#44

45 5 1
                                    

Di pemakaman sudah terlihat sepi, hanya saja keluarga inti yang masih berada di sana. Terutama Yasmin, perempuan itu masih betah berlama-lama di sana. Ayah mencoba untuk menyuruh Yasmin pulang, tetapi perempuan itu keras kepala. Ayah pun hanya menemani putrinya di sana.

"Nak, kita pulang, yuk?!" Ajakan ayah. Tatapi Yasmin tak merespon sama sekali. Ayah pun bersuara yang kedua kalinya, "nak, kita pulang, yuk?!" Sampai ketiga kalinya, perempuan itu tak merespon ayah sama sekali.

Model tubuh Yasmin memegang batu nisan Lukman, seakan-akan ia tak ingin melepaskannya dari genggamannya. Hingga pada akhirnya ia melepaskannya juga genggam itu, karena David langsung mengangkat adiknya masuk ke dalam mobil. Bagaimana pun Yasmin berusaha keluar dari tangan kekar itu, percuma, ia takkan bisa. Tangan kekar di lawan.

°°°°°°

Malam terasa sepi, bulan dan juga bintang merasa sedikit malu untuk tampil malam ini. Hanya awan gelap yang menyelimuti malam ini. Yasmin tidur di samping Ailee, bayi itu sepertinya tau apa yang bundanya rasakan sekarang. Ia tak nangis, ia diam tanpa bersuara sedikit pun.

Ayah sepertinya mengintip di sela-sela pintu, lelaki paruh baya itu melihat putrinya dari kejauhan. Ayah ingin menghampiri putrinya, tapi ia tak ingin mengganggu. Makanya, ia hanya mengintip dari sela pintu.

"Bahagia selalu, nak." Ucap ayah. Setelah itu, ayah pun ke kamarnya untuk beristirahat bersama mamah di sana.

°°°°°°

Pagi kembali seperti hari-hari sebelumnya, sangat ramai. David dan Brian menginap di rumah ayah sambil mengajak istrinya, Gilang sedang menunggu Amanda di depan pintu kamar mandi. Laki-laki itu sudah sangat terlambat ke kampus, itu karena Amanda sangat lama mandinya. Ayah sedang duduk di depan televisi sambil menikmati kopi susu buatan mamah, Tante Mer sedang membantu mamah di dapur buat sarapan pagi. Yasmin, perempuan itu masih tidur nyenyak. Ayah tak ingin membangunkan putrinya, ia mau putrinya banyak banyak istirahat.

"Man, buruan engga. Abang mau cepat-cepat ke kampus nih," teriakan Gilang dari depan pintu kamar mandi.

"Manda lagi beol, bang. Ini masih lama nih." Teriakan Amanda yang sedang duduk jongkok di dalam kamar mandi.

"Bang Gil, kalau mau mandi, ke rumah tetangga aja, bang. Adeknya masih lama tu." Teriakan ayah sedang menikmati kopi susu itu.

"Yakali Gilang mandi di rumah tetangga, yah. Malu-maluin aja," balas Gilang yang masih tetap menunggu di sana. Dia tak mau jika David dan Brian mengambil antriannya.

Hingga sarapan pagi yang di buat mamah sama Tante Mer jadi, mamah pun memanggil semua penghuni rumah untuk sarapan pagi di pagi hari ini.

Di meja makan terlihat semua orang kumpul bersama, kecuali Yasmin. Putri ayah masih tertidur lelap, kata ayah itu sih.

"Kenapa engga bangunin kak Yasmin, yah? Siapa tau kak Yasmin lapar, kan?" Tanya Amanda yang sedang menikmati sarapan paginya.

"Biarin kakak kamu istirahat dulu, nak," balas ayah.

"Ntar mamah bawain makanan ke kamar kakak kamu, sayang," sambung mamah.

Selesai makan, semuanya melakukan kesibukannya masing-masing. Mamah dan Tante Mer membersihkan rumah, Gilang dan Amanda ke sekolah/kampus, dan David dan Brian ke kantor nya masing-masing. Dan menantu mamah juga pergi ke tempat kerjanya sendiri. Hanya tersisa empat orang saja di rumah, lima bersama Aileen.

"Mah, coba kasih ayah lap kain," teriakan ayah yang sedang mencuci motor sang putri.

Mamah pun langsung membawakan lap kain untuk sang suaminya. Setibanya di depan ayah, ayah sedikit khawatir dengan anaknya. Kenapa sang putri masih saja belum bangun, apakah lelah? Tak tau jugalah. Tapi mamah tak menghiraukan itu, mamah tau jika anaknya lelah karena semalaman Yasmin tak tidur.

"Yasmin semalam engga tidur, yah. Jadi, ayah engga usah bangunin dia." Ucap mamah berjalan untuk masuk dalam rumah.

Tapi ayah merasakan ada yang lain, selesai mencuci motor, ayah akan mengecek sang putri jika sudah selesai mencuci motor.

Selesai cuci motor, ayah pun melihat sang putri di dalam kamar. Suara Aileen terdengar sampai luar, itu makanya ayah ingin melihat anaknya sekalian dengan cucunya.

Setibanya di dalam kamar Yasmin, dari tadi Aileen menangis. Tetapi Yasmin seakan-akan tak memperdulikan anaknya yang menangis saat ini.

"Cucu kakek, kok nangis?" Ucapnya meraih Aileen yang sedang menangis kencang itu.

°°🦋🦋🦋°°

Ketiga Anak Ayah (Ending)Where stories live. Discover now