Part 12

14 11 5
                                    

Tiga hari berlalu, waktu terasa cepat. Aku dengan bersungguh-sungguh memperbaiki diri, belajar membaca ayat-ayat Allah. Perasaan damai serentak menyerang kalbuku.

Tiga hari ini ku rasakan begitu damai, ku pelajari apa yang seharusnya seorang muslim lakukan dan jauhi.

Hubunganku dengan seseorang yang ku panggil ibu kian dekat. Dan dengan ayah mungkin ada sedikit perbaikan hubungan.

Ayah sudah mulai tersenyum. Mungkin ibu yang memberitahu soal niat baikku.

Aku kini tengah berada di dalam kamar. Dengan buku panduan yang di berikan oleh pak Ilham.

"Jadi hanya dengan mengucapkan 'Bismillah' Allah bisa melindungi kita. Baik akan aku catat di dalam ingatanku." Gumam ku seorang diri.

"Dani!" Teriakan ibuku membuatku sedikit terperanjat, dengan segera aku bangkit. Dan menghampiri ibuku.

Ceklek

Aku keluar dari kamar menghampiri teriakan dari ibuku, dapat ku lihat dua orang berseragam polisi sedang berbincang dengan ayah. Ibuku menangis.

Aku dengan tergesa menghampiri mereka.

"Ada apa ibu?" Tanyaku.

"Anda yang bernama Dani?" Tanya salah satu anggota polisi.

"Benar pak,"

"Mari ikut kami ke kantor, anda harus menjelaskan tuduhan di kantor polisi."

"Huh! Tuduhan apa pak?!" Seruku bingung.

"Tuduhan atas perlakuan bejat anda, karena telah menghamili saudari bernama Reny dan tidak mau bertanggung jawab hingga membuat calon ibu depresi sehingga mengkonsumsi obat-obatan terlarang."

"Huh! Tuduhan itu tidak benar pak." Sanggah ku.

"Mari jelaskan di kantor,"

Seseorang membalik badanku.

Plak,

Ibu menamparku, aku menatapnya tak percaya.

"Ibu.. bukan aku Bu, aku memang berpacaran tapi tidak sejauh itu dengannya, itu perbuatan dari tunangannya. Demi Allah." Ucapku mencoba meyakinkan ibu yang saat ini menatapku dengan kecewa.

Bugh

Kini ayah memukulku, perih.

"Ayah.."

"Jangan membawa nama Allah, jika kau bersalah maka tanggung jawablah!" Serunya.

"Ayah aku tak melakukannya." Sanggah ku lagi

"Ayah tak pernah mengajarkanmu, tapi memang jika sudah dari bibitnya memang tak bisa rubah. Kau dan bajingan itu sama saja."

Deg!

"CUKUP! AKU MEMANG BUKAN ANAKMU, tapi aku berbeda dengannya. Bagaimana aku bisa sama dengannya sedang kamu yang membimbingku!" Seruku menatap ayah kecewa.

Ayah memegang dadanya, dan seperti ingin tumbang, ibu dengan gesit menghampiri ayah. Aku juga menghampirinya.

Ayah terduduk di bawah, masih dengan memegangi dada kanannya.

Ini salahku, seharunya aku tak berteriak padanya. Aku kalut. Ayah menunjukku setelahnya tak sadarkan diri. Aku panik, berlutut lebih dekat dengan sang ayah. Ibu yang menangis dan sedikit mengguncang badan ayah.

"Pak tolong, pak." Pintaku pada kedua polisi itu. Mereka mengangkat ayah dan membawanya ke rumah sakit.

.
.

Di rumah sakit...

Ayah sedang di tangani di UGD, ibuku menangis dan aku di sampingnya, kedua polisi itu juga masih di sana.

Islammu kunantiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang