Chapter 11

2.7K 401 30
                                    

Klotak klotak klotak

Bunyi high heels milik Delta memenuhi lorong itu, ia sedang menggendong gadis yang bermarga Uzumaki.

"Cih Jigen memang merepotkan, dari banyaknya orang yang ada di sini kenapa harus aku" Gerutu wanita itu.

Iya, Jigen menyuruh Delta untuk memberikan makanan yang didalamnya sudah diberikan obat tidur.

Ia lalu menaruh gadis itu kedalam peti, bukan peti mayat ye bukan. Tapi peti yang mirip seperti Kawaki.

Begitu pula dengan Amado yang sedang menaruh Ray dengan hati-hati, Delta yang melihat itu lalu dengan sengaja menaruh [Name] dengan kasar.

"Kau menaruh perhatian kedua anak itu?"

"Tidak"

"Kau sudah menganggap kedua anak itu sebagai anak kandung mu bukan?"

"... Tidak"

"Amado! Ray terluka cepat tolong diaaa" Pekik [Name] kecil yang panik yang sedang mendobrak pintu Laboratorium milik Amado.

"Amado kalau sudah bebas dari sini apa yang kau lakukan nanti?" Tanya [Name] yang berada di samping kanan Amado.

"Nee kehidupan orang dewasa itu memang berat ya?" Tanya Ray yang berada di samping kiri Amado.

"Amadooo aku menyayangimu walau setengah persennya aku agak membencimu" Pekik [Name] sambil memeluk pinggang milik Amado.

Lintasan ingatan milik Amado yang diisi oleh Ray dan [Name], kedua anak itu selalu mengganggunya.

Tapi dilain sisi Amado ia memang menyayangi kedua anak itu.

♞♘♞♘♞♘

Pesawat sudah diberangkatkan, Amado kini berada di Laboratorium miliknya. Tangannya sibuk menulis tentang Karma.

"Amado!! Kami pulang!"

"Amado apa kau tahu dunia luar itu sangat luas lohh"

"Hoi kau, kau tahu dimana [Name]?"

Ah... Sial... Ingatan itu lagi-lagi menghantui Amado, mungkin benar apa yang Delta katakan.

Jangan terbawa perasaan, ntar di gosting kayak yang baca udah husbu nya mayat sekali nya suka ma cowok yang nyata ehh malah digosting.

Tenang author juga gitu kok 😊👍

"Hah lagipula memang salahku, aku yang terlalu sayang pada mereka" Gumam Amado sambil menghela nafasnya.

"Ya, memang salahmu" Celetuk Jigen sambil bersedekap dada yang berdiri didekat pintu masuk milik Laboratorium.

Amado membalikkan badannya, Jigen yang dengan santai berjalan kearah nya dan duduk di kursi yang berada didepannya itu.

"Bukankah kau sedang mengadakan rapat?"

"Ya, tapi kini sudah selesai. Pesawat milikku hilang kendali dan kini sudah hilang" Amado mengerutkan keningnya tanda tak paham.

"Bukankah pesawat mu sudah ku modifikasi ulang, lalu bagaimana bisa?"

"Ada penghianat diantara anggota Kara" Amado terdiam, ahh kira-kira siapa yang berani membelot yah?

Mentalnya kuat juga, mungkin dirinya perlu belajar dari orang tersebut---

"Kakek tua sialan perlu aku bunuh"

... Orang tua? Victor kah???.. Kalau memang benar...

Tolol juga ya dia,, sudah tua bau mayat masih aja belagu... Ia menyesel karna tadi sempat berpikir untuk berguru dengan si Victor bau mayat.

Tapi tak apa, tohh paling sebentar lagi si tua bangka itu akan masuk kedalam peti mayat.

"Omong-omong" Amado melirik kearah Jigen yang sengaja menggantung ucapannya itu.

"Kau sudah menyuntikkan serum itu kedalam duo Uzuchiha itu kan?" Tanya Jigen dengan mata menyipit tajam.

Uzuchiha, nama panggilan untuk Ray dan [Name]. Mereka berdua dijuluki seperti itu karna marga mereka yaitu Uzumaki dan Uchiha.

"Aku sudah menyuntikkan nya kau tenang saja, serum itu akan bekerja selama beberapa menit setelah ini.

Kau tenang saja, aku sudah menyuntikkan serum itu dengan tanganku sendiri" Balas Amado yang melepas kacamata oren nya.

Serum biru namanya, serum yang Jigen buat untuk menekan cakra milik [Name] dan menekan Saringgan milik Ray.

Dikarenakan ia takut mereka akan membelot dan ia akan kehilangan wadahnya.

Jujur saja, Amado tidak menyuntikkan serum itu pada mereka berdua ia khawatir pada kedua anak itu.

Ahh... Dirinya secara tidak sadar menaruh perhatian kepada duo Uzuchiha itu...

... Ia harap mereka berdua berhasil lolos dengan selamat..

Ya... Dengan selamat... Amado sudah menganggap Ray dan [Name] sebagai anaknya sendiri.

Seorang ayah mana yang tega melihat anaknya tersiksa secara batin dan fisik??

Dirinya memang tidak ada hubungan apapun dengan mereka berdua, tapi ia sudah terlanjur sayang kepada mereka berdua.

Harapannya hanya satu, yaitu bisa melihat dirinya, Ray, [Name] hidup bebas tanpa tekanan apapun. Hanya itu, tidak lebih...

"Kau tidak berbohong kepadaku kan?" Tanya Jigen membuat lamunan Amado terbuyar. Ia menggelengkan kepalanya.

"Aku bersungguh-sungguh, lagipula mana berani aku berbohong seperti itu padamu bukan?" Kata Amado yamg berusaha meyakinkan Jigen.

Jigen lalu berdiri dari tempat duduknya, lalu berjalan pergi meninggalkan Amado yang melihatnya pergi keluar dari Laboratorium.

'Ya... Aku berharap kalian bisa bebas... Seperti burung-burung' Batin Amado menatap kearah kedua tabung berukuran besar bekas [Name] dan Ray.

"Twinkle twinkle little star let me get hit by a car jump of a roof and try to fly~~ ohh god I wish I could die twinkle twinkle little knife help me end this wretched life" Nyanyi [Name] sambil melompat-lompat.

Amado memang tidak mengetahui arti lagu dari itu, tapi... Mungkin arti lagunya sedikit dark.

[Name] selalu menyanyikan lagu dengan bahasa yang aneh, tapi suaranya memang ia akui Bagus.

Tbc...

Hmmm gimana?? Author bikin Amado sifatnya jadi agak lembut sama mereka berdua.

Agak cringe yah?

Sorry dehh

Btw maaf kalo jadi slow up gini, jujur author agak bingung buat bikin ni alur di chap ini.

Soalnya bikin pusing ama aga riweuh




Boruto Twins! Boruto: Naruto Next Generation Where stories live. Discover now