STADIUM AKHIR 31

58 34 0
                                    

Jadian🥰






Dari mengambil buku di perpustakaan Kanaya memutuskan untuk mencari Rafa, ia ingin minta maaf walaupun mungkin Rafa tidak akan memaafkannya. Kanaya terus melangkah menuju kelas XII IPA 2, tapi belum sampai di sana ia melihat Rafa keluar dari kelasnya dan melangkah pergi entah kemana.

"Rafa.." panggil Kanaya, namun Rafa tidak menoleh, mungkin ia tidak mendengar.

Kanaya memutuskan untuk mengikuti Rafa, Arkan sempat melihat Kanaya lewat di depan kelasnya. Pria itu memanggil Kanaya tapi Kanaya tidak merespon walaupun sebenarnya ia mendengar Arkan memanggil, itu tidak penting baginya.

Kanaya membuntuti Rafa hingga sampai di depan kelasnya. Kanaya menatap Rafa bingung, sedang apa pria itu di sana. Kanaya hendak melangkah menghampiri Rafa tapi Ciara lebih dulu menghampiri Rafa. Kanaya menatap keduanya dengan rasa cemburu, tidak! Kali ini gadis itu harus merebut kembali Rafa.

Rafa dan Ciara melangkah pergi dari sana, Kanaya mengikuti keduanya tanpa ketahuan. Keduanya terlihat asik bercerita sementara gadis yang mengikuti mereka sudah terbakar cemburu. Entah kemana mereka akan pergi tapi kali ini Kanaya sudah mengikuti mereka hingga sampai di samping sekolah. Rafa merasa ada yang mengikutinya, pria itu menoleh tapi tidak ada siapa siapa di sana.

"Ada apa?" Tanya Ciara.

"Bukan apa apa." Jawab Rafa, "ayo."

Kanaya menghela nafas berat, untung saja ada pohon di sana jika tidak mungkin ia sudah ketahuan. Tidak terasa setetes air matanya jatuh membasahi pipinya. Kanaya menangis, rasanya ingin mengumpat, kesal, marah, sedih, semuanya bercampur menjadi satu. Ia menyesal telah melukai hati Rafa saat itu, gadis itu terduduk di tanah sembari menangis sesegukan.

Karena merasa sangat kesal, ia mengambil kaleng soda yang ada di dekatnya lalu melemparnya ke sembarang arah. 30 detik setelah membuang itu Kanaya merasa ada yang aneh.

"GUK!!! GUKK!! GUKK!"

Kanaya mengangkat kepalanya, ia terkejut setengah mati saat melihat seekor anjing galak berdiri tepat di hadapannya. Kanaya berdiri dengan perlahan sembari menatap anjing yang sepertinya marah.

"Tenang Kanaya...tenang..." Ucap Kanaya sembari melangkah mundur.

"Huss husss!!! Husss!!" Kanaya berusaha mengusirnya namun anjing itu tidak pergi juga.

Rafa dan Ciara yang tengah asik duduk di bawah pohon lantas menoleh menatap Kanaya yang berdiri tidak jauh dari mereka. Rafa bingung, ada apa dengan Kanaya? Apa Kanaya mengikutinya?

"Jadi Lo nggak mau pergi juga? Oke... Kanaya tenang, tenang... Satu...dua...tiga!" Ketika di hitungan ketiga Kanaya berlari sekuat tenaga, sialnya anjing itu malah mengejar Kanaya dengan terus menggonggong.

"Huaaa!!!! MAMAAAA!!!!!" Teriak Kanaya sembari berlari.

Rafa dan Ciara langsung berdiri saat melihat Kanaya berlari dan di belakangnya di ikuti anjing yang siap kapan pun menggigit Kanaya. Kanaya berlari sekuat tenaga tapi lagi lagi ada hambatan, kakinya tidak sengaja menginjak kaleng hingga membuatnya terjatuh.

"Aahw!" Ringin Kanaya.

Gadis itu kembali berdiri dan menoleh, "anjing sialan." Umpat gadis itu lalu kembali berlari.

Rasa capek sudah menguasai gadis itu tapi mau tidak mau ia harus tetap berlari jika ingin selamat. Dalam hati gadis itu sudah ribuan doa yang ia ucapkan berharap akan seseorang menolongnya. Kakinya membawa ia sampai di belakang sekolah, gadis itu bingung saat mendapati pagar tinggi di sana. Kanaya menoleh ke belakang anjing itu semakin mendekat, anjing itu benar benar galak di lihat dari mata dan mulutnya selalu menggonggong.

STADIUM AKHIR Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang