STADIUM AKHIR 05

109 75 15
                                    

Pertengkaran


Kanaya berjalan menelusuri koridor setelah mendapat pesan dari Zidan bahwa pria itu sekarang sudah menunggunya di depan gerbang SMA Bina Nusantara. Siang ini Zidan yang akan menjemput gadis itu karena supir tengah mengantar ayahnya ke luar kota.

Gadis itu menghentikan langkahnya saat melihat Pria yang ngajak ia ribut pagi tadi. Pria itu sibuk menelfon di depan kelas X.

"Ini kesempatan bagus." Gumam Kanaya penuh dengan kesenangan.

Hari ini ia berjalan sendirian tanpa di temani Karin ataupun Tio. Jika Karin berada di sini pasti rencana yang sudah di siapkan gadis itu akan gagal total.

"Oke Kanaya, are you ready? Lari."

Kanaya berlari sekuat tenaga dan...

Bruk!!

Hp milik Rafa jatuh di lantai saat gadis itu menabraknya. Kanaya berhenti lalu menutup mulutnya dengan sengaja dan mengucap

"Upss nggak sengaja." Ucapnya dengan ekspresi yang di buat buat kasihan.

"Dasar gadis aneh! Apa Lo nggak bisa melihat dengan jelas?" Ucap Rafa emosi.

Pria itu membungkuk untuk mengambil hp miliknya. Sudah beberapa kali ia menekan layarnya tapi tidak ada tanda tanda hp tersebut menyala.

"Gue kan nggak sengaja." Ucap Kanaya dengan masih lembut.

"Alah bilang aja kan Lo mau balas dendam gara gara kejadian pagi tadi. Ingat ya, tongkat nggak guna Lo itu nggak sebanding berharganya sama hp gue!"

"Apa? Tongkat nggak guna?" Ucap Kanaya mempertanyakan ucapan Rafa tadi.

"Jaga ucapan Lo ya." Lanjut Kanya yang sudah tersulut emosi.

Siswa/i Bina Nusantara berhamburan untuk menyaksikan perdebatan kapten basket dan juga kapten Kasti.

"Lo nya aja yang bego telfonan di tengah jalan."

Rafa memejamkan matanya untuk menetralkan emosinya. Ia tersenyum kepada Kanaya dengan senyum yang sulit di artikan, gadis di hadapannya itu sepertinya tidak akan pernah mau mengalah.

"Gara gara Lo hp gue jadi rusak."

"Terus?"

"Gue nggak mau tau Lo harus ganti hp gue."

"Enak aja, tongkat Kasti gue aja Lo nggak ganti masa gue harus ganti hp butut Lo itu."

"Itu karena hp gue lebih berarti di bandingin tongkat nggak guna Lo itu!"

"Kebalik kali mas. Tongkat gue itu pembawa keberuntungan buktinya setiap pertandingan gue menang terus."

"Udah ya Lo itu cuman buang buang waktu gue." Lanjut Kanaya sembari melangkah melewati Rafa yang masih terlihat sangat kesal.

Kanaya terpaksa menghentikan langkahnya karena tiba tiba tangan kekar milik Rafa menggenggam erat pergelangan tangan Kanaya.

"Lo harus ganti rugi."

"Lepasin tangan gue."

"Kalau gue nggak mau Lo mau apa?"

"Ohh mau apa ya hahah." Kanaya tertawa setelahnya. Gadis yang memiliki rambut panjang itu melirik ke arah Tio dan Karin yang tengah berjalan menghampiri mereka.

"Pak tolong pak, Rafa mau menculik saya. Tolong!!" Teriak Kanaya kepada Tio dan Karin membuat pria itu seketika langsung melepaskan genggamannya pada tangan Kanaya.

Suatu kesempatan emas baginya untuk pergi dari sana, dengan kecepatan penuh Kanaya berlari menjauhi pria yang baru saja ia buat kesal.

"Hei tunggu!!" Teriak Rafa saat sadar ternyata ia telah di bohongi dan gadis yang menabraknya tadi kini sudah kabur.

STADIUM AKHIR Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang