19

228 35 0
                                    


" Sekali lagi dok,"

Dug,

Tit, tit, tit,

Alat pendeteksi jantung kembali berbunyi dengan menunjukkan garis garis yang bergelombang,

" Syukurlah, Pasien masih bisa diselamatkan"
Ujar Dokter Lee lega, ia kembali memasang infus ke tangan kiri Hoseok, sembari melepas semua kabel yang terhubung ditubuh Hoseok.

***

"Jeon Jungkook, apakah kau tidak mengingatkan kepada Hoseok untuk minum obatnya secara rutin?
Penyakit gagal jantungnya sudah masuk ke fase lanjut, jikalau dibiarkan, itu akan berakibat fatal,"

Ujar Dokter Lee yang baru saja keluar dari ruang inap, Jungkook yang tak tahu apa apa,menggelengkan kepalanya pelan, ia tak pernah tahu jikalau Hoseok memiliki obat untuk penyakitnya,

Yang ia tahu, Hoseok hanya perlu kontrol rutin kedokter 2 kali seminggu, itupun tak pernah ia lakukan,

"Lalu, bagaimana kondisi Hoseok sekarang?"
tanya Jungkook, masih dengan nada ketakutan bercampur panik, Dokter Lee tersenyum,lalu menepuk puncak kepala Jungkook pelan,

"Dia akan baik baik saja,mungkin sebentar lagi akan sadar,"

"Tetap temani dia, awasi dia jangan sampai terjadi apa apa, benturan dikepala kirinya itu cukup keras, hingga ia mengalami gegar otak ringan"
Jelas Dokter Lee, Jungkook tampak semakin cemas, namun Dokter Lee tetap berusaha menenangkan pemuda 16 tahun itu,

"G...gegar otak? Apakah itu berbahaya?"
Tanya Jungkook dengan polosnya, ia sangat tak paham dengan semua yang dijelaskan oleh Dokter Lee, karena ia tak pernah mengalami itu semua,

" Itu tidak akan parah, Hoseok hanya perlu istirahat yang cukup, ingatkan kepadanya untuk tidak melakukan pekerjaan berat, karena itu memiliki pengaruh besar terhadap kesehatan Jantungnya"

Jungkook mengangguk pelan, Dokter Lee tersenyum lalu mempersilakan untuk masuk ke ruang inap Hoseok.

***

"Apa yang terjadi kepadamu Hoseok?
Kenapa kau tidak meminum semua obatmu?"

Isak tangis Jungkook terdengar jelas saat ia menangis diranjang tempat Hoseok berbaring,
selang oksigen yang terpasang di hidungnya,
serta infus yang dengan setia melingkar ditangan kirinya, membuat Jungkook merasa iba juga turut merasa sakit.

Perlahan, Hoseok menggerakkan jari telunjuknya, mengisyaratkan kalau dia sudah bangun,Jungkook yang melihat itu langsung menghapus airmata nya agar Hoseok tidak mengetahui jika ia baru saja menangis,

"Hoseok? Kau bisa dengar aku?"

"J... Jungkook, a..a..aku dimana?"

"Kau dirumah sakit, kondisimu sempat menurun tadi"

Hoseok mendadak mengeluarkan cairan bening dari matanya yang indah, membuat Jungkook kaget dan segera mengelapnya menggunakan tisu yang ia bawa tadi,

"Ini menyakitkan, aku sudah tidak tahan, aku ingin melepas semua rasa sakit ini"
Lirih Hoseok, dengan nada bicara yang lemah, Jungkook berusaha menenangkannya, namun itu tak berhasil, Hoseok malah semakin menangis dan menangis,

"Aku ingin menyerah Jungkook, aku tidak kuat" lirihnya diantara isakan tangis,

Hoseok menoleh ke arah Jungkook, ia dapati lelaki itu mendongakkan kepalanya, menahan tangis agar tidak jatuh,

"Jangan menangis sekarang Kookie, kau bisa menangis di hari kematianku nanti"
sebuah senyum terpaksa terlihat di bibir Hoseok, ia tampak benar benar tak kuat dengan apa yang ia derita,

"Aku tahu, penyakitku ini sudah memasuki fase lanjut, kalau begitu, kesempatan ku untuk hidup tidak lama lagi"

Brakk,

Jungkook menggebrak nakas, ia kesal dengan perkataan Hoseok yang menurutnya sangat menyakitkan, ia berdiri disampin Hoseok dengan wajah yang merah padam menahan emosi,

"Sejak kapan kau berubah menjadi pesimis seperti ini?,kau bukanlah seorang Jung Hoseok yang aku kenal,
Hoseok yang aku kenal adalah seorang yang pantang menyerah dengan keadaan, bukan seseorang yang tak bisa menerima takdir"
protes Jungkook dengan nada kesal,

"Lalu apa yang kau mau dariku Jungkook? Aku sudah cukup berpura pura baik didepan semua orang, aku sudah cukup kenyang dengan hinaan orang, kau selalu memaksaku untuk bertahan, tapi ini semua menyakitkan Jungkook, kau tak pernah merasakannya,"
teriak Hoseok tak kalah kesal, ia muak dengan ini semua,

"Aku hanya ingin menebus semua kesalahan dan dosaku pada kedua orangtuaku Jungkook, aku berdosa karena sudah membuat mereka pergi"
lanjut Hoseok dengan air mata yang berjatuhan, Jungkook memalingkan wajahnya berusaha menahan tangis,

"Karena itu dari dulu aku ingin mati Jungkook",
lirihnya sembari melepaskan alat alat yang terpasang ditubuhnya satu persatu,
Jungkook yang tak sadar dengan perbuatan Hoseok, hanya bisa menangis dalam diam menghadap ke arah lain,
Hoseok melepaskan selang oksigen dihidungnya, membuat dirinya kembali kesulitan bernafas,

"Maafkan aku Hoseok, aku sudah membentakmu"
ujar Jungkook sembari berbalik badan, dan terkejut melihat nafas Hoseok yang mulai tersengal sengal,

"Hoseok, apa yang kau lakukan?" teriaknya panik, lalu ia berlari keluar untuk meminta pertolongan,

"Dokter,tolong aku,"

Teriak Jungkook berlarian dilorong rumah sakit, sementara itu, Hoseok kembali menutup matanya tenang,bersamaan dengan tangan kanannya yang terkulai.

***

Kalo bahasa melayu nya,
Hoseok itu  BINGAL ( kalo mau tau artinya tanya sama mbah google)

author sempet kesal sendiri pas nulis bagian si Hoseok ngelepas alat alat,
Tapi ya udah lah, deket deket end kayak gini author emang suka bikin orang kesal sendiri hehe,

Segini dulu ya up nya, tungguin chapter selanjutnya yang pasti bikin lebih kesel lagi,

Makasih yang udah baca,

Jangan lupa vote n comment, tandain typo juga,

Babayyyy,

Salam,pacar Jhope💞

Source of Happiness  [Selesai]Where stories live. Discover now