Part 7

17 16 8
                                    

Seminggu sudah semenjak kejadian dimana aku mengetahui jika selama ini Reny memiliki laki-laki lain, juga pengakuan dari seorang yang kusebut ayah.

Membuatku terus termenung, ibuku menceritakan semuanya, aku tak mungkin menyalahkan seorang wanita yang sudah melahirkan ku, membesarkan ku tanpa rasa dendam.

Pagi ini libur semester, aku ingin masuk ke sekolah menengah atas, menyiapkan diriku untuk menjadi pribadi yang lebih baik.

Hubunganku dengan temanku masa terjadi perang tak kasat mata, saling berlaku jika berpapasan layaknya tak pernah kenal.

Hubunganku dengan ayah terlibat perang dingin. Entah sampai kapan. Dia sama sekali tak menegurku, kurasa dia sudah muak denganku.

Dan Reny gadis itu tak ada kabar, tidak mencoba memberikan penjelasan yang jelas. Hana mengatakan bahwa pria itu tunangannya dan pergi pada malam itu tak ada jejaknya lagi.

Dan teman-teman baruku, aku tak begitu akrab dengan mereka. Bahkan sekarang tak ada bertukar nomor, karena memang just friend untuk sesaat.

Ceklek

Kulihat ibu yang membuka kamarku.

"Dani makan yok, kamu marah ya sama ibu, karena sudah mengatakan sebuah kebenaran?" Ucapnya, aku menoleh ku lihat wajahnya menyendu.

"Nda bu, Dani tak bisa marah padamu ibu, Dani hanya memikirkan suatu hal lain, ibu tak perlu khawatir." Jelas ku.

"Apa itu? Nda mau bercerita dengan ibu?"  Tanya nya, duduk di sampingku dan mengelus punggungku sayang.

"Oh ya, kamu tidak pernah membawa gadismu itu nak, siapa? Reny ya namanya?"

"Sudah tidak ada hubungan Bu,"

"Hah?"

"Dia ada pria lain, ternyata aku hanya selingkuhan nya bu, Dani kurang tampan ya bu? Atau Dani ada kekurangan?" Tanyaku menatap ibuku.

"Sst, dengarkan ibu. Semua orang ada kekurangan kamu sudah sering mendengar kalimat itu bukan, kamu tampan. Anak ibu ini tampan sekali," ucap Nya dengan menangkup pipi ku. "Jadi dirimu ya, Dani ya Dani, jangan mencoba jadi orang lain demi orang lain." Lanjutnya.

Entah kenapa aku ingin meneteskan air mata, "maaf." Lirih ku.

Ibu ikut menangis menghapus air mataku dan menarikku dalam pelukannya, meskipun aku harus menunduk karena ibuku lebih pendek daripada aku.

"Anak ibu," ucapnya dan mengeratkan pelukannya. Membuatku semakin menangis.

***

Di lain tempat, kosan Ibrahim.

"Gue dengar mereka sudah putus." Ucap pemuda rokok di tangannya.

"Pasti Dani kecewa banget. Si bucin satu itu kalo di peringatkan susah banget, mana gue kena tonjok lagi. Kalau gak ingat teman udah gue habisi tuh bucin." Ucap Dimas.

"Kasian juga ya, sakit nda?" ucap Ibrahim.

"Anjing masih ditanya, lu pernah kena tabok Dani aja pas main mejikuhibiniu aja pundung!" Sungutnya.

"Iya anjir pelan tapi pedih." Ucap Ibrahim.

"Mau ke rumahnya Dani?" Ajak Reza.

"Jangan dulu," Riski berkata dengan menatap hp.

"Gue ada Dede gemes yang rumahnya gak jauh dari rumah Dani, katanya seminggu ini ayahnya sama dia kayak musuh. Sebaiknya nunggu dingin dulu," ucap Riski menatap teman-temanya. "Takutnya kita kena libas juga." Lanjutnya.

"Bener juga," ucap Daniel.

***

STM pangeran Antasari BPP.

Islammu kunantiWhere stories live. Discover now