STADIUM AKHIR 21

65 45 3
                                    

Bingung



Rafa memarkirkan motornya tepat di halaman rumahnya, Tio yang baru saja hendak masuk ke dalam rumahnya sontak menghentikan langkahnya saat melihat Kanaya turun dari motor Rafa.

Pria itu mengepalkan tangannya karena menahan gejolak panas yang ada di dalam hatinya, ingin rasanya ia melompat dari pagar yang membatasi rumahnya dengan Rafa namun apalah dayanya.

"Brengsek." Umpat pria berambut keriting itu.

Kanaya memberikan helm yang ia pakai kepada Rafa.

"Yuk masuk." Ucap Rafa.

Gadis itu menggeleng pelan, sepertinya ia takut untuk bertemu dengan Andini. Rafa tersenyum lalu menggenggam tangan Kanaya untuk memberikan ketenangan, tatapan hangatnya menatap lekat mata Kanaya dengan senyum yang terukir di wajahnya.

"Nggak usah takut, nyokap gue nggak makan manusia kok."

"Tapi..."

"Ada gue, tenang aja."

Rasa cemburu di dalam hati Tio semakin menjadi, Ariana melangkah menghampiri putranya yang masih terdiam di depan pintu dengan tatapan yang mengarah ke arah rumah Rafa.

"Anak mama udah pulang." Ucap Ariana

"Ke-." Ucap Ariana terpotong saat menyadari putranya tidak menoleh sama sekali.

Ariana ikut menoleh ke arah rumah Rafa, ia paham sekarang kenapa putranya diam seperti patung di teras.

Kanaya mengangguk lalu ikut masuk dengan tangan yang masih setia di genggaman Rafa.

"Ekhem." Ariana berdehem berharap putranya akan menyadari keberadaannya namun sayang Tio tetap dengan posisinya.

"Sialan! Harusnya Lo itu pu-- aaaaaa!" Belum menyelesaikan ucapannya pria itu berteriak karena terkejut melihat ibunya yang berdiri tepat di sampingnya.

"Kenapa kamu berteriak?" Tanya Ariana kepada Tio yang memegang dadanya akibat ulahnya.

"Mama. Aku pikir tadi hantu." Ariana melotot saat mendengar ucapan putra semata wayangnya itu.

"Apa mama sekarang sudah terlihat seperti hantu menurutmu? Dasar anak nakal." Ucap Ariana sembari memukul lengan Tio.

"Habisnya mama ngapain berdiri di sini?"

"Harusnya mama yang tanya. Kamu ngapain diam disini."

"Aku...aku." ucap Tio bingung harus memberikan alasan apa.

"Lagi liatin Rafa sama Kanaya? Kenapa? Cemburu?" Ucap Ariana membuat pria berambut keriting itu menggeleng.

"Ng-nggak siapa juga yang cemburu."

"Tatapan kamu itu nggak bisa bohongi mama."

"Mama apaan sih. Nggak jelas bangat." Tio melangkah masuk, Ariana tidak habis pikir dengan putranya itu, sudah jelas jelas tertangkap basah masih juga mengelak.

"Tio, tunggu! Mama belum selesai bicara." Ariana ikut menyusul Tio.

Sementara itu, Rafa terus menggenggam tangan Kanaya membawa gadis itu hingga kini sampai di dapur di mana ibunya berada. Andini yang sepertinya tengah sibuk di dapur lantas menoleh menatap putra sulungnya membawa seorang gadis cantik.

Andini terdiam beberapa saat menatap keduanya tidak lama kemudian wanita itu mengukir senyum yang jarang sekali di lihat oleh Rafa, sungguh ini begitu indah untuk pria itu sepertinya ia tidak salah membawa Kanaya di rumah.

Andini langsung menghampiri Rafa dan Kanaya dengan senyum yang tak pernah lepas dari bibirnya, Kanaya mencoba untuk tersenyum rasanya benar-benar sangat canggung. Apalagi saat ini ia tau jika hubungan Rafa dan Andini tidak baik baik saja, entah apa yang akan terjadi selanjutnya. Apa gadis itu akan menyaksikan langsung pertengkaran antara ibu dan anak itu hari ini?

STADIUM AKHIR Where stories live. Discover now