Part 9

12 12 11
                                    

Aku belajar dengan sungguh-sungguh, seorang guru memberikanku sebuah panduan yang seharusnya tak dia berikan. Namun karena ketulusanku dan kesungguhan ku dalam belajar beliau memberikanku buku teknik yang selama ini beliau terapkan dalam sehari-hari.

Beliau bernama Pak Ali, seorang guru yang sangat disiplin dalam mengajar, sabar dengan murid yang bebal.

"Dani, Lo kok gak ke rumah sakit kemarin?" Tanya Tian.

"Iya, ada kendala sedikit. Mungkin nanti sore gue ke sana, Ian." Jawabku.

"Oke,"

Kami duduk dengan tertib karena guru sudah datang,  membahas perkabelan yang memusingkan. Karena kabel yang di jadikan tidak hanya satu, tapi banyak.

'Gila ni guru. Ini dia mau merakit bom?' batin ku.

Kabel berwarna warni dia jelaskan fungsi dan kegunaannya bagaimana. Setelahnya dia mengetes anak didiknya dengan beberapa kelompok. Untuk membenarkan kabel yang sudah beliau ubah secara acak.

Ini kayaknya sebelas dua belas sama fisika kalau begini, memusingkan.

Dua jam sudah beliau mengajar dengan perkabelan, benar-benar membuat frustasi.

Jika kalian pikir anak STM hobinya gelud aja, mungkin sebagian tapi tidak semua.

Tidak semua anak yang bersekolah di STM itu barbar. Bisa saja dia anaknya kalem cuman iseng masuk STM, atau karena minim nilai akhirnya masuk STM.

Guru juga kadang masuk mengajar.

Teng teng...

Jam istirahat datang berbunyi, semua murid berhamburan menuju kantin.

"Dani, kantin yok." Ajak Tian.

"Kagak bro, gue bawa bekal."

"Bah, SD Lo bawa bekal?" Tanya nya mengejek.

"Nyenye, sana Lo pergi."

Tian mulai berjalan keluar, aku mengeluarkan bekal yang ibuku masak, wah ibuku memang terbaik. Ayam bumbu kecap campur brokoli, memang mantap.

"Tumben,"

Sebuah suara membuatkan sedikit tersentak, ku pikir kelas sepi dan hanya aku sendirian di dalam.

Aku menoleh ke asal suara ternyata Ibrahim masih disini.

"Oh Ibrahim."

"Tumben Lo bawa bekal?" Tanya nya.

"Iya nih, hemat. Sini makan bersama." Ajak ku.

Dia bangkit membawa kursinya dan duduk di samping meja ku, dia ternyata membawa bekal.

"Lah bawa juga?" Tanya ku.

"Emang selalu bawa gue, Dani. Lo aja yang selalu ke kantin." Katanya.

"Oh..." Ucapku manggut-manggut.

"Mie?" Tawarnya.

Aku menggeleng, dan membagi nasi ku dengannya.

"Eh? Makasih."

"Jangan mie terus. Nanti usus buntu kayak si Mega." Ucap ku, dia menatapku bingung.

"Lo.. tau dari mana?" Tanya nya.

"Aku lihat di postingan Instagram nya, sebenarnya mau sekalian gue jenguk kemarin." Ucapku.

"Entah dia mau lihat gue apa kagak? Yang penting gue niat jenguk dia." Lanjut ku.

"Gue juga mau jenguk. Bareng?" Ajaknya.

Aku gak salah dengar kan? Aku gak tuli kan? Ini Ibrahim ngajak ke rumah sakit bareng. Wah mimpi apa aku semalam?.

Islammu kunantiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang