

Dua orang dari mereka membantu membangunkan Seyna yang hanya dengan pasrah berdiri dengan lemah.

Setelah mereka duduk di atas ranjang gadis itu, wanita di samping kanan Seyna memeluk dan mengusap kepalanya. Ia bisa merasakan dengan jelas tubuh Seyna yang bergetar ketakutan.

"Mama lo cuma marah Sey, dia nggak benci sama lo. Dia nggak mau lo kenapa-napa. Dia kayak gini karena dia takut apa yang dia alami juga terjadi sama lo. Walau caranya nggak bisa dibenarkan. Dia sayang banget sama lo Sey, kita tahu itu ...."

"Kita semua juga sayang sama lo. Maaf tadi nggak bisa apa-apa."

Mereka berusaha menenangkan Seyna yang pasti terguncang. Untuk pertama kali setelah belasan tahun, ia diperlakukan seperti ini oleh seseorang yang melahirkannya. Walau biasanya ibu Seyna juga tak terkesan ramah dan tak memanjakan Seyna. Tapi yang barusan benar-benar kelewatan. Seyna pasti tidak akan pernah melupakannya.

Di sisi lain, nyonya Elga yang juga menyaksikan semua di ambang pintu mulai berlalu acuh, pergi dengan santai dari sana sambil menaikan sebelah sudut bibirnya.

***

Halo! Lama tak jumpa, aku mau kasih keputusan soal update

Setelah nimbang² dan baca komen, aku bakal update 3x seminggu. Hari Senin, Rabu, dan Sabtu, pukul berapa aja tapi paling lambat pukul 23.30 WIB. Dengan konsekuensi kalau aku nggak update di hari itu, aku harus double update di jadwal update-an berikutnya

Aku bakal fokusin dulu di cerita ini, sementara Gale's Dark Side belum bisa aku tentuin kapan aja rutin update-nya. Bisa aja ditunda dulu, tapi belum pasti

Kenapa nggak handle dua cerita?

Karena tubuh aku manjaaa banget. Lemah. Nggak deng

Akhir-akhir ini aku ngedrop parah dan nggak bisa buka hp. Ada hal di rl juga yg mengganggu rehat diri ini. Banyak banget hal terjadi di luar kendali aku wkwk. Entar kalau ngejanjiin banyak update, takutnya malah nggak terpenuhi

Oke itu aja dulu

Gimana part ini? Cukup membuat emosi? Bingung? Pusing? Marah? Nangis?

Atau belum seberapa? Percaya deh mental kalian udah baja. Nggak perlu siapin tisu banyak-banyak

See you!

Levin's FavoriteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang