Part 6

15 19 4
                                    

Tak terasa 3 tahun sudah aku bersekolah di sana. Kurasa banyak keanehan dari sikap temanku.

Seolah menyuruhku untuk segera putus dengan Reny, terkadang aku, mereka kenalkan dengan gadis lain, padahal mereka tahu jika aku masih berpacaran dengan Reny.

3 tahun mengenal Reny membuatku yakin untuk serius, padahal aku masih SMP, ku pikir tak masalah dengan keseriusanku.

Lama aku mengenal Reny dan keluarganya, aku tahu jika keluarga Reny tak dalam keadaan baik, sering aku mengantar Reny pulang dari kencan dan mendengar mereka bertengkar bahkan bantingan gelas terdengar.

Selama itu terjadi aku dan Reny terdiam di depan, rumah duduk di kursi depan yang memang tersedia, tak mungkin aku meninggalkan gadisku dalam kondisi keluarga seperti ini.

Duduk di kursi panjang dengan Reny yang menyembunyikan wajahnya di dada bidang milikku.

Dia tak menangis hanya diam dan mendengarkan m, kupikir ini pasti sudah sering terjadi hingga membuat Reny tak mengeluarkan air matanya.

..

Beberapa hari kemudian, Reny mengabari jika kedua orang tuanya memilih untuk bercerai dan meninggalkan dirinya.

Aku heran dengan keluarganya, meninggalkan anak mereka sendirian terlebih seorang wanita. Reny mengatakan jika dirinya hanya ditinggali rumah besar ini. Dan kedua orangtuanya pergi mengambil arah yang berbeda.

Untuk pertama kalinya, aku berbicara panjang lebar tentang percintaan ku pada ibuku, ibuku kasihan pada Reny. Beliau memintaku untuk tak meninggalkannya.

Aku sering menginap di rumahnya. Seperti saat ini, aku bangun dari duduk ku dan mencari Reny, kulihat dirinya berada di balkon sedang bertelepon.

Aku menguping pembicaraan mereka dan sayup sayup terdengar suara si penelpon adalah seorang laki-laki dan mereka tengah membicarakan tentang pernikahan.

Aku tak mau berpikir negatif, terus ku tekankan pada pikiranku jika itu hanya teman Reny yang mungkin hendak menikah dan meminta saran dari Reny.

Aku kembali pada duduk ku semula, dia terlihat menghampiriku duduk di sampingku memelukku mencium rahang ku. Aku hanya tersenyum menatapnya. Ketika aku hendak menciumnya dia menghindar dengan alasan membuat minum.

***

Seminggu setelah kejadian aku menguping nya, dia tak terlihat dan memberiku kabar, menghilang.

Aku bertanya pada Mega, namun hanya gelengan yang ku dapat.

Teman-temanku menjauhiku aku tak tahu masalahnya dimana.

Malam Minggu yang seharusnya ku habiskan dengan menongkrong dengan teman di cafe kini berubah.

Aku berjalan gontai sendirian di taman.

Aku duduk sendirian di bangku menatap sekeliling, aku merasa bahwa ada seorang yang duduk disampingku, seorang pria.

"Hai, gue Tian, lu sendirian aja?" Sapa nya dan bertanya.

"Ya gue sendirian, gue Dani."

"Ya udah gue temenin," ucapnya

Lama tidak mengobrol, Dian bangkit menarik ku, aku bingung namun dia mengatakan, "ayo kita bertemu dengan teman yang lain."

Aku mengikuti tarikannya, di ujung taman, pencahayaan remang aku melihat beberapa remaja seumurku dan beberapa yang lebih tua dariku sedang duduk merokok.

"Oi Tian, sama sapa lu?"

"Oh ini Dani, teman baru kita." Ucapnya memperkenalkan ku.

"Oi sini, duduk berdiri bae" tegur nya.

Islammu kunantiWhere stories live. Discover now