Part 17

9 6 0
                                    

"Dani!" Teriak ibuku.

Ibuku menghampiriku dengan terburu, begitupula denganku yang berjalan menuju ke arahnya.

Brugh

Ibuku memelukku dengan kencang dan erat, aku juga membalas pelukannya tak kalah erat. Menangis bahagia, mencium puncak kepala ibuku rindu.

Aku melepaskan pelukkannya, memandang wajahnya yang tampak berseri bahagia, juga air mata yang menetes.

Merendahkan badanku, bersujud dan mencium kakinya, berulang kali. Ibuku menundukkan dirinya dan memegang kedua pundak ku, membawaku berdiri kembali dan memeluk erat sekali lagi.

"Kok jadi mellow begini, ini mataku sepertinya bocor."  Ujar Dimas, yang mengusap air matanya, lalu menatap ke arah temannya yang lain yang ternyata juga terharu.

Semakin menangis lah Dimas melihat mereka yang menangis. Pelawak kita juga ikut terharu bahagia.

Dimas tiba-tiba memeluk tubuh tinggi Daniel, mengelap ingusnya di baju Daniel, yang mana langsung di dorong oleh Daniel dan sedikit berkata kasar. Karena bajunya lengket ingus Dimas.

.
.

"Dani," suara ayah Dani menginterupsi acara pelukan dengan sang ibu.

"Ayah."

"Kemari anakku."

Dani menghampiri ayahnya, berdiri diam di samping brankar sang ayah yang terduduk.

Ayah Dani langsung menarik tubuh anaknya dan memeluknya.

"Maafkan, ayah nak."

"Bukan ini bukan salah ayah, ini salahku yang tidak tahu diri kepadamu. Maafkan sikapku selama ini." Ucap Dani menangis.

Lama mereka berpelukkan hingga sang ayah yang melepaskan pelukannya.

"Ayah, ayah ada yang sakit ada yang perlu Dani pijat, atau bagaimana?" Tanya Dani.

"Haha .. ayah sudah baik-baik saja, ayah sudah setangguh Superman ini." Ucap ayah Dani dengan memperagakan gerakan terbang Superman.

Membuat teman-teman Dani dan ibunya tertawa.

"Ayah, seperti melihatmu saat SD dulu jika bertanya seperti itu, saat itu saat ayah pulang kerja, kamu menghampiri ayah dan mengatakan hal yang sama dengan yang kamu ucapkan barusan." Ingat ayah Dani tentang masa kecil Dani.

"Aku sudah lupa, ayah."

"Kamu dulu masih sangat kecil kelas 1 SD, keluar dengan ingus yang mengalir dari hidung mu ini." Ucap sang ayah dengan menyentuh hidung Dani lembut.

"Coba lihat sekarang kau sudah dewasa, semakin tampan. Juga berubah menjadi lebih baik, ayah mendukung niatmu itu nak."

"Jangan pernah tinggalkan ibumu ya, jika ayah sudah tiada jangan pernah sekali menyakiti hatinya, ibumu itu wanita yang ayah cintai, kuat dan ayu," ayah Dani berpesan pada Dani.

"Ayah jangan bilang seperti itu, kita akan menjaga ibu bersamaan."

"Anakku, umur tidak ada yang tahu, entah mengapa ayah merasa semakin dekat dengan sang illahi."

"AYAH! Ayah ngomong apa sih." Tegur sang ibu.

"Ayah tidak akan kemana-mana, ayah akan ada disini bersama dengan ibu dan juga Dani." Ucap sang ibu.

"Ibu," lirih ayah Dani.

"Sudah-sudah. Jangan di lanjutkan, kamu Dani pulang, mandi kau bau kecut." Perintah ibunya.

"Ibu Dani wangi begini." Bela Dani.

"Kecut, tadi ayah mencium bau mu tak tahan, bau sekali." Goda ayahnya.

Islammu kunantiOnde as histórias ganham vida. Descobre agora