Chapter 24

4.2K 367 122
                                    

Sinar matahari dari celah jendela membuat tidur Miranda terusik. Kedua mata nya mengerjap dengan rasa pusing yang dirasakan nya, sebab semalaman ia menangis tanpa henti. Menangis? Seketika ia terbangun dari tidurnya karena mengingat pertengkaran hebat nya dengan Steve. Miranda bahkan meminta pria itu untuk pergi dari hadapan nya saat itu.

Ia bersandar di ranjang memikirkan Steve yang menghamili Kathrine dan berbohong kepadanya untuk menemui wanita itu. Betapa menyedihkan nya ia karena selalu khawatir di saat Steve tidak bisa di hubungi padahal kenyataan nya Steve pasti sedang menemui wanita itu.

"Kenapa kau selalu seperti ini Steve? Aku sudah menaruh harapan yang besar kepada pernikahan kita tetapi kau menyembunyikan rahasia sebesar ini." lirihnya kembali dengan air mata yang terus mengalir.

"Sayang, apa yang harus Mommy lakukan sekarang? Hati Mommy sangat sakit sekali. Sakit." tubuhnya kembali bergetar hebat karena rasa sakit yang Steve berikan. Seandainya memang itu anak Steve apa yang harus dirinya lakukan? Menerima anak itu?

Apa yang harus aku lakukan sekarang?

Miranda memejamkan kedua mata nya merasakan kesakitan ini. Ia ingin berbagi kesedihan nya tetapi dengan siapa? Ia tak ingin Luna dan Diandra tahu tentang masalah rumah tangga nya. Apa ia harus memberitahu Ester? Tapi ia juga tak ingin Eater khawatir kalau tahu tentang ini.

Miranda memandang gambar pernikahan nya yang besar bersama Steve. Di gambar itu terlihat sekali mereka seperti saling mencintai karena Steve menunjukkan senyum menawan nya.

"Aku sudah lelah Steve. Kenapa mencintaimu bisa sakit ini? Kita baru saja menikah 3 bulan tetapi kenapa berat sekali menjalani pernikahan ini." gumam nya pilu. Miranda ingin pernikahan mereka seperti pasangan lain nya.

Ia bahkan rela kembali berjuang untuk Steve lagi agar pria itu mencintai nya. Di saat Miranda yakin bahwa Steve sedikit mencintainya karena perlakuan nya selama di Jepang yang sangat hangat dan juga manis tetapi semuanya hancur dalam sedetik. Rasa cinta nya yang tumbuh indah seketika layu kembali tak berbekas.

Miranda bangkit dari ranjangnya untuk membersihkan diri setelah itu ia turun menemui Steve untuk menyelesaikan semua masalah ini. Ia tidak boleh lari karena ia sudah dewasa dan menjadi istri. Ia harus menghadapi semua nya.

"Steve." panggil Miranda tetapi tidak ada sahutan sampai akhirnya Miranda melihat Steve datang dari arah belakang. Tetapi ia di kejutkan dengan wajah Steve yang penuh luka-luka.

Kenapa dia? Apa dia berkelahi tadi?

"Kenapa? Apa kau sudah memaafkan ku?" tanya Steve serius mendekatinya. Miranda mengabaikan luka-luka di wajahnya karena luka di hatinya jauh lebih besar di banding luka fisik pria itu.

"Apa luka hatiku bisa sembuh hanya dalam semalam saja Steve? Apa hanya karena kau tidak yakin bayi itu anakmu atau bukan aku akan mudah memaafkan m!" sindir Miranda.

"Baiklah kalau kau masih terluka tapi kau harus ingat bahwa itu kesalahan saat aku belum menikah dengan mu." tekan Steve. Rasanya Miranda ingin tertawa mendengar perkataan Steve.

"Tapi kita sudah bertunangan Steve! Harusnya kau tidak melakukan itu meski tidak mencintai ku!" teriak Miranda dengan nafas memburu. Seketika Steve meremas rambutnya dengan frustasi.

Ya, benar harusnya ia tidak melakukan itu tetapi semua itu sudah berlalu kan? Apa guna nya mengungkit masa lalu.

"Itu semua sudah terjadi Mira. Aku tidak bisa mengembalikan waktu lagi." sahut Steve membuat hati Miranda makin perih.

"Apa kau mencintaiku Steve? Kenapa kau mudah sekali mengatakan nya? Itu jelas menyakiti hatiku yang mencintaimu." lirih Miranda membuat Steve mengepalkan tangan nya.

The Jerk CEO [MATEO#2] (Complete)Where stories live. Discover now