Part 13

9 9 0
                                    

Di depan ruang rawat inap rumah sakit, terdapat lima orang remaja dengan satu wanita berusia lanjut.

Tampak wajah lelah mengantuk menghiasi wajah mereka.

"Bra, ini sudah dua hari, gimana nasib Dani di sana?" Tanya seorang pemuda dengan sarung di lehernya.

"Kita harus memikirkan caranya dengan cepat, sebelum sidang." Ucap teman di sebelahnya.

"Begini Reza, Dimas. Kita gak bisa langsung gegabah. Kalian semua tahu kan gimana cara main polisi." Ucap Ibrahim.

"Ini masih dini hari, kita akan pikirkan masalah itu besok siang. Kalian bertiga tidur saja di bangku yang ada." Ucap pemuda bertubuh tinggi.

"Iya, kalian tidur aja biar gue sama Daniel yang jaga. Kalau ada perkembangan dari dalam."

Ceklek

"Nak, kalian gak pulang?" Tanya ibu Dani yang baru keluar dari ruang rawat suaminya.

"Tidak Bu, kami akan menemani ibu dan bapak disini, sesuai permintaan Dani." Ucap Riski.

"Terima kasih ya, ibu bersyukur Dani punya teman seperti kalian."

"Ibu, sebaiknya ibu tidur didalam menemani bapak. Kami akan berjaga di luar." Ucap Daniel.

"Baik nak, terima kasih."

Sekembalinya ibu Dani memasuki ruang rawat. Mereka berlima kembali merundingkan hal kecil.

"Dimas sudah tidur, sebaiknya kalian menyusul tidur." Ucap Riski. Riski adalah anggota paling tua dan sudah dianggap layaknya kakak bagi mereka semua.

Keduanya menuruti ucapan Riski dan tinggal Daniel yang membuka matanya.

"Niel kalo Lo ngantuk, tidur aja gak apa-apa."

"Iya, Riski, btw apa kita harus melibatkan Mega dan yang lain?" Tanya Daniel.

"Mega dan yang lain kan belum tahu? Apa kita kasih tahu aja besok?" Tanya Riski.

Tak ada jawaban dari Daniel, sepertinya Daniel juga memikirkan hal yang sama.

Daniel bangkit dari duduknya. "Aku akan mencari kopi di warung depan, kau mau?" Tanya nya.

"Iya bawakan, aku satu gelas kopi susu." Ucap Riski.

"Oke."

Daniel pergi meninggalkan Riski  yang menatap atap rumah sakit.

Cukup lama Daniel tak kembali.

"Daniel kemana, Ki?" Sebuah suara sedikit mengejutkan Riski yang termenung melipat tangannya di dadanya.

"Oh Ibrahim, kebangun?" Tanya Riski menatap Ibrahim yang kini terduduk dari tidurnya, "Daniel beli kopi."  Lanjut nya.

Ibrahim hanya mengangguk., Laku bangkit berjalan menuju ruang rawat.

Ceklek

Membuka pintu ruang rawat dengan perlahan, menatap kedua orang tua Dani, dimana ibu Dani yang duduk dengan tangan yang menggenggam tangan sang suami.

Menutup kembali pintu ruang rawat itu.

Melanjutkan langkahnya menghampiri Riski dan duduk di dekatnya.

"Ki, Lo ingatkan soal Anita?" Tanya Ibrahim yang di angguki oleh Riski.

"Kita bisa meminta bantuannya dia, dia punya foto juga videonya."

"Lo bener Bra, itu artinya kita harus memberitahu Mega dan yang lain." Putus Riski.

"Bener." Daniel menginterupsi percakapan kalian. Memberikan kopi pada Riski.

Islammu kunantiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang