HA-VA [13]

9 10 1
                                    

Nia dan Rino kini sedang duduk di ruang tamu menikmati tontonan sepak bola antara Arema dan Persib yang sedang bertanding di layar televisi itu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Nia dan Rino kini sedang duduk di ruang tamu menikmati tontonan sepak bola antara Arema dan Persib yang sedang bertanding di layar televisi itu.

Sebenarnya Nia tidak terlalu suka dengan hal-hal yang berbau bola seperti itu, hanya saja dia sedang tidak ada pekerjaan rumah yang ingin ia kerjakan jadi ia memutuskan untuk menemani suaminya itu menonton acara kesukaannya.

Nia yang sedang duduk di sofa itu beberapa kali di buat terkejut dengan teriakan suaminya yang begitu antusias dengan pertandingan itu.

"Papah ihh, nontonnya gak usah pakai teriak-teriak segala kali" marah Nia yang sama sekali tak di gubris Rino.

"Papah! Denger mamah gak sih!" teriaknya yang langsung membuat Rino menoleh ke arahnya.

"Mamah ganggu aja sih, kalau nonton bola gak teriak-teriak itu rasanya aneh sama kayak mamah masak terus gak di kasih bumbu" ucap Rino menjelaskan agar istrinya sedikit mengerti.

"Ya tapikan gak usah kencang-kencang teriaknya, mamah kan jadi kaget" katanya seraya melipat tangannya di dada.

"Iya-iya, udah ah papah mau nonton. Jangan ganggu" putusnya tanpa sedikit pun menoleh ke istrinya yang sedikit cemberut itu.

Wajah cemberut yang tadi Nia tampakkan seketika luntur menjadi khawatir ketika ia mengingat Vanilla, kekasih dari anaknya itu.

Nia sedikit merasa kasihan dengan hidup Vanilla yang berubah 90° setelah sepeninggalan ibunya itu. Ayahnya yang sering mabuk-mabukan, sering memukulinya tanpa sebab dan juga terus menyalahkan Vanilla atas kematian istrinya itu.

"Pah," panggil Nia pada suaminya itu.

"Apa lagi sih mah" jawabnya dengan malas.

"Mamah kok jadi khawatir yahh sama Vanilla" ucapnya dengan sedikit sendu.

Rino yang tiba-tiba mendengar nama Vanilla di ucapkan langsung menoleh menatap istrinya yang sedang sedih itu.

"Khawatir kenapa mah?" tanya Rino

"Mamah khawatir jika Vanilla terus-menerus berada di lingkungan yang seperti itu akan mempengaruhi mentalnya"  ujar Nia menatap suaminya.

"Maksudnya mamah lingkungan yang bagaimana?"

"Dia kan terus menerus mendapat perlakuan kasar dari Ayahnya dan juga sering di salahkan atas kematian ibunya, mamah takut kalau Vanilla kenapa-kenapa pah. Vanilla dia masih remaja pah, seharusnya dia mendapat kasih sayang di saat pertumbuhannya saat ini, bukan malah kekerasan yang ia dapatkan"

"Papah juga sama khawatirnya mah, tapi gimana lagi ini bukan urusan kita. Mamah kan tau sendiri gimana sifatnya Reza, waktu kita nolongin Vanilla waktu itu. Dia malah membentak mamah kan?"

"Iyahh pah mamah ngerti tapikan,"

"Sudahlah mah, setidaknya kita sudah berusaha mengingatkan Reza. Sekarang kita hanya bisa memberikan semangat dan juga perhatian yang tak pernah lagi ia dapatkan di rumah itu." ujar Rino seraya menepuk-nepuk pundak istrinya agar bisa merasa tenang.

HA-VA [ON GOING]Where stories live. Discover now