STADIUM AKHIR 09

70 58 12
                                    

Sikap aneh


Karin berjalan menuju taman rumah sakit, rasa sesak yang ada di dalam dadanya masih belum bisa di pulihkan apa lagi saat berada di dekat Kanaya. Sungguh ini terlalu sakit untuk Karin, gadis itu terus saja bertanya kepada dirinya sendiri, kenapa? Kenapa Kanaya menyembunyikan hal sebesar itu pada sahabat sahabatnya.

Tio berjalan menghampiri Karin yang berdiri di tengah tengah taman. Sebelum mereka kemari Bella dan Ferdi sudah datang jadi mereka tidak meninggalkan Kanaya sendirian.

"Tio."

"Gue rasa nggak pantes jadi seorang sahabat."

Tio tidak menyela apapun yang di ucapkan gadis itu. Ia membiarkan Karin berbicara untuk mengeluarkan isi pikirannya. Tio berdiri tepat di samping Karin lalu menatap gadis itu lekat.

"Kanaya sakit aja gue nggak tau. Gue emang brengsek! Harusnya selama ini gue selalu sadar dengan sikap Kanaya yang mudah lelah dan wajahnya terkadang terlihat pucat."

"Lo nggak brengsek. Lo udah pantas jadi sahabat untuk Kanaya." Ucap Tio yang sempat terdiam lama.

"Hanya saja Kanaya yang ingin kita tidak tau."

"Gue bingung, kenapa Kanaya sembunyikan itu dari gue."

Tio tersenyum lalu memegang pundak Karin, gadis itu menoleh ada banyak sekali pertanyaan di dalam pikirannya tapi ia tidak tau harus bertanya ke siapa.

"Lo tau sendiri Kanaya sangat tidak suka melihat kita cemas. Gue yakin dia nggak mau itu terjadi saat kita tau apa yang di alaminya."

Karin kembali diam, benar apa yang di katakan Tio. Kanaya sangat tidak suka jika orang orang yang ia sayang itu cemas dengan keadaannya.


*****


Satu Minggu berlalu. Semenjak kejadian Kanaya Minggu lalu Bella menjadi semakin disiplin. Wanita itu akan selalu melarang Kanaya melakukan hal hal yang akan membuatnya lelah bahkan sudah satu Minggu Kanaya tidak masuk sekolah hanya karena Bella begitu takut akan terjadi sesuatu lagi dengan putrinya.

"Daaa mama." Ucap Kanaya sembari melambaikan tangannya kepada Bella.

Rasa cemas yang ada di hati Bella belum hilang sepenuhnya. Hari ini ia mengizinkan putrinya itu untuk ke sekolah itupun karena Kanaya sudah memohon.

Bella melambaikan tangannya dengan senyum yang terus terpasang di wajahnya. Matanya terus saja menatap mobil yang di tumpangi Kanaya.

Sesampainya di sekolah Kanaya turun tidak lupa gadis itu mengukir senyum di wajahnya.

"Kanaya!" Teriak Karin lalu berlari menghampiri gadis itu.

"Ei Tio mana? Tumben nggak keliatan." Mendengar itu Karin langsung memutar bola matanya jengah.

"Saat ini yang ada di hadapan Lo itu Karin eh yang di cari malah Tio." Ucap Karin membuat Kanaya tertawa. Jujur ia begitu sangat merindukan sekolah dan juga sahabat sahabatnya.

"Ya elah Rin masa gitu aja ngambek."

"Nay, nggak ada Lo di sekolah itu nggak seru tau nggak." Ucap Karin jujur.

"Masa sih."

"Hooh, Tio aja hampir tiap hari nanya gue kapan Lo sekolah."

Lagi lagi Kanaya terbahak. Apa sepenting itu kah dirinya di sekolah? Perasaan tidak juga, malahan Tio akan selalu kena mental dengan kata kata Kanaya.

"Nay, Rin." Pria yang baru saja mereka bicarakan itu kini tengah melangkah menghampiri mereka.

"Panjang umur Lo." Ucap Karin.

STADIUM AKHIR Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora