STADIUM AKHIR 01

489 108 29
                                    

Kanaya


Tidak ada yang bahagia jika kita kehilangan seseorang yang begitu berarti dalam hidup kita, seseorang yang sangat sangat kita cintai, kini aku paham kenapa orang orang menjadi frustasi atau bahkan stres jika ditinggal pergi oleh sang kekasih ternyata rasanya sesakit ini.

Ya aku mengalaminya sekarang. Setahun yang lalu dia pergi begitu saja setelah membuatku nyaman, setelah dia mencuri hatiku dia langsung pergi. Sudah seperti maling saja yang tidak mau di tangkap lalu di masukkan kedalam penjara.

Nyatanya untuk menerima keadaan bahwa dia sudah pergi itu sangat sulit, aku harus berulangkali ke psikiater agar aku benar benar tidak gila, sebenarnya mama yang mengajakku dia tidak ingin anak sulungnya ini menjadi pria yang tidak waras hanya karena di tinggalkan seorang wanita.

Hari ini aku berencana untuk menemui kekasihku di rumahnya, jika orang orang mendengarnya pasti mereka akan mengatakan aku ini sudah gila karena dia masih ku sebutkan kekasih tapi aku tidak perduli itu, aku memang sudah gila terserah mereka mau membicarakan apa tentangku bagiku dia tetap kekasih ku.

Aku memarkirkan mobilku di sekitar TPU Pondok Kelapa. Aku mengambil sebuket bunga mawar yang aku beli tadi sebelum datang kemari, gadis itu sangat suka dengan mawar jadinya aku tidak akan lupa jika setiap menemuinya aku harus membawakannya mawar.

Seperti biasa aku harus tersenyum jika sudah sampai ke sana, aku harus tampil seperti Pria yang benar benar sudah ikhlas kehilangannya namun nyatanya tidak. Aku berjongkok di samping gundukkan tanah yang di penuhi dengan bunga merah sepertinya tadi Zidan kemari untuk menemui adiknya.

Zidan sama hancurnya sepertiku, adik semata wayangnya harus pergi meninggalkan dirinya yang kini harus menjaga ibunya. Kepergian dia begitu memberikan banyak luka untuk semua orang, mulai dari Tante Bella, Zidan, Karin, Tio, Cybele Squad, bahkan kekasihnya Rafanza.

Aku menaruh bunga yang aku pegang tadi di dekat nisan yang bertulikan nama KANAYA PUTRI DAWSON, nama yang sangat aku rindukan...

"Rafa, aku punya satu permintaan yang benar benar ingin aku wujudkan, kamu bisa kan bantu aku mewujudkannya?"

"Sebelum aku pergi, aku ingin Cybele Squad menjadi juara dalam pertandingan Kasti nanti."

"Kanaya! Kanaya! Ayo Kanaya kamu pasti bisa!.."

"Rafa aku menang, aku menang yeeeee hahaha!..."

Rasanya tak kuat untuk mengingat itu, jika aku tau ucapanmu itu benar terjadi aku pasti akan melakukan berbagai macam cara agar keinginanmu itu tidak akan terwujud.

"Kanaya." Ucapku lirih, hatiku terasa ngilu ingin rasanya aku menangis dan berteriak namun aku harus terlihat kuat.

"Kamu tau? Aku sangat merindukanmu."

"Jika aku tau mencintaimu sesakit ini, aku tidak akan pernah mengenal mu. Aku selalu berharap bahwa semua ini hanyalah mimpi buruk, ketika aku bangun nanti aku masih bisa melihat senyuman di wajahmu."

Aku terus menatap nama indah itu yang kini sudah terukir di atas batu nisan. Air mataku lolos begitu saja, cukup! Sudah cukup aku berpura-pura kuat. Aku tidak perduli dia melihatku rapuh setidaknya dia tau bahwa kepergiannya menggoreskan luka yang sangat dalam di hatiku.

STADIUM AKHIR Where stories live. Discover now