Part 18

13 8 3
                                    

Sejak aku keluar dari penjara yang menahan kebebasanku kini sudah seminggu pula aku dan ibuku bergantian berjaga ayah di rumah sakit.

Kesehatan ayah tiba-tiba menurun sejak dua hari yang lalu, benar-benar membuat ku dan ibu takut karena pikiran yang hampir sama, takut kehilangan ayah.

Laki-laki yang kuat, mampu meredakan kesedihan ibuku, membesarkan ku, membimbing keluarga kecil ini, meski aku yang selalu memancing emosinya, aku begitu menyayangi nya meski dia bukanlah ayah kandungku.

Bagiku hanya dia ayahku, tak ada yang lain, ayahku yang hebat, dan tak terganti. Bahkan aku tidak mau mengenal ayah kandungku sendiri.

Meski ibuku berkali-kali mencoba memancing tentang ayah kandungku, namun aku tak mau mengenalnya. Untuk apa aku mengenal sosok bajingan sepertinya.

"Dani,"

Suara ibuku, wanita terhebat yang ku miliki menyapa gendang telingaku, membuyarkan lamunanku.

Aku menolehkan kepalaku menghadapnya, memandang raut khawatir, juga sedikit pucat milik ibuku.

"Ayah akan baik-baik saja ibu, percaya padaku. Dokter pasti akan menyembuhkan ayah." Ucapku tenang, memegang tangan ibu, mencoba menenangkan meski hati dan pikiranku berkecamuk.

Ucapan ayah tentang waktu dan kematian membuatku ke ketakutan, ingatan itu membuatku sesak.

Aku menahannya, aku harus kuat setidaknya di depan ibuku.

Di dalam sana, ruang rawat ayahku, sedang ada dokter juga beberapa perawat yang membantu menangani ayahku yang tiba-tiba kejam beberapa hari yang lalu.

Ceklek...

Pintu ruangan terbuka, menampakkan dokter yang sedikit panik.

"Saudara Dani, ayah anda ingin berbicara." Ucapnya, dokter itu keluar dari ruangan ayah diikuti oleh dua perawat.

Aku bangkit, berjalan memasuki ruang rawat, mendekati bangsal ayah, ku lihat ayah menatapku.

Bunyi monitor detak jantung itu sedikit cepat.

"Ayah."

"Dan -Dani anakku, ingat pe-pesan terakhir ayahmu ini." Ucapnya dengan terbata.

"Apa maksud ayah, jangan berbicara hal yang tidak masuk akal,"

"Putraku, jaga ibumu, jangan menyakitinya, dia wanita yang baik. Ayah sangat menyukainya. Jangan membuatnya menangis. Bahagiakan dia." Ucapnya dengan lancar namun setelahnya dia membuka mulutnya, mengais udara.

Aku panik, takut. Merendahkan diriku menggenggam tangan ayah yang juga memegang tanganku dengan sangat erat dapat ku rasakan genggaman itu.

"Ayah, pelan-pelan ayah. Ayah pasti sembuh, kita akan menjaga malaikat cantik kita bersama. Tidak hanya aku. Kita berdua yang akan membahagiakannya." Tumpah sudah, air mataku. Aku tak bisa menahannya lagi, sakit dan sesak melihat ayahku.

"Dani, Dani, Dani. Jadilah anak yang berbakti, berubah lah nak. Jauhi hak yang membuat mu terlihat buruk. Jaga ibumu Hahh Hahh"

Ayahku kesulitan mengambil nafas, aku semakin menangis.

"Dani."

"Iya ayah iya... Hiks.. aku ikhlas. Aku akan menjaga ibu, Dani berjanji.. hiks."

"Dani, Hahh.."

"Ayah, laa illaha illallah-"

"Laa... illaha... illallah-" ayah berucap dengan terbata

"Muhammadur Rasulullah... Hiks"

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jul 11, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Islammu kunantiWhere stories live. Discover now