Chapter 3

4.5K 605 32
                                    

Seorang lelaki bertubuh tinggi dengan rambut hitam kecoklatan berjalan kearah makam yang lusuh.

Lelaki itu menaruh bunga Tulip berwarna putih.

Lelaki itu tersenyum tipis lalu mengusap-usap batu nisan yang tertulis.

(Name) Gevano Danuarta

"Hei, sudah dua tahun lebih lu ninggalin gue yah..." Lelaki itu Samuel Veraldy terkekeh miris.

"Gimana kabarnya?? Lu udah ketemu sama ibu asuh lu belum?" Tanya Samuel, tak ada jawaban.

"Bodoh bet ya gue? Masa gue ngomong sama makam yang jelas-jelas isinya cuma tinggal tulang" Samuel menatap kosong makam (Name).

"(Name)" Panggil lelaki itu menahan badannya yang bergetar menahan tangis.

"Kenapa lu ninggalin gue? Apa lu udah bosen sama gue? Ukhh" Mata Samuel memerah karna menahan tangis.

"Seharusnya gue ikut lu aja, buat apa gue hidup kalo gak ada lu? Gue gagal buat jaga lu" Air mata Samuel menetes, ia mencoba tersenyum.

"Gue udah ngelakuin beberapa cara buat lupain lu, tapi semakin gue lupain lu kenapa semakin sering gue inget tentang lu" Tangis Samuel.

"Gue harus jawab apa kalo ketemu Devano?? Gue gagal jaga lu" Samuel mengeluarkan unek-uneknya yang selama ini ia simpan sendiri.

"Gue kangen suara lu (Name), gue yang lu lakuin waktu dulu"

"Gue bakal turutin apa yang lo mau, gue kangen suara serak lo waktu lu nangis karna Favorite karakter lu mati"

"Maaf..." Samuel mengusap matanya dengan kasar.

"Seharusnya gue gak nangis, tapi kenapa gue malah nangis? Padahal udah lama lu ninggalin gue" Ucapnya sambil terkekeh geli.

Ia mengecup nisan yang tertulis (Name).

"Gue balik, btw bentar lagi akan ada ujian buat kenaikan kelas loh~"

Samuel melambaikan tangannya lalu berjalan pergi, ia menatap langit malam.

Bintang bertebaran, saking banyaknya bintang beberapa orang memfoto kejadian itu.

'Biasanya (Name) paling seneng kalo ada bintang' Batin Samuel terkekeh.

•••

"Ne~ nee-chan" Panggil (Name), Sarada menaikkan alisnya.

"Nani? "

"Iyee, aku hanya merasa belakangan ini suasana hati ku berbeda dari biasanya" (Name) menatap lantai yang kotor akibat belum disapu.

Sarada mulai tertarik dengan topik pembicaraan, ia mulai mengambil sapu rumah lalu mulai menyapu.

"Memang biasanya bagaimana?" Tanya Sarada yang fokus menyapu, (Name) menggeleng.

"Aku tidak tahu, biasanya suasana hatiku akan berubah dengan cepat tapi kali ini berbeda" Jawab (Name) yang lalu duduk di lantai yang telah disapu oleh Sarada.

Jawaban (Name) benar, sejak tadi pagi ia sering melihat (name) yang menatap langit dengan mata yang kosong.

Dan juga, belakangan ini (Name) tak mencari masalah dengan dirinya, itu suatu perkara yang Bagus.

Tapi saat melihat adiknya sering menatap langit dengan tatapan kosong.

Hatinya sedih, Sarada ingin membantu (Name) keluar dari masalah.

Tapi (Name) bukan tipe yang gampang bercerita dengan orang lain, (Name) susah ketika diajak soal menceritakan perasaan nya.

Sarada selesai menyapu, lalu duduk disamping adiknya itu, dengan cepat (Name) menidurkan dirinya di paha Sarada.

"Ada masalah?? Siapa tahu Nee-san bisa membantu mu" Ucap Sarada sambil mengelus-elus kepala (Name).

(Name) menggeleng, ia tahu jika Sarada memanggil dirinya 'Nee-sanakan meminta (Name) menceritakan masalahnya.

Sarada tersenyum tipis, mengusap-usap kepala (Name).

"Jika tak ingin bercerita tak apa, aku tak akan memaksamu untuk menceritakan apa masalah mu" Ucap Sarada dan (Name) hanya mengangguk paham.

Tbc...

  UCHIHA PRIK BORUTOXREADER  Boruto: Naruto Next GenerationDonde viven las historias. Descúbrelo ahora