Part 8

12 12 10
                                    

Semalam aku membantu dan mengajarkan Ibrahim tentang mesin pada motornya hingga larut dan berakhir aku menginap.

Komunikasi antara aku dan Ibrahim masih terasa canggung. Namun, niatku baik bukan?

Pagi ini aku terbangun, udara terasa sejuk sekali, ku lihat jam dinding menunjukkan pukul 05.10 suara adzan terdengar.
(Waktu Indonesia tengah).

Aku bangun, dapat ku lihat Ibrahim tengah memakai peci, dan menggelar sajadahnya dan sholat dengan khusu.

Aku terduduk memandangnya hingga selesai sholat, tampaknya dia tak menyadari jika aku sudah bangun.

Dia menyimpan sajadahnya dan terkejut melihatku yang duduk, menatapnya dalam.

"Dan, sudah bangun Lo? Ngapa Lo liatin gue gitu sih!" Serunya mungkin risih.

"Lo banyak berubah ya, beberapa bulan kita gak sama-sama." Ucapku.

"Gue ingin damai Dan, cape dalam kesesatan." Jawabnya.

"Gaya mu,"

"Gue selalu di datangi almarhumah ibu gue Dan, meminta gue untuk ingat siapa gue sebenarnya, dan jangan melampaui batas... Hiks" ucapnya dengan menangis, mungkin teringat ibunya.

Aku mendekatinya, duduk di depannya, memegang tangannya. Menariknya dalam pelukanku. Basah, pundak ku terasa basah akan air matanya.

"Sstt... Pasti berat buat Lo, jangan ngerasa sendiri, gue emang gak tau rasanya, tapi tolong ada teman-teman Lo disini," penguat ku.

Dia semakin menangis. Aku melepaskan pelukanku dan memegang pundaknya.

"Lu mau hijrah jadi lebih baik?" Tanya ku, dia hanya mengangguk .

"Ajak gue! Ajari gue tentang Tuhan dan agama gue." Seruku.

"Ajari gue! Jangan nangis, ayo bersama kita gapai ridho tuhan." Seruku semangat.

"Lo tau cara wudhu?" Tanyanya.

Sontak aku menggeleng, seingatku itu pernah ku lakuin terakhir SD kelas 1.

"Doa sholat?"

Aku menggeleng lagi.

Kulihat dia frustasi dan mengusap wajahnya.

"Gila Lo."

"Malah ngatain gila. Ajarin gue makanya," pintaku.

"Syahadat?"

"Bisa-bisa"

"Lu syahadat dan niat untuk berubah." Tuturnya.

"Asyhadu an laa ilaaha illallaahu, wa asyhaduanna muhammadar rasuulullah. Tuhan -"

"Bukan, Allah. Lo dari tadi Tuhan-tuhan Kristen Lo?" Ucapnya memotong kalimatku.

"Oh gitu ya, oke-oke."

"Asyhadu an laa ilaaha illallaahu, wa asyhaduanna muhammadar rasuulullah, ya Allah aku anakmu yang banyak dosa ini niat berubah menjadi lebih baik." Ucapku mantap.

"Ayo gue ajari wudhu. Sambil gue jelasin." Ucap Ibrahim.

Entah mengapa perasaan damai sedikit menyeruak dalam hatiku kala menyerukan nama Tuhanku dan membaca syahadat. Apakah aku diberi ampunan?

Aku mengikuti Ibrahim, aku baru sadar jika di samping kamar mandi ada sekat yang hanya ada 2 kran, Ibrahim bilang ini khusus untuk wudhu.

"Jadi dan pertama lu harus niat. Kalau lu gak bisa doanya, lu nanti browsing atau lu tanya aja sama ustad di sekitar rumah lu."

Aku mendengarkannya dan mengambil posisi di kran satunya atas suruhannya.

Dia menghidupkan air kran, yang mana aku juga mengikutinya.

Islammu kunantiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang