Chapter 34

1.8K 309 16
                                    

Seseorang memeluknya dari belakang, nafas yang lembut dan suara tenang membuat badannya jatuh kebawah seketika.

Tangan kekar menutup matanya dan membisikkan kata-kata yang membuat tangisnya semakin keras.

Ia memukul-mukul dadanya keras dan menjambak rambutnya keras.

"AAAAAHHHHH!! BERISIKK!!"

Orang itu menggeleng pelan dan semakin mempererat pelukannya pada [Name]. Gadis itu tangisnya semakin pecah, ia memukul wajahnya sendiri dan berusaha melepaskan pelukannya dari orang itu.

"Aaaakkkhhh!! Lepas!! Mau pulang!"

Gak mau pulang maunya digoyang azek azek 💃💃

G cnd

Orang itu membalikkan badan [Name] dan semakin mengelus punggungnya pelan.

"Shhhh, it's oke,,, as long as i here no one can hurt you..." bisiknya pelan tepat ditelinga [Name].

Badan [Name] seketika melemas dan wajahnya penuh luka akibat cakaran dari tangannya sendiri.

Tangisan yang selama ini ia pendam akhirnya ia keluarkan, [Name] menangis bak anak kecil. Tangannya penuh darah akibat perbuatannya.

"Huu... Kak Dev,,, a-aku capek kak... Aku gak kuat... A-aku mau ikut Kakak aja..." ucap [Name] sambil diselingi tangis.

Devano tidak menjawab perkataan [Name], ia masih tetap mengelus-elus kepala [Name].

Gadis kecilnya yang dulu sering tertawa karna hal kecil kini sekarang dipenuhi dengan tangisan pasrah akan takdir hidup.

Devano semakin mempererat pelukannya. Tangisan yang tak kunjung reda membuatnya semakin diam membisu.

"A-ah! Kakak... [Name] capek... Ikut kak,,, plis, [Name] janji bakal nurut sama kak,,, ijinin aku buat ikut kak" gumam [Name] sambil memejamkan matanya.

Devano perlahan menghapus air mata [Name] menggunakan tangannya, senyuman tipisnya mampu membuat tangisan [Name] semakin pecah.

Tatapan sayu milik Devano membuatnya semakin keras menangis, ia memegang ujung baju Devano dan menunduk pasrah.

"A-aku--- aku bakal turutin apa yang kamu mau, Kak..., tapi aku mohon buat ijinin aku ikut sama Kakak.." kata [Name] sambil memohon pada Devano.

Lelaki itu menatapnya sedih, ia memeluk [Name] kencang seolah tak bisa dilepaskan. Netra birunya mulai berair ketika sang adik terus memohon agar ikut dengannya.

"[N-name]... Tolong jangan seperti itu..." ujar Devano dengan suara tengah tahan menangis.

Dia semakin mempererat pelukannya. "U-uh... Tolong jangan seperti ini... Aku tidak akan bisa tenang kalau begini jadinya.."

Ucapan Devano membuat [Name] mendongak dan menatapnya lekat.

"Kamu... Kalau gitu aku gak bakal bikin kamu tenang" ungkap [Name] membuat Devano menatapnya melas.

"[Name]... Aku mohon, biarin aku tenang..."

"Gak! Gak bakal!"

Netranya menangkap seorang pria yang menatapnya tajam, tangannya terkepal kuat. Ia berdiri dan berlari kearahnya menerjang pria itu.

Terdapat sebuah pisau dapur ditangannya, [Name] mengepalkan tangannya bergerak menusuk jantung pria itu.

"Mati, mati, mati, mati, mati, mati, mati, mati!"

Bau anyir darah menyeruak diseluruh ruangan itu, Devano terpaku melihat sang adik yang membunuh ayahnya semudah itu.

Tangannya [Name] bergetar hebat, matanya menatap tajam orang yang mengaku sebagai ayahnya.

Pria itu tampak kesakitan dan tersenyum lebar, [Name] melotot kearahnya dan menggertakkan giginya.

Jleebbb

[Name] menatap kosong pria yang ia tindih itu, Devano lalu berdiri dan memeluk tubuhnya, tangannya menutup mata [Name].

Tangan [Name] bergetar hebat.

"Aku... Bunuh ayah?" tanya [Name] dengan suara pelan. Devano menggeleng pelan, air mata mulai menetes kembali.

"Aku bunuh ayah... Aku--"

"Ngga, [Name] nggak salah" balas Devano cepat. Ia membalikkan badan [Name] dan menatap kearah Netra hitam [Name].

Tangan kekarnya terulur mengelus pipi [Name].

"... [Name],, gak salah.."























"Dunia itu selucu ini ya?"











































Tbc...

Udah mood lagi kacau malah disuruh sabar sama orang yang keluarganya cemara...

Anj sekali rasanya 😔


  UCHIHA PRIK BORUTOXREADER  Boruto: Naruto Next GenerationWhere stories live. Discover now