#47 pergi

60 5 1
                                    

Mamah mendekati ayah dengan wajahnya yang tak bisa di jelaskan, begitu juga dengan semuanya. Mamah berusaha tenang, perlahan wanita paruh baya itu memegang tangan anaknya. Ia bermaksud untuk membangun putri kesayangannya.

"Anak mamah, kok engga bangun? Ini udah pagi, sayang." Ucapnya dengan tenang tapi dengan air mata berlinang.

Tapi mamah tak dapat respon sama sekali dari Yasmin, mamah pun bersuara kembali. "Anak mamah kenapa?" Tanya dengan gemetaran.

David dan Brian tak kuasa melihat mamah yang sekarang, dua bersaudara itu mendekati mamah. Ia ingin membantu mamah untuk membangunkan Yasmin.

"Dek, bangun dek. Kakak bawain kamu martabat manis, kan, kamu suka martabat manis," ucap David.

"Dek, kakak bakalan beliin kamu yang kamu suka, asalkan kamu bangun." Ucap Brian dengan perlahan meneteskan air matanya.

Az-Zahra pun mendekati sang suami, ia mau menenangkan suaminya saat ini sedang menangis. Setelah menenangkan suaminya, Zahra beralih ke Yasmin yang tak bergerak sedikit pun. Zahra meraih tangan perempuan itu lalu mengeceknya. Selesai mengecek nadi dan hidung nya, ternyata perempuan yang semalam melihat kupu-kupu itu sudah tiada. Ia sudah menghembuskan nafas terakhirnya sejak malam tadi.

"Yasmin meninggalkan kita semua!" Ucapan Zahra mendapatkan tatapan tajam dari semua orang yang ada di dalam kamar itu.

Semenit setelah itu, ayah berteriak memanggil nama anaknya sambil menggoyangkan badan yang sudah kaku itu. "Yasmin, bangun, nak." Teriakan ayah.

Semua orang yang ada di sana tak kuasa menahan sakit yang luar biasa, hati mereka seakan-akan di tusuk oleh pisau yang sangat tajam.

"Dek, bangun, dek." Teriakan David yang berusaha membangunkan adiknya.

Brian berusaha agar tak meneteskan air matanya tetapi tak bisa, laki-laki itu mendekati wajah sang adik lalu mencium kening dan kedua pipi yang sudah sangat pucat itu. Bibir Brian berbisik di telinga sang adik, bisikan itu bisikan terakhir dari Brian untuk Yasmin. "Bulan dan bintang sekarang kesepian, dek."

Mamah memegang kedua pipi anaknya lalu mencium kening yang hangat itu. Mamah tak rela melepaskan anak satu-satunya perempuan itu, ia seperti kehilangan seribu orang terdekatnya.

°°°°°°

Di pemakaman begitu sangat banyak orang yang mengantar Yasmin ke tempat istirahat terakhirnya. Sahabat, teman dekat, keluarga, semua orang terdekatnya mengantarnya ke tempat yang semalam ia inginkan. Begitu banyak orang yang sayang kepadanya, tetapi Allah lebih sayang kepadanya. Ucapannya semalam sudah di kabulkan sekarang. Orang yang ia tinggalkan begitu banyak.

Setelah Yasmin di masukkan ke liang lahat, semua orang menjatuhkan butiran-butiran kecil nya. Sepertinya tak ikhlas, tapi ini takdir.

Ayah dan mamah sekarang seperti orang tak punya arah, baru saja ia kemarin di tinggalkan oleh menantunya, sekarang ia sudah di tinggalkan oleh anaknya sendiri.

Setelah peti Yasmin sudah di tutupi dengan tanah, semua orang mendoakan perempuan itu agar di terima di sisi Allah.

Selesai David berdoa untuk sang adik, laki-laki itu mendekatkan kepalanya ke papan bertuliskan nama adiknya. Ia ingin mencium itu, itu ciuman terakhir David untuk sang adik.

"Tunggu kami di tempat indah mu." Ucap David lalu mencium nama adiknya di papan bertuliskan nama Yasmin.

David sempat mendengar ucapan Yasmin semalam, waktu itu ia ingin ke kamar mandi untuk membuang air kecil. Tapi saat ia mendengar suara Yasmin bicara sendiri, David singgah. Makanya ia tau apa yang adiknya semalam ucapkan.

"Kak, Manda tidak akan melupakan kakak." Tutur Amanda dengan pelan akibat suara tangisnya.

"Gilang akan jaga barang pemberian kakak, Gilang janji, kak!" Ucap Gilang.

"Nak, sekarang kamu sudah bertemu dengan kekasih mu di sana, tunggu kami semua di sana." Ucapan terakhir Tante Mer untuk keponakannya.

"Nak, mamah Jes titip salam untuk Lukman di sana!" Ucap Jessica.

"Ucap ke Lukman, kalau kita semua di sini akan merindukan mu. Kami juga akan merindukan mu, menantuku." Pesan Ridwan.

°°°°°°

Malam kembli lagi, tapi bukan dengan si pecinta rembulan. Bulan dan juga bintang sekarang sudah sangat merasa kesepian sekarang, sudah tak ada lagi yang menatapnya lagi. Awan merasa rindu saat ia melarang pecinta rembulan untuk menatap lagi yang penuh bintang. Jika awan bisa berbicara, ia akan berucap aku takkan menurunkan butiran-butiran ku agar kamu bisa menatapnya lagi. Tapi itu sudah terlambat, ia tak bisa lagi melarang pecinta rembulan itu. Langit, awan, bulan dan bintang juga berduka saat ini. Tak ada lagi perempuan berpakaian gaun putih selutut melihat ke atas. Tak ada lagi itu semua.

°°🦋🦋🦋°°

Ketiga Anak Ayah (Ending)Where stories live. Discover now