Part 2

29 29 23
                                    

Selesai sholat subuh berjamaah, waktu menunjukkan pukul 6.30, udara masih terasa sejuk, aku berjalan menuju rumah dibarengi oleh Fajar, anak SMP yang lumayan dekat denganku.

"Mas, piye toh? Jare mau arep nyritakake perubahan e mas  Dani." Ucap Fajar.

(Mas, gimana sih? Katanya tadi mau menceritakan yang membuat mas Dani berubah)

"Iya Jar, aman. Nanti mas ceritakan. Kamu hari ini libur kan?" Tanya ku menatapnya.

"Iya mas, libur weekend." Jawab nya.

"Eleh, sok sok weekend-weekend kamu Jar, bantu mas buka warung nasi punya ibu, mau?"

"Yo ayo mas, lumayan sarapan gratis?" Ucapnya sambil mengelus perutnya.

"Habis makan, mas ceritakan." Ucapku.

"Oke ayo, mas" serunya bersemangat dengan berjalan sedikit cepat mendahului ku.

Kami berjalan menuju warung nasi sederhana milik ibuku, di pinggir jalan. Sampai disana ternyata sudah ada ibu yang mengolah berbagai bahan yang akan di masaknya.

"Budhe, aku bantu yo, nanti sarapan gratis!" Teriak Fajar membuat ibu ku sedikit terperanjat kaget.

(Budhe: panggilan bibi dalam bahasa Jawa)

Aku dibantu oleh Fajar, membuka warung bagian depan, membersihkan, warung dengan sedikit bersemangat dan sedikit terkekeh karena ulah konyol Fajar.

Aku hanya tinggal berdua dengan ibuku karena hal yang ku buat sendiri aku kehilangan sosok ayah. Oleh karena itu aku akan selalu berusaha untuk menyenangkan hati ibu ku.

"Assalamualaikum, Nak Dani, tumben Fajar bantu biasanya masih sibuk buat pulau." Sapa seorang pria dengan usia yang tak bisa dibilang tua ataupun muda.

"Waalaikumsalam, pak" jawabku dan Fajar.

"Ya pak, lumayan sarapan gratis." Ucap Fajar dengan tertawa kecil di ujung kalimatnya. 

Dasar fajar.

Tak terasa warung ibuku sudah selesai dibuka dan bersih.

"Le, ayo makan sek." Panggil ibuku dari dalam.

"Ayo Jar," ajak ku.

Kami berdua makan dengan lahap. Karena memang Tak ada yang bisa bersaing dengan masakan ibu. Seenak itu masakan ibu.

"Mas, ayo ceritakan." Seru Fajar.

"Iya, mungkin panjang ini Jar. Dengarkan baik baik ya, jadikan pelajar juga ya." Peringat ku.

"Jadi ..."

*Flashback

"Murid baru silahkan perkenalkan diri." Ujar guru yang mengajar.

"Nama saya Dani, saya pindahan dari Jawa, merantau ke Balikpapan ikut orang tua, mohon kerjasamanya." Perkenalkan ku pada semua murid di kelas itu

"Ada yang mau ditanyakan anak-anak."

"Tidak Bu,"

"Baiklah, Dani nanti berkenalan dengan teman teman di jam istirahat dan kenalkan saya Fenny, guru matematika sekaligus wali kelas di kelas ini, selamat datang. Dan silahkan duduk di dekat Ibrahim." Ujar guru itu dengan senyum.

"Ibrahim angkat tanganmu"

"Sini Dan," ucap seorang pemuda dengan mengangkat tangan.

Aku berjalan menuju pemuda itu dan duduk di kursi kosong di sebelahnya.

"Baiklah anak-anak, mari buka buku matematika paket halaman ..."

"Dan, salam kenal aku Ibrahim" ucap pemuda di sampingku, dan mengulurkan tangannya, aku menjabat tangannya.

"Aku Riski,"

"Aku Dimas,"

Aku menoleh kebelakang tepat dimana kedua pemuda itu bersuara. Aku menoleh dan tersenyum.

"Nanti kita ke kantin bareng," ucap seorang perempuan berjilbab dengan suara kecil.

"Aku Mega," ucap perempuan itu menyebutkan namanya.

"Oke."

Aku menghadap ke papan pulis dan sedikit terkejut dengan rumus yang memenuhi papan tulis putih itu. Aku mencoba mencatat dan sedikit mendengarkan penjelasan Bu Fenny, wali kelas ku.

"Jika a¹ dan b¹ adalah koefisien maka variabelnya adalah"

"X dan Y." Dengan lantang ku jawab itu, karena di sekolah lama ku yang dulu itu sudah jelaskan.

Jawabanku tentu saja membuat murid menatap ke arahku, sedangkan guru di depan tersenyum.

"Benar,"

Dan pembahasan tentang dunia matematika dan perumusan yang memusingkan pun dilanjutkan.

Ting Tong..

Tak terasa waktu sudah jam istirahat. Mereka mengerubungi ku dan memperkenalkan diri, hanya dua orang laki-laki yang duduk di meja tengah yang tak menyapaku.

Aku di ajak ke arah kantin, di perkenalkan soal lingkungan sekolah oleh teman baru.

Memakan makanan kantin yang kebanyakan penjual gorengan. Aku melihat teman baruku memasukan gorengan kedalam plastik sejumlah 5 gorengan tapi dia malah bilang 4 gorengan yang artinya dia hanya membayar 2k rupiah.

Aku hendak menegur tapi melihatnya makan, aku jadi tak enak menegur dan lagi pula aku masih baru disini.

"Dan, mau apa?" Tanya Mega, gadis yang ternyata sangat bergaul dengan laki-laki juga penampilan yang tomboy.

"Samain aja lah," jawabku.

Dia langsung menuju ke salah satu kantin dan memesan, setelahnya dia kembali.

"Dan, kamu tinggal dimana?"

"Di lamaru,"

"Iya sebelah mana, kalau aku daerah Sepinggan." Ujarnya

"Aku juga tidak begitu tahu, tentang daerah rumahku, kuharap nanti aku dijemput." Ujar ku takut tersesat.

"Ini nak, baksonya dan nasi kuningnya." Ibu kantin membawa makanan di temani oleh anaknya.

Kami menghabiskan makanan yang kami pesan, dan kembali ke kelas karena bel sudah berbunyi. Istirahat hanya beberapa menit.

Pelajaran berlangsung sampai pukul 13.00. (sebelum berlaku kebijakan baru. Full Day school)

Aku menunggu sekolah lumayan sepi, agar tidak terlalu berdesakan.

"Dan, ayo sepi ni." Ujar Ibrahim mengajak keluar kelas.

Aku dan Ibrahim berjalan berdampingan, aku harap-harap cemas, takut tak ada yang menjemput.

"Dani!" Seru ayahku, aku menghela nafas lega.

"Ibra, duluan ya."

"Oke."

Aku berjalan menuju ayahku dan memakai helm menaati peraturan.

Sesampainya di rumah, disambut oleh ibuku, dan ayahku pamit untuk pergi melanjutkan pekerjaannya. Ayahku seorang pemborong bangunan.

"Gimana sekolahnya, dapat teman baru?" Tanya ibu.

"Iya Bu, mereka baik."

"Tetap hati-hati dalam berteman ya nak,"  ucap ibu yang membuatku bingung.

"Baik Bu,"

TBC.

#kedepannya full flashback

Islammu kunantiWhere stories live. Discover now