STADIUM AKHIR 29

66 47 2
                                    

Siswi baru



"Guys guys guys kalian udah tau belum? Tadi gue liat Rafa bonceng cewek datang ke sekolah."

"Serius Lo?"

"Iya, liat nih fotonya." Cewek itu langsung menunjukkan foto yang sempat ia ambil diam diam tadi kepada ke dua temannya.

"Wah benar."

"Mana mana?"

Susana semakin heboh apalagi wajah cewek itu baru pertama kali mereka lihat.

"Apa dia siswi baru?"

"Mungkin, gue baru liat nih cewek."

Ghea keluar dari kelasnya lantaran di luar begitu heboh, gadis itu bingung saat melihat teman teman sekelasnya sedang asik dengan ponsel mereka. Mereka juga selalu menyebut nama Rafa dan ada juga yang menyebutkan nama Kanaya.

"Kalian lagi bahasa apaan? Rame gitu." Ucap Ghea penasaran.

"Ghea lo belum tau?" Tanya Sindi-teman sekelas Ghea.

"Tau apaan?" Ghea semakin penasaran.

Tanpa basa basi lagi Sindi menunjukkan sebuah foto dari ponselnya. Ghea membelalak melihat itu, sungguh itu foto Rafa? Rafa dengan cewek lain? Bagaimana dengan Kanaya, pikirnya.

"Lo kirim ke WA gue sekarang."

Sindi langsung mengikuti perintah Ghea tanpa banyak bertanya lagi, gadis itu tau jika Ghea merupakan salah satu anggota Cybele yang di ketuai oleh Kanaya.

Setelah berhasil masuk Ghea berlari mencari keberadaan Kanaya.

Di sisi lain Kanaya tengah membahas pertandingan kasti dengan Susi, dua minggu tidak ke sekolah membuat Kanaya harus mendapatkan banyak info tentang pertandingan penting itu. Pasalnya pertandingan tersebut sudah memasuki antar kota dan kali ini Kanaya harus benar benar bisa memenangkannya.

Tahun lalu setelah membentuk sebuah anggota Cybele Squad, Kanaya membuat janji kepada ayahnya bahwa ia akan memenangkan setiap pertandingan agar ayahnya itu tidak terus membanggakan idolanya. Walaupun saat ini Ferdi sudah meninggal namun janji itu masih tetap hidup bagi Kanaya.

Satu menit kemudian. Tio masuk ke dalam kelas XI IPA 3, dalam pikiran pria itu sudah bisa menebak apa yang di bahas Kanaya dengan Susi.

"Di mana Karin?" Tanya Tio.

"Nggak tau, tadi tiba tiba aja Wati manggil dia. Mungkin ada urusan osis." Jelas Kanaya, tidak heran jika Karin sibuk karena dia juga merupakan anggota osis.

"Lo masih berharap bisa ikut pertandingan itu?" Tanya Tio dengan wajah datar.

"Ya jelas dong Tio. Pertandingan itu tiga Minggu lagi, masa iya gue nggak ikut, sia sia dong latihan gue selama ini." Ucap Kanaya.

"Apa pertandingan itu penting?"

"Tio Lo kok malah nanya gitu sih. Ya jelas penting dong."

"Lebih penting mana dengan kesehatan Lo?"

Kanaya hanya memutar bola matanya malas, hal seperti inilah yang membuatnya menyembunyikan penyakitnya. Selain Kanaya tidak ingin membuat mereka merasa khawatir, ia juga menginginkan kebebasan tanpa di larang melakukan ini itu hanya karena dia sakit.

"Gue masih bisa Tio."

"Susi, Satya nyariin lo." Ucap Tio berbohong. Tio tidak ingin Kanaya membahas masalah pertandingan itu lagi, ia takut Kanaya akan lelah dan membuatnya koma lagi atau bahkan sakitnya akan makin parah.

"Lah lah, tapi gue belum selalu bicara sama Susi." Ucap Kanaya sembari menggenggam lengan Susi tidak membiarkan nya pergi dari sana.

"Gue mau bicara penting sama Lo." Ucap Tio dengan masih berwajah datar.

STADIUM AKHIR Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang